WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN PENGUMPULAN DATA KONDISI SOSIAL EKONOMI KAMPUNG LEBAKPICUNG

Analisis perencanaan unit pengolahan kopi berupa analis ekonomi. Analisis hanya sebatas pada alat mesin pengolahan kopi yang menggunakan energi listrik saja. Sehingga akan diketahui daya total penggunaan alsin tersebut dan akan dihitung penentuan beban perminaan. Analisis ini diharapkan akan mendapatkan rincian awal pendapatan dari unit pengolahan kopi ini. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KONDISI SOSIAL EKONOMI KAMPUNG LEBAKPICUNG

Kampung Lebakpicung terdiri dari sebuah rukun rukun tetangga RT 1 yang secara administratif masuk ke dalam RW 04, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten . Kampung ini juga terletak berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun TNGHS akibat perluasan tahun 2003. Jumlah kepala keluarga KK saat ini 52 KK. Jumlah rumah di kampung ini adalah 52 rumah. Kampung Lebakpicung terletak di lembah yang dapat diakses melalui Jalan Raya Pelabuhan Ratu – Cikotok sampai pertigaan Cikuya, kemudian dilanjutkan dengan jalan berbatu dengan lebar 1,5 – 2 m di antara jurang dan tebing, dapat dilalui dengan kendaraan sepeda motor, truk, atau mobil bergardan depan dan kemudian dilanjutkan dengan jalan setapak melalui tepi sawah yang hanya dapat dilalui oleh sepeda motor atau berjalan kaki. Perjalanan dari kampung terdekat ke kampung ini adalah sekitar 20 menit dengan sepeda motor. Kampung Lebakpicung belum memiliki jaringan listrik PLN. Pada beberapa rumah telah memiliki turbin listrik pribadi 15 rumah dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS sumbangan dari Provinsi Banten 22 rumah. Namun demikian, setidaknya ada 32 rumah lainnya yang masih dalam kegelapan . Gambar 2 adalah kondisi Kampung Lebakpicung yang berada disamping Taman Nasional Gunung Halimun. Pada umumnya warga kampung Lebakpicung berprofesi sebagai petani. Penghasilan mereka per bulanya tidak sampai satu juta. Kepala rumah tangga yang mempunyai usaha tambahan seperti membuka warung , mempunyai penghasilan lebih besar dibandingkan yang lainya. Pekerjaan sampingan mereka selain bertani adalah menjadi buruh angkut kayu dan bekerja di pabrik teh yang berada tak jauh dari kampung Lebakpicung. Pada siang hari para laki-laki warga Kampung Lebakpicung pergi untuk bertani atau menjadi buruh dan umumnya dirumah mereka hanya ada istri dan anak mereka. Para isitri umunya menumbuk padi pada siang hari. Masyarakat Kampung Lebakpicung mempunyai tempat penyimpanan padi yang diberi nama leuit. Padi yang tersimpan Gambar 3. Kondisi Kampung Lebakpicung didalam leuit adalah hasil panen mereka sendiri dan digunakan untuk kebutuhan beras mereka selama satu tahun. Gambar 3 menunjukan tempat penyimpanan padi yang telah dipanen dalam leuit. Kampung Lebakpicung mempunyai produk khas yaitu kopi. Produksi kopi di kampung ini belum bisa dijual dan dipasarkan sehingga dapat dijadikan komoditas unggulan desa ini. Kopi produksi kampung ini mempunyai prospek yang bagus untuk dijadikan komditas unggulan karena mempunyai rasa yang khas. Kehadiran mikdrohidro di Kampung Lebakpicung yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Halimun telah membantu masyarakat kampung tersebut untuk menikmati listrik. Masyarakat beramai-ramai membeli televisi, speaker dan barang elektronik lainya. Semua masyarakat Lebakpicung merasa senang dan menikmati adanya mikrohidro di kampung mereka. Pada malam hari mereka dapat menikmati acara televisi atau memutar VCD.. Gambar 4 menunjukan mikrohidro di Kampung Lebakpicung. Dalam questinoner, semua masyarakat Kampung Lebakpicung tidak keberatan dengan harga yang harus mereka bayar. Harga yang dibayar dihitung dari jumlah alat elektronik yang dipunyai masyarakat pada tabel 4. Televisi merupakan barang elektronik paling popular yang harus dibeli setelah adanya mikrohidro. Karena televisi menyuguhkan hiburan khusunya di sore hingga malam setelah mereka bekerja ke sawah atau menjadi buruh. Semua warga merasa sangat senang dan terbantu tidak ada satupun warga yang menolak adanya mikohidro di kampung ini. Gambar 5. Peralatan lsitrik yang digunakan masyarakat Kampung Lebakpicung Gambar 4 . Leuit 4.2 PEMANFAATAN LISTRIK DI KAMPUNG LEBAKPICUNG 4.2.1 Sebelum ada Mikrohidro Sebelum ada mikrohidro, masyarakat Lebakpicung telah mengenal pembangkit listrik tenaga surya PLTS seperti pada Gambar 4. Akan tetapi pembangkit tenaga surya ini tidak menghasilkan daya listrik yang besar dan hanya bisa untuk menyalakan lampu saja. Tidak semua masyarakat Lebakpicung dapat memanfaatkan PLTS ini hanya sebagaian masyarakat yang lebih mampu yang dapat memanfaatkanya juga kondisi kampung Lebakpicung yang berada di daerah ini kurang mendapatkan intesitas matahari. Selain PLTS, masyarakat Lebakpicung juga menggunakan turbin seperti pada Gambar 5 dan lampu minyak. Untuk turbin biaya pemasangan sebesar Rp 13.000 bulan, lampu minyak Rp 4.000lt dan PLTS untuk pemasangannya Rp 150.000. Listrik yang dihasilkan PLTS dan turbin hanya dapat menghidupkan lampu saja. Secara umum kehadiran mikrohidro di Kampung Lebakpicung membuat perubahan secara nyata dalam konsumsi listrik di kampung ini. Sebelum ada mikrohidro desa ini amat gelap pada malam harinya. Karena mereka hanya menggunakan lampu minyak, PLTS bagi sebagian warganya dan, turbin kecil. PLTS dan turbin kecil hanya dapat menyalakan lampu saja . Gambar 6. Pembangkit Listrik Tenaga SuryaPLTS Gambar 7. Turbin

4.2.2 Setelah ada Mikrohidro

Pengadaan mikrohidro di kampung Lebakpicung merupakan program CSR dari Perusahaan Listrik Negara PLN yang bekerja dengan badan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup PPLH Institut Pertanian Bogor. Program ini sudah berjalan selama satu tahun lebih. Air dibendung oleh dam batu bronjong. Dam ini terbuat dari batu belah yang dibungkus dengan jaring logam untuk menyempurnakan kesatuan. Penggunaan dam jenis ini di karenakan keterbatasan penggunaan sungai dikarenakan efesiensi yang rendah. Intake yang digunakan adalah tipe intake tanpa saringan. Dengan kenaikan debitan sungai, maka aliran air akan mengalir deras ke ambang akhir. Hal ini tidak akan terjadi banjir pada intake. Akan tetapi bila sedimen yang terbawa dapat hanyut melalui air terjun di ambang akhir maka perawatan dari sungai intake akan jauh lebih mudah. Air mengalir sepanjang saluran terbuka menuju bak penenang. Mikrohiro di Kampung Lebakpicung tidak menggunakan penstock. Air langsung mengalir ke rumah pembangkit dan menggerakkan generator setiap harinya. Gambar 9. Bendung air Gambar 8. Mikrohidro

4.3 ANALISIS TEKNO-EKONOMI

Analisis tekno ekonomi bertujuan untuk mempadukan aspek-aspek ekonomi sosial dan budaya terhadap suatu teknologi. Teknologi PLTMH yang dibawa ke Kampung Lebakpicung memberikan suatu keuntungan bagi mereka. Perlu dikaji analis tekno ekonomi untuk meningkatkan optimasi, efesiensi dan efektifitas dalam menggunakan teknologi PLTMH.

4.3.1 Perhitungan Biaya per kWh

. Pembangunan PLT Mikrohidro memerlukan investasi yang relatif besar. Biaya harga listrik per kWh-nya dihitung berdasarkan biaya awal initial cost dan biaya operasional operational cost. Komponen biaya awal terdiri dari: biaya bangunan sipil, biaya fasilitas elektrik dan mekanik serta biaya sistem pendukung lain. Komponen biaya operasional yaitu: biaya perawatan, biaya penggantian suku cadang, biaya tenaga kerja operator serta biaya lain yang digunakan selama pemakaian. Investasi awal dari pembanguanan PLTMH di Kampung Lebakpicung Banten adalah Rp 263.600.000. Selama satu tahun PLTMH telah menerangi Kampung Lebakpicung, terdapat banyak perbaikan atau perawatan selama pengoperasinya diantaranya : bearing, bos, as, kopling, saluran dan rumah tubin, vanbelt, dan turbin mikorhidro. Besar biaya operasional sebesar Rp 5.466.000 seperti diuraikan pada Tabel 2. Umur ekonomis dari PLTMH sendiri terdiri dari bangunan sipil 20 tahun, transmisi 10 tahun, dan pembangkit 10 tahun. Nilai penyustan PLTMH 10 per tahun. Tabel 1. Bunga modal bangunan dan alat PLTMH Pemabangunan Harga awal Rp Nilai penyusutan Bunga modal Rp Bangunan sipil 103.24 6.440 10 10.324.64 4 Transmisi 2.450.0 00 10 245.000 Pembangkit mikrohidro 94.703. 500 10 9.470.350 Total 20.039.99 4 Sumber : laporan keuangan pembangunan PLTMH Gambar 10. Saluran terbuka