Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat

(1)

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

BETTY SAFITRI

H34076035

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

RINGKASAN

BETTY SAFITRI. Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan (NUNUNG KUSNADI)

Pemasaran yang disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari rasio input dan ouput. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran.

Pasar yang tidak efisien akan terjadi apabila biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, efisiensi pemasaran akan terjadi jika :a) biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, b) persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, c) tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan d) adanya kompetisi pasar yang lebih sehat. Pada umunya indikator diatas merupakan penentu dari efisiensi pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya untuk telur ayam kampung sehingga diketahui saluran pemasaran yang efisien. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penarikan sampel yang dilakukan dengan simple random sampling dan snowball sampling, sementara analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keadaan lokasi, keadaan peternak, menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, sementara analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keutungan terhadap biaya dan tingkat keterpaduan pasar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran yang terbentuk didalam pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor yaitu: 1) Peternak – Pedagang Pengumpul Desa (tengkulak) – Pedagang Grosir - Pedagang Pengecer – Konsumen, 2) Peternak - Pedagang grosir – Pedagang Pengecer – Konsumen, 3) Peternak – Pedagang Pengecer – Konsumen. Didalam pemasaran telur ayam kampung semua lembaga pemasaran yang terlibat melakukan fungsi-fungsi pemasaran di dalam melakukan distribusi produk sehingga sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran antara lain fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Sementara struktur pasar yang terbentuk antara lembaga pemasaran yang terlibat berbeda-beda. Hal ini didasarkan kepada jumlah pembeli dan penjual yang terlibat dalam pemasaran telur ayam kampung. Ditingkat peternak struktur pasar yang terbentuk adalah pasar oligopoli, ditingkat pedagang pengumpul oligopoli murni, ditingkat pedagang grosir oligopoli dan ditingkat pedagang pengencer adalah kompetisi monopolistik.


(3)

iii   

Hasil analisis marjin pemasaran ketiga jalur pemasaran yang ada di Kabupaten Bogor biaya terbesar ditanggung oleh jalur pemasaran III yaitu Rp. 375. Hal ini karena jarak distribusi yang cukup jauh walaupun rantai pemasarannya cukup pendek tetapi telur pada saluran ini adanya penambahan kemasan yang lebih baik, sewa tempat yang lebih bagus serta biaya tenaga kerja. Sementara biaya terkecil terdapat pada jalur pemasaran II yaitu sebesar Rp. 214, karena pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat dengan lokasi penelitian serta rantai pemasarannya yang cukup pendek. Sementara biaya yang ditanggung oleh jalur pemasaran I sebesar Rp. 294 merupakan rantai pemasaran yang paling panjang. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran I dan II yaitu sebesar Rp. 436 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta konsumen akhirnya bukan hanya penduduk lokal saja sehingga pedagang menjual komoditinya dengan harga yang cukup tinggi. Keuntungan terkecil terdapat pada jalur pemasaran III yaitu sebesar Rp. 350, hal ini karena jumlah komoditas yang disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang diberikan kepada konsumen cukup tinggi, selain itu pada saluran ini telur di jual bersamaan dengan komoditas lainnya sehingga daya serap pasarnya relatif lebih kecil.

Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran tiga yaitu sebesar 70 persen, artinya produsen (peternak) menerima harga 70 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Semakin tinggi harga ditingkat peternak, maka biaya yang dibayarkan konsumen akhir semakin banyak di nikmati oleh peternak. Apabila harga ditingkat akhir atau biaya yang dikeluarkan konsumen semakin besar maka harga yang dinikmati peternak semakin kecil, dan yang menikmati harga yang paling besar adalah lembaga-lembaga pemaasaran. Selain itu saluran pemasaran tiga memperoleh total marjin pemasaran terkecil. Saluran pemasaran dua adalah saluran yang memberikan bagian harga untuk peternak sebesar 63,89 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan saluran pemasaran satu memberikan bagian harga untuk peternak dengan selisih harga yang tidak jauh berbeda. Pada umumnya harga yang diterima peternak pada analisis pemasaran telur ayam kampung cukup tinggi. Jika dinilai dari total marjin pemasaran dan

farmer’s share maka saluran dua merupakan saluran yang paling efisien dengan total keuntungan sama dengan saluran satu yaitu dengan jumlah 24,22 persen.

Total π/C pada setiap saluran pemasaran telur ayam kampung memiliki nilai lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pada masing-masing saluran sudah memberikan keuntungan. Nilai π/C tertinggi terdapat pada saluran pemasaran dua yaitu sebesar 7,27, artinya jika lembaga pemasaran pada saluran pemasaran dua mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1/ butir telur maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.7,27/ butir . Rasio keuntungan biaya terbesar pada saluran dua diperoleh oleh pedagang grosir sebesar 3,69 yaitu dengan biaya Rp. 1/butir maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.3,69 / butir. Hal ini dikarenakan jumlah komoditas yang dipasarkan relatif banyak dengan harga beli dari konsumen lebih rendah, tidak ada perlakukan khusus yang dilakukan pedagang grosir dalam rangka menambah nilai guna telur ayam kampung.


(4)

Berdasarkan analisis marjin pemasaran saluran pemasaran telur ayam kampung yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua, pada saluran ini peternak mendapatkan bagian terbesar yang dianalisis dengan farmer’s share, sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya juga menunjukkan saluran pemasaran dua telah memberikan keuntungan pada setiap lembaga yang terlibat dibanding saluran pemasaran lainnya.

Potensi pasar pada saluran pemasaran dua terbuka luas bagi setiap peternak di lokasi penelitian untuk memasarkan produknya ke pedagang grosir secara langsung tanpa harus berlangganan (pemasok tetap). Peternak pada saluran pemasaran dua dapat mengakses informasi dengan baik baik dari sesama pedagang dan peternak, memiliki posisi tawar dan jaringan yang kuat.


(5)

v   

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

BETTY SAFITRI

H34076035

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(6)

Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Nama : Betty Safitri

NRP : H34076035

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(7)

vii   

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Betty Safitri H34076035


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lintau, Padang Sumatra Barat pada tanggal 23 juni 1986. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syafrudin dan Ibunda Syaflidar,Msi.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N.12 Patar dan pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SLTP Negeri 5 Lintau. Penulis memilih SMUN 1 Lintau sebagai pendidikan tingkat atas dan dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui jalus USMI dan lulus pada tahun 2007. Pada bulan November tahun yang sama penulis langsung melanjutkan program S1 ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(9)

ix   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang begitu besar dan luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung (Studi Kasus Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat). Skripsi ini menganalisis tentang sistem tataniaga telur ayam kampung yang bertujuan untuk melihat saluran pemasaran yang terbentuk, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya, keterpaduan pasar ditingkat peternak dan tingkat pengencer.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga diperlukan saran dan kritik untuk perbaikan. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, September 2009


(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen avaluator pada seminar proposal dan dosen penguji utama yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi perbaikan tugas akhir ini.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang banyak memberikan saran.

4. Prof. Sofyan Iskandar selaku kepala Balai Penelitian Ternak yang telah banya memberikan saran dan informasi mengenai peternakan.

5. Ade Zulkarnain selaku ketua HIMPULI (Himpunan Peternakan Unggas Indonesia) dan pendiri KEPRAKS (Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi) yang telah banyak memberikan data dan pengarahan. 6. Bapak Bambang, Bapak Budi, selaku peternak yang banyak memberikan

informasi seputar peternakan khususnya telur ayam kampung.

7. Kepada seluruh responden dan narasumber yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data dan informasi demi terselesainya penelitian ini. 8. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Studi Manajemen Agribisnis atas

bantuannya dalam memberikan informasi serta fasilitas studi.

9. Orang tua Papa Syafrudin dan Mama Syaflidar, MSi serta keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

10. Kedua adek ku Silva Berlus Coni dan Rahmatul Fajra terima kasih telah menjadi adik yang baik dan sumber inspirasi.

11. Sermatutar Thopan Dollarisko atas motivasi dan semangatnya.

12. Linawati Akbar dan Rissa Gumanti Harahap terima kasih atas persahabatan selama ini.


(11)

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

BETTY SAFITRI

H34076035

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

RINGKASAN

BETTY SAFITRI. Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan (NUNUNG KUSNADI)

Pemasaran yang disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari rasio input dan ouput. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran.

Pasar yang tidak efisien akan terjadi apabila biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, efisiensi pemasaran akan terjadi jika :a) biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, b) persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, c) tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan d) adanya kompetisi pasar yang lebih sehat. Pada umunya indikator diatas merupakan penentu dari efisiensi pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya untuk telur ayam kampung sehingga diketahui saluran pemasaran yang efisien. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penarikan sampel yang dilakukan dengan simple random sampling dan snowball sampling, sementara analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keadaan lokasi, keadaan peternak, menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, sementara analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keutungan terhadap biaya dan tingkat keterpaduan pasar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran yang terbentuk didalam pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor yaitu: 1) Peternak – Pedagang Pengumpul Desa (tengkulak) – Pedagang Grosir - Pedagang Pengecer – Konsumen, 2) Peternak - Pedagang grosir – Pedagang Pengecer – Konsumen, 3) Peternak – Pedagang Pengecer – Konsumen. Didalam pemasaran telur ayam kampung semua lembaga pemasaran yang terlibat melakukan fungsi-fungsi pemasaran di dalam melakukan distribusi produk sehingga sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran antara lain fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Sementara struktur pasar yang terbentuk antara lembaga pemasaran yang terlibat berbeda-beda. Hal ini didasarkan kepada jumlah pembeli dan penjual yang terlibat dalam pemasaran telur ayam kampung. Ditingkat peternak struktur pasar yang terbentuk adalah pasar oligopoli, ditingkat pedagang pengumpul oligopoli murni, ditingkat pedagang grosir oligopoli dan ditingkat pedagang pengencer adalah kompetisi monopolistik.


(13)

iii   

Hasil analisis marjin pemasaran ketiga jalur pemasaran yang ada di Kabupaten Bogor biaya terbesar ditanggung oleh jalur pemasaran III yaitu Rp. 375. Hal ini karena jarak distribusi yang cukup jauh walaupun rantai pemasarannya cukup pendek tetapi telur pada saluran ini adanya penambahan kemasan yang lebih baik, sewa tempat yang lebih bagus serta biaya tenaga kerja. Sementara biaya terkecil terdapat pada jalur pemasaran II yaitu sebesar Rp. 214, karena pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat dengan lokasi penelitian serta rantai pemasarannya yang cukup pendek. Sementara biaya yang ditanggung oleh jalur pemasaran I sebesar Rp. 294 merupakan rantai pemasaran yang paling panjang. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran I dan II yaitu sebesar Rp. 436 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta konsumen akhirnya bukan hanya penduduk lokal saja sehingga pedagang menjual komoditinya dengan harga yang cukup tinggi. Keuntungan terkecil terdapat pada jalur pemasaran III yaitu sebesar Rp. 350, hal ini karena jumlah komoditas yang disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang diberikan kepada konsumen cukup tinggi, selain itu pada saluran ini telur di jual bersamaan dengan komoditas lainnya sehingga daya serap pasarnya relatif lebih kecil.

Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran tiga yaitu sebesar 70 persen, artinya produsen (peternak) menerima harga 70 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Semakin tinggi harga ditingkat peternak, maka biaya yang dibayarkan konsumen akhir semakin banyak di nikmati oleh peternak. Apabila harga ditingkat akhir atau biaya yang dikeluarkan konsumen semakin besar maka harga yang dinikmati peternak semakin kecil, dan yang menikmati harga yang paling besar adalah lembaga-lembaga pemaasaran. Selain itu saluran pemasaran tiga memperoleh total marjin pemasaran terkecil. Saluran pemasaran dua adalah saluran yang memberikan bagian harga untuk peternak sebesar 63,89 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan saluran pemasaran satu memberikan bagian harga untuk peternak dengan selisih harga yang tidak jauh berbeda. Pada umumnya harga yang diterima peternak pada analisis pemasaran telur ayam kampung cukup tinggi. Jika dinilai dari total marjin pemasaran dan

farmer’s share maka saluran dua merupakan saluran yang paling efisien dengan total keuntungan sama dengan saluran satu yaitu dengan jumlah 24,22 persen.

Total π/C pada setiap saluran pemasaran telur ayam kampung memiliki nilai lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pada masing-masing saluran sudah memberikan keuntungan. Nilai π/C tertinggi terdapat pada saluran pemasaran dua yaitu sebesar 7,27, artinya jika lembaga pemasaran pada saluran pemasaran dua mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1/ butir telur maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.7,27/ butir . Rasio keuntungan biaya terbesar pada saluran dua diperoleh oleh pedagang grosir sebesar 3,69 yaitu dengan biaya Rp. 1/butir maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.3,69 / butir. Hal ini dikarenakan jumlah komoditas yang dipasarkan relatif banyak dengan harga beli dari konsumen lebih rendah, tidak ada perlakukan khusus yang dilakukan pedagang grosir dalam rangka menambah nilai guna telur ayam kampung.


(14)

Berdasarkan analisis marjin pemasaran saluran pemasaran telur ayam kampung yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua, pada saluran ini peternak mendapatkan bagian terbesar yang dianalisis dengan farmer’s share, sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya juga menunjukkan saluran pemasaran dua telah memberikan keuntungan pada setiap lembaga yang terlibat dibanding saluran pemasaran lainnya.

Potensi pasar pada saluran pemasaran dua terbuka luas bagi setiap peternak di lokasi penelitian untuk memasarkan produknya ke pedagang grosir secara langsung tanpa harus berlangganan (pemasok tetap). Peternak pada saluran pemasaran dua dapat mengakses informasi dengan baik baik dari sesama pedagang dan peternak, memiliki posisi tawar dan jaringan yang kuat.


(15)

v   

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

BETTY SAFITRI

H34076035

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(16)

Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung

(Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Nama : Betty Safitri

NRP : H34076035

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(17)

vii   

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Betty Safitri H34076035


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lintau, Padang Sumatra Barat pada tanggal 23 juni 1986. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syafrudin dan Ibunda Syaflidar,Msi.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N.12 Patar dan pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SLTP Negeri 5 Lintau. Penulis memilih SMUN 1 Lintau sebagai pendidikan tingkat atas dan dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui jalus USMI dan lulus pada tahun 2007. Pada bulan November tahun yang sama penulis langsung melanjutkan program S1 ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(19)

ix   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang begitu besar dan luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung (Studi Kasus Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat). Skripsi ini menganalisis tentang sistem tataniaga telur ayam kampung yang bertujuan untuk melihat saluran pemasaran yang terbentuk, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya, keterpaduan pasar ditingkat peternak dan tingkat pengencer.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga diperlukan saran dan kritik untuk perbaikan. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, September 2009


(20)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen avaluator pada seminar proposal dan dosen penguji utama yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi perbaikan tugas akhir ini.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang banyak memberikan saran.

4. Prof. Sofyan Iskandar selaku kepala Balai Penelitian Ternak yang telah banya memberikan saran dan informasi mengenai peternakan.

5. Ade Zulkarnain selaku ketua HIMPULI (Himpunan Peternakan Unggas Indonesia) dan pendiri KEPRAKS (Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi) yang telah banyak memberikan data dan pengarahan. 6. Bapak Bambang, Bapak Budi, selaku peternak yang banyak memberikan

informasi seputar peternakan khususnya telur ayam kampung.

7. Kepada seluruh responden dan narasumber yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data dan informasi demi terselesainya penelitian ini. 8. Seluruh dosen, staf dan pengurus Program Studi Manajemen Agribisnis atas

bantuannya dalam memberikan informasi serta fasilitas studi.

9. Orang tua Papa Syafrudin dan Mama Syaflidar, MSi serta keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

10. Kedua adek ku Silva Berlus Coni dan Rahmatul Fajra terima kasih telah menjadi adik yang baik dan sumber inspirasi.

11. Sermatutar Thopan Dollarisko atas motivasi dan semangatnya.

12. Linawati Akbar dan Rissa Gumanti Harahap terima kasih atas persahabatan selama ini.


(21)

xi   

13. Syahrul Ramdhani selaku pembahas pada seminar hasil.

14. Teman-teman DC.8 Wati, keira, Miles, Fitri, Laras, Yati dan Rahma terima kasih atas semangat, canda dan tawa,

15. Teman-teman MAB 41 Dedi , rendi, rasyid, devi, koko, ai, komar, ujang, taufik, ilham, tata, sally, sekar, rini,hilda, memel, chaca, indah, agre,dan lainnya serta Ekstensi Agribisnis angkatan 3 terima kasih atas kerjasama, kekompakan dan semangatnya.

Akhirnya, semoga amal dan kebaikan Bapak / Ibu dan rekan-rekan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Amin.

Bogor, September 2009


(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...

xv

DAFTAR GAMBAR ...

xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xviii

I PENDAHULUAN ...

1

1.1

Latar Belakang ...

1

1.2

Perumusan Masalah ...

7

1.3

Tujuan Penelitian ...

9

1.4

Kegunaan Penelitian ...

9

1.5

Ruang Lingkup Penelitian ...

10

II TINJAUAN PUSTAKA

...

11

2.1

Karakteristik Telur Ayam Kampung ...

11

2.2

Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis ...

14

III KERANGKA PEMIKIRAN

...

20

3.1

Kerangka Pemikiran Teoritis ...

20

3.1.1 Sistem Pemasaran ...

20

3.1.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran ...

22

3.1.3 Fungsi-fungsi Pemasaran ...

24

3.1.4 Struktur Pasar ...

27

3.1.5 Perilaku Pasar ...

28

3.1.6 Keragaan Pasar ...

29

a. Marjin Pemasaran ...

29

b. Farmer’s Share ...

32

c. Rasio Keuntungan dan Biaya ...

33

3.1.7 Efisiensi Pemasaran ...

32

3.2

Kerangka Pemikiran Operasional ...

34

IV METODE PENELITIAN

...

36

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...

36

4.2 Jenis dan Sumber Data ...

36

4.3 Metode Penarikan Sampel ...

37

4.4 Metode Analisis dan Pengolahan Data ...

37

4.4.1 Analisis Saluran Pemasaran ...

37

4.4.2.Analisis Fungsi dan Lembaga Pemasaran ...

38

4.4.3 Analisis Struktur dan Perilaku Pasar ...

39

4.4.4 Keragaan Pasar ...

40


(23)

xiii 

 

b. Farmer’s Share ...

42

c. Rasio Keuntungan dan Biaya ...

42

4.4.5 Efisiensi Pemasaran ...

42

4.5 Defenisi Operasional ...

43

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...

45

5.1 Letak dan Keadaan Geografis Lokasi Penelitian ...

45

5.1.1 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk ...

46

5.1.2 Sarana dana Prasarana ...

48

5.2 Karakteristik Peternak Responden ...

49

5.2.1 Umur dan Pengalaman Usahatani

Peternak Responden ...

49

5.2.2 Luas dan Status Kepemilikan Lahan ...

51

5.2.3 Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian ...

51

5.2.4 Skala Usaha Peternak...

53

5.3 Karakteristik Pedagang ...

54

5.3.1 Usia Responden ...

55

5.3.2 Tingkat Pendidikan Pedagang Responden ...

55

5.3.3 Status Usaha ...

56

5.3.4 Pengalaman Berusaha ...

56

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Lembaga Pemasaran ...

59

6.2 Analisis Saluran Pemasaran ...

60

6.2.1 Pola Saluran Pemasaran 1 ...

63

6.2.2 Pola Saluran Pemasaran II ...

65

6.2.3 Pola Saluran Pemasaran III ...

66

6.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran ...

67

6.3.1 Fungsi Pemasaran Oleh Peternak ...

69

6.3.2 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Pengumpul ...

71

6.3.3 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Grosir ...

72

6.3 4 Fungsi Pemasaran Oleh Pedagang Pengecer...

74

6.4 Analisis Struktur Pasar ...

76

6.5

Struktur

Pasar

...

79

6.5.1 Keadaaan Produk ...

79

6.5.2 Hambatan Keluar Masuk Pasar ...

80

6.5.3 Informasi Pasar...

80

6.6 Analisis Perilaku Pasar ...

81

6.6.1 Praktek Pembelian dan Penjualan ...

81

6.6.2 Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran harga ...

84

6.6.3 Kerjasaman Antara Lembaga Pemasaran ...

85

6.7 Keragaan Pasar ...

86

6.7.1 Marjin Pemasaran...

86

6.7.2

Farmer’s share

...

90


(24)

6.7 Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Kampung ...

93

VII KESIMPULAN DAN SARAN ...

95

7.1 Kesimpulan ...

95

7.2 Saran ...

97

DAFTAR PUSTAKA

...

98

LAMPIRAN

...

100


(25)

xv 

 

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.

Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2008………… 1

2.

Produksi dan Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung,

Ayam Ras dan Itik) Indonesia Tahun 2002-2006 ...

2

3.

Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan

di Kabupaten Bogor Tahun 2007 ...

5

4.

Fungsi-fungsi Pemasaran ...

39

5.

Karakteristik Struktur Pasar Berdasarkan Sudut

Penjual dan Pembeli. ...

40

6.

Jumah Penduduk Kabupaten Bogor per Kecamatan

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006 ...

47

7.

Komposisi Sebaran Penduduk Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2008 ...

47

8.

Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang Bekerja Menurut

Jenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin

di Kabupaten Bogor Tahun 2006 ...

48

9.

Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan

Umur di Kabupaten Bogor, Tahun 2009 ...

50

10.

Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman

dalam Usahaternak Telur Ayam Kampung, tahun 2009 ...

50

11.

Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Luas Lahan pada

Usahaternak di Kabupaten Bogor, Tahun 2009 ...

51

12.

Karakteristik Peternak Responden di Kabupaten Bogor

Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2009 ...

52

13.

Karakteristik Peternak Responden di Kabupaten Bogor

Berdasarkan Mata Pencaharian , Tahun 2009 ...

52

14.

Skala Usaha Peternak di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jumlah

Ternak yang diusahakan ...

54

15.

Komposisi Umur Pedagang Responden ...

55

16.

Komposisi Tingkat Pendidikan Pedagang Responden ...

56

17.

Komposisi Pengalaman Berusaha Pedagang Responden ...

57


(26)

19.

Sistem Pemasaran dan Lokasi Pemasaran Telur oleh Responden

Pedagang ...

58

20.

Fungsi-fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Lembaga-lembaga

Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor ...

68

21.

Fungsi-fungsi Pemasaran dari Lembaga Pemasaran

Komoditas Telur Ayam Kampung ...

69

22.

Analisis Struktur Pasar Komoditas Telur Ayam Kampung

Di Kabupaten Bogor ...

76

23.

Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Telur Ayam

Kampung di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ...

90

24.

Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Lembaga Pemasaran


(27)

xvii 

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.

Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk

Pertanian di Indonesia ...

23

2.

Tingkatan Saluran Pemasaran ...

24

3.

Konsep Marjin Pemasaran ...

30

4.

Skema Kerangka Pemikiran ...

35

5.

Pola Saluran Pemasaran Telur Ayam Kampung di


(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.

Produksi Telur Ayam Buras Menurut Provinsi

Tahun 2002-2006 (Ton) ...

101

2.

Perkembangan Produksi Ternak dan Kontribusi Berbagai Jenis

Ternak Terhadap Produksi Daging, Telur, Susu di Kabupaten Bogor

102

3.

Pencapaian Target Produksi Hasil Ternak di Kabupaten Bogor...

102

4.

Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Bogor

Tahun 2003-2008 ...

103

5.

Perkembangan Produksi Asal Ternak Tahun 2003-2008 ...

103

6.

Perkembangan Produksi Asal Ternak Tahun 2003-2008 ...

104

7.

Perkembangan Konsumsi Protein Hewani Tahun 2003-2008 ...

104

8.

Harga Rata-Rata Komoditas Peternakan Tahun 2008 ...

105

9.

Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh

Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran I ...

106

10.

Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh

Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran II ...

107

11.

Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang dikeluarkan oleh

Setiap Lembaga Pemasaran pada Saluran III ...

108

12.

Marjin Pemasaran Telur Ayam Kampung pada Saluran I,II,III

di Kabupaten Bogor Tahun 2009 ...

109

13.

Kuisioner Untuk Peternak ...

110

14.

Kuisioner Untuk Pedagang ...

115

15.

Contoh Produk Telur yang Dihasilkan oleh Peternakan Trias Farm… 120

16.

Tahapan dalam Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm……. 121


(29)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri perunggasan nasional merupakan andalan subsektor peternakan yang mempunyai peranan besar dalam perekonomian negara terutama sebagai penghasil bahan makanan protein tinggi, menyediakan lapangan kerja yang luas dan meningkatkan nilai tambah hasil pertanian yang sangat signifikan. Subsektor peternakan sebagai salah satu bagian dalam bidang pertanian diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Indonesia, terutama dalam konsumsi kebutuhan protein dalam rangka mendapatkan hidup yang berkualitas melalui pemenuhan makanan yang seimbang.

Jumlah populasi unggas dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, terutama ayam buras atau yang sering disebut ayam kampung walaupun pada beberapa komoditas terjadi penurunan pada tahun 2007 karena masuknya penyakit baru yang berasal dari Vietnam1 , Hongkong dan Thailand ini yang dikenal dengan flu burung. Akan tetapi populasi ayam kampung dan jenis unggas lainnya kembali membaik dan menunjukkan peningkatan.

Tabel 1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2008

Unggas Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Ayam Buras/Native Chicken

276.989 278.954 291.085 272.251 290.803

Ayam Ras Petelur/Layer

93.416 84.790 100.202 111.489 116.474

Ayam Ras Pedaging/Broiler

778.970 811.189 797.527 891.659 1.075.885

Itik/Duck 32.573 32.405 32.481 35.867 36.931

Puyuh/Quail - - - 6.640,1 8.524,2

Merpati/Pigion - - - 162,5 175,6

      

1

http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net [2 mei 2009]  


(30)

Sumber: Statistik Peternakan 2008

Perkembangan industri perunggasan merupakan salah satu penggerak dalam sektor pertanian Indonesia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal Produksi Peternakan 2008 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi telur nasional sejak tahun 2002 terjadi peningkatan sampai dengan tahun 2006. Peningkatan konsumsi telur nasional tersebut dapat disebabkan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam, ikan, susu maupun protein lainnya. Hanya saja pada tahun 2004 jumlah konsumsi telur indonesia mengalami pertumbuhan negatif (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh adanya isu flu burung, usaha ternak unggas menghadapi permasalahan dan mengancam keberlanjutannya. Semakin menurunnya efisiensi biaya produksi karena semakin mahalnya biaya produksi.

Biaya produksi terbesar pada usaha ternak ayam kampung adalah biaya pakan. Biaya pakan bisa mencapai 80 persen dari seluruh total biaya produksi. Secara umum, formula ransum atau pakan khusus unggas terdiri dari jagung, bungkil kedelai, dedak padi, pollard, tepung ikan dan bahan lainnya. Berdasarkan informasi tersebut maka dapat disimpulkan kebutuhan produk perunggasan saat ini masih memiliki potensi untuk lebih dikembangkan.

Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung, Ayam Ras dan Itik) Indonesia Tahun 2002-2006

Tahun

Produksi Telur (000 ton)

Konsumsi Telur Unggas (Ayam Kampung, Ayam

Ras dan Itik) Ayam

Kampung Ayam Ras Itik Nasional (ton)

2002 161,69 614,41 169,65 831.238

2003 177,02 611,54 185,04 967.522

2004 172,15 762,04 173,22 894.461

2005 175,40 681,10 195,00 1.041.661

2006 181,10 751,00 201,70 1.116.920


(31)

3   

Produksi yang selalu meningkat harus selalu diimbangi dengan konsumsi yang optimal agar semua produk terserap oleh pasar. Sifat permintaan telur ayam adalah (income estic demand), yang berarti bila pendapatan penduduk meningkat maka konsumsi telur juga meningkat. Peningkatan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung peningkatan hal tersebut. Diantaranya adalah faktor-faktor seperti peningkatan kesadaran konsumsi gizi, peningkatan pendapatan, tingkat pendidikan dan peningkatan jumlah penduduk. Di masa yang akan datang, pedapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini termasuk low and middle income countries. Dengan demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Indonesia, misalnya menurut perkiraan pada tahun 20052 pendapatan per kapita akan meningkat menjadi US$ 2.500 dan konsumsi telur diperkirakan akan mencapai 4,07 kg per kapita. Dengan memanfaatkan data proyeksi penduduk tahun 2005 dan proyeksi konsumsi telur per kapita pada tahun yang sama, maka diperkirakan konsumsi telur pada tahun tersebut mencapai 979,70 ribu ton.

Telur ayam kampung merupakan salah satu jenis makanan yang diminati oleh masyarakat luas, karena memiliki nilai gizi terutama kadar protein yang tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya yaitu sebesar 16,3 persen. Selain itu telur ayam kampung baik dikonsumsi dalam jumlah besar karena memiliki kadar lemak yang rendah yaitu sebesar 11,5 persen. Akhir-akhir ini gejala back to nature (kembali ke alam) menjadi suatu hal yang menarik. Masyarakat kelas menengah ke atas yang semula mengandrungi segala sesuatu yang serba teknologi kini mulai berubah ke situasi yang serba alami. Kecendrungan permintaan daging dan telur ayam kampung yang terus meningkat tampaknya ikut dipengaruhi oleh fenomena tersebut. Persepsi masyarakat tentang ayam kampung adalah ayam yang asli, masih berbau alam, dan belum tercemar oleh zat-zat berbahaya. Terlepas dari itu semua merupakan peluang untuk perkembangan telur ayam kampung.

Melihat telur ayam kampung sebagai salah satu komoditas yang memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, sebagian masyarakat menyadari peluang bisnis yang muncul dalam usaha budidaya telur ayam kampung. Peluang bisnis ini

       2

 www.bi.go,id/SIPUK/ayamras_petelur/pemasaran [20 mei 2009] 


(32)

kemudian menarik minat masyarakat untuk turut mengembangkannya dan lokasi-lokasi budidaya telur ayam kampung pun bermunculan.

Di Indonesia, beberapa tempat di pulau jawa menjadi setra produksi telur ayam kampung yang cukup besar Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan produksi telur ayam buras terbesar ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut Badan Statistik Peternakan 2006, menyatakan bahwa Provinsi Jawa Barat selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun terutama dari tahun 2002 sampai 2006. Rata-rata produksi telur ayam buras mengalami peningkatan setiap tahunnya mencapai 19 persen.

Jawa Barat, khususnya wilayah Bogor memiliki kondisi alam yang sesuai bagi budidaya telur ayam kampung, hal ini menjadi faktor pendorong utama bagi usaha pertumbuhan telur ayam kampung. Disamping itu jumlah penduduk wilayah Bogor merupakan populasi tertinggi di Jawa Barat. Usaha-usaha budidaya telur ayam kampung yang berkembang memiliki skala usaha yang berbeda, dan pada akhirnya akan bermuara pada perbedaan kemampuan penawaran telur ayam kampung kepada konsumen. Dengan skala usaha yang berbeda tersebut, pengusaha-pengusaha ayam kampung akan memiliki saluran pemasaran yang berbeda pula, sesuai dengan keterbatasan pasokan yang dimilikinya.

Prospek ekonomi dari komoditas peternakan sangat menguntungkan saat ini. Salah satu sektor peternakan yang mempunyai prospek yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan adalah sektor peternakan unggas. Hal ini didukung oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat sepanjang tahun sehingga kebutuhan/ konsumsi akan pangan meningkat tajam.

Adapun jumlah pengeluaran per kapita perbulan berdasarkan jenis makanan penduduk Kabupaten Bogor (Tabel 3 ). Pada tabel dibawah terlihat pengeluaran terbesar konsumsi untuk protein hewani yaitu ikan, dan setelahnya telur dan susu yaitu berjumlah Rp. 11.777/ orang/ bulan. Hal ini menyatakan bahwa telur merupakan sumber protein hewani yang pokok dan sangat digemari oleh masyarakat Kabupaten Bogor.


(33)

5   

Tabel 3. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan di Kabupaten Bogor Tahun 2007

Jenis Barang

Jumlah Pengeluaran (000 rupiah) Rata-rata per kapita < 60 60 s.d

79 80 s.d 99 100 s.d 149 150 s.d 199 200 s.d 299 300 s.d 499 > 500

Padi-padian 36 39 41 36 39 41 41 40 40

Umbi-umbian 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Ikan 5 7 9 5 7 9 13 19 11

Daging 0,81 8

1 3 0,818 1 3 7 18 6

Telur dan susu 2 4 7 2 4 7 12 28 11

Sayur-sayuran 4 6 8 4 6 8 11 16 9

Kacang-kacangan

3 5 6 3 5 6 8 10 7

Buah-buahan 1 2 3 1 2 3 6 15 5

Minyak dan lemak

4 5 6 4 5 6 8 10 7

Bahan minuman 2 3 5 2 3 5 7 10 6

Bumbu-bumbuan

2 3 4 2 3 4 5 6 4

Konsumsi lainnya

2 4 5 2 4 5 8 12 7

Makanan dan minuman siap saji

9 16 27 9 16 27 44 100 41

Minuman alkohol

9 13 46 9 13 46 101 348 107

Tembakau 8 14 21 8 14 21 30 44 25

Jumlah 87 115 152 87 115 152 209 335 189

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Hal ini bertolak belakang dengan kondisi kebutuhan yang meningkat tetapi upaya peningkatan dari pemenuhan kebutuhan itu sendiri diabaikan. Disini dibutuhkan peranan pemasaran sebagai jembatan yang menghubungkan perbedaan kepentingan antara produsen dan konsumen, yaitu penyedia kebutuhan konsumen dan memperlancar upaya untuk pemenuhan kebutuhan.

Salah satu upaya pengembangan komoditas peternakan secara umum adalah upaya pengembangan yang terkait dengan pemasarannya. Usaha dalam menciptakan kondisi pasar yang ideal dilakukan baik dari harga yang baik,


(34)

kemudahan dalam pendistribusian, kuatnya posisi petani dalam tawar-menawar, mengembangkan dan memperluas pasar, mendorong akses yang lebih luas terhadap informasi pasar, mengembangkan lembaga saluran distribusi, menciptakan tertib usaha, meningkatkan perlindungan konsumen, meningkatkan kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi menengah, meningkatkan sarana dan prasarana pemasaran, mengurangi penyimpangan pasar agar terciptanya suatu kondisi pemasaran yang efisien dimulai dari peternak hingga konsumen akhir. Perlunya identifikasi masalah dalam pemasaran suatu komoditas adalah untuk mengetahui kondisi mana yang sudah tercipta dan kondisi mana yang masih perlu diupayakan.

Sistem pemasaran peternakan merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk peternakan dari produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, menambah nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem pemasaran komoditas. Sistem pemasaran peternakan tersebut mencakup kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem pemasaran tersebut, baik secara vertikal atau urutan penambahan kegunaan dan menciptakan nilai tambah maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan produktif yang sama. Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut selanjutnya menetukan kinerja operasi dan proses sistem.

Gonarsyah (1998) dalam Eryani, menuliskan bahwa kunci keberhasilan pengembangan pasar domestik adalah inovasi dan peningkatan efisiensi pemasaran. Dalam jangka pendek, peningkatan efisiensi pemasaran domestik lebih difokuskan pada penekanan biaya pemasaran dan pemantapan organisasi pemasaran yang ada. Dalam jangka panjang, peningkatan efisiensi difokuskan pada upaya mencari inovasi dan alternatif baru dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran yang dapat menekan biaya-biaya pemasaran serta mempertimbangkan berbagai alternatif organisasi pemasaran dari yang sepenuhnya tergantung pada mekanisme pasar (invisible hand) sehingga sepenuhnya terbentuk integrasi


(35)

7   

vertikal. Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku. Sistem pemasaran tersebut sering juga disebut sebagai saluran pemasaran atau distribusi.

Peranan pemasaran sendiri dalam peternakan/agribisnis adalah sangat besar, karena lebih kurang 80 persen pemasaran merupakan segmen dari sistem agribisnis dan 70 persen dari setiap pengeluaran konsumen untuk makan dan menutupi biaya pemasaran. Permasalah yang selalu dihadapi adalah bagaimana menciptakan sistem penanganan komoditi peternakan yang sejalan dengan perbaikan kesejahteraan pelaku didalamnya, terutama yang berkaitan dengan aspek-aspek perdagangan hasil peternakan

1.2. Perumusan masalah

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi dan daerah sentra produksi telur ayam buras terbesar ke tiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Khususnya wilayah Bogor selain memiliki wilayah yang luas juga memiliki jumlah populasi tertinggi di Jawa Barat serta merupakan tujuan pasar utama produk ternak ayam pedaging dan petelur. Hal ini dilandasi oleh beberapa alasan yaitu: adanya permintaan yang tinggi, akibat adanya perkembangan industri kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, jarak ke pasar utama dekat (Jakarta), dan adanya dukungan investasi industri baik industri hulu (industri pembibitan dan industri pakan ternak) maupun industri hilir penjualan telur ke berbagai restoran dan rumah makan.

Pemasaran merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan usaha produksi, karena pemasaran merupakan ujung tombak untuk menilai berhasil tidaknya usaha yang dijalankan. Tujuan akhir dari suatu proses produksi adalah manghasilkan produk untuk dipasarkan atau dijual dengan harapan mendapat imbalan berupa penghasilan dan keuntungan yang memadai.

Skala usaha yang berbeda dan lokasi peternakan yang tersebar diberbagai tempat mengakibatkan pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan harga dan biaya pemasaran. Biasanya harga dari setiap


(36)

produk berfluktuasi karena adanya persaingan harga diantara produk-produk yang dipasarkan pada suatu pasar yang terbentuk. Pada pemasaran telur ayam kampung, harga yang diterima peternak (produsen) masih jauh lebih rendah dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Harga yang diterima peternak pada kondisi normal adalah Rp.1000,00 per butir, sementara harga yang dibayarkan konsumen Rp.1600,00 sampai dengan Rp. 2000,00 per butir. Jika dibandingkan dengan telur ayam ras pada kondisi normal harga yang diterima peternak adalah Rp750 per butir sementara harga yang dibayarkan konsumen Rp 850 sampai dengan Rp.1000 per butir. Dari kedua jenis telur diatas, harga telur ayam kampung sangat tinggi sekali dibandingkan dengan ayam broiler. Disamping proses produksinya yang lebih lama dibandingkan dengan telur ayam ras, telur ayam kampung juga masih jarang diusahakan secara intensif. Selain itu proses penyediaan DOC hingga pemasaran telur ayam kampung belum terintegrasi seperti ayam ras kebanyakan, hal ini yang mengakibatkan perbedaan harga yang sangat signifikan antara telur ayam kampung dengan ayam ras.

Pada pemasaran telur ayam kampung di Bogor peternak selalu berpatokan terhadap harga jual yang terjadi didaerah Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya Blitar sebagai sentra produksi telur ayam terbesar di Indonesia. Di daerah tersebut harga jual telur sangat rendah dan tidak bisa menutupi harga produksi, karena di daerah Blitar dan sekitarnya para peternak banyak mengusahakan budidaya ayam kampung tetapi dengan skala kecil.

Pada umumnya peternak bertindak sebagai penerima harga (price taker), sehingga menyebabkan penerimaan ditingkat peternak menjadi paling rendah. Hal tersebut terjadi dikarenakan peternak tidak memiliki bargaining position yang kuat dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya serta tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai harga jual dipasaran. Selain itu, jauhnya lokasi pemasaran dari sentra produksi memungkinkan timbulnya resiko para peternak seandainya peternak menjual hasil panennya langsung kepada konsume akhir, yaitu berupa biaya transpotasi. Sedangkan jika menjual hasil panen di daerah produksinya, peternak menghadapi resiko harga penjualan terlalu rendah. Semakin banyak pihak yang terlibat dalam pemasaran, maka akan semakin


(37)

9   

banyak pula perlakuan yang diberikan dan pengambilan keuntungan oleh setiap lembaga pemasaran.

Proses pemasaran telur ayam kampung ini terjadi melalui beberapa lembaga pemasaran, dimulai dari peternak sampai ke pedagang pengencer yang pada akhirnya berhubungan dengan konsumen. Panjang atau pendeknya pola saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap permintaan (keuntungan) peternak pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Sehingga perlu dikaji sistem pemasaran telur ayam kampung dengan mengidentifikasi faktor-faktor pembentukan mekanisme pasar antara lain lembaga pemasaran, pola saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar serta keragaan pasar sehingga terjadi permasalahan tersebut.

Melihat kondisi tersebut ada beberapa permasalahan yang terjadi dan perlu dikaji antara lain:

1. Bagaimana sistem pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor ? 2. Apakah saluran pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor sudah

efisien yang dapat dilihat dari marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran yang dilakukan di Kabupaten Bogor

2. Menganalisis efisiensi pemasaran pemasaran telur ayam kampung di Kabupaten Bogor

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai gambaran umum bagi pelaku dalam produksi dan pemasaran telur ayam kampung dan mengambil kebijakan atau langkah-langkah yang berkaitan dengan kondisi dan struktur pasar, sumbangan pemikiran kepada decision maker dalam mencari alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas telur ayam kampung di Kabupaten Bogor, sebagai bahan pertimbangan atau literatur pada penelitian selajutnya


(38)

bahwa informasi mengenai pasar dan bagaimana sistemnya merupakan sumber daya yang sangat penting sebagai kunci keberhasilan untuk mengatasi kondisi pasar yang sering mengalami fluktuasi. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini adalah sebagai bentuk pengaplikasian ilmu-ilmu manajemen agribisnis yang telah didapatkan selama masa perkuliahan

1.5. Ruang lingkup

Batasan penelitian ini hanya menganalisis kegiatan pemasaran komoditas telur ayam kampung dilihat dari struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar serta melihat apa-apa saja yang terlibat dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut dalam kegiatan pemasaran komoditas telur ayam kampung. Dalam hasil analisis tersebut dapat diidentifikasi bagaimana efisiensi pemasaran komoditas telur ayam kampung yang kemudian memberikan gambaran secara umum mengenai kegiatan pemasaran untuk telur ayam kampung di Kabupaten Bogor.


(39)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Telur Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan salah satu varietas dari ayam buras yang paling banyak dikenal oleh masyarakat luas dan tersebar diseluruh pelosok tanah air. Pengertian ayam buras meliputi seluruh ayam bukan ras atau selain ayam negeri pedaging dan petelur. Penggolongan jenis ayam buras adalah jenis-jenis ayam seperti ayam kampung, ayam kedu, ayam nunukan, ayam pelung ataupun ayam hias. Selain itu, penggunaan istilah ayam kampung juga digunakan untuk beberapa jenis ayam buras.

Menurut Sarwono Ayam buras adalah ayam jinak yang terbiasa hidup ditengah masyarakat yang padat penduduk, mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan yang berubah-rubah dan juga penyakit. Penggunaan obat-obat untuk ayam kampung relatif sedikit, hal ini menyebabkan telur ayam kampung lebih digemari karena lebih alami dibandingkan dengan ayam ras. Telur ayam kampung mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan telur ayam ras, karena memiliki rasa yang lebih gurih dan kadar kemanisannya lebih rendah dibandingkan telur ayam ras. Telur ayam kampung tidak hanya dikonsumsi matang tetapi sering juga dikonsumsi segar atau mentah sebagai campuran madu, susu, atau jamu untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Selain itu, telur ayam kampung juga banyak digunakan dalam industri obat dan kosmetik.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, ayam kampung juga memiliki beberapa kelemahan antara lain sulitnya memperoleh bibit yang baik dan produksi telurnya yang lebih rendah dibandingkan ayam ras. Namun, tidak semua ayam kampung berproduksi lebih rendah dibandingkan ayam ras. Ayam kampung jenis kedu dan nunukan mampu memproduksi telur setara dengan produksi telur ayam ras.

Masalah yang paling menonjol dalam pemeliharaan ayam kampung adalah tingginya tingkat kematian anak ayam ketika berumur dibawah dua bulan. Penyebab utamanya adalah serangan penyakit. Setelah melewati umur dua bulan, biasanya ayam kampung lebih tahan terhadap serangan penyakit dibandingkan dengan ayam ras. Selain karena penyakit, penyebab kematian ayam bisa


(40)

disebabkan oleh pengaruh pakan dan lingkungan yang kurang memadai. Menurut Sujionohadi 2007 beberapa penyakit yang sering menyerang dan berbahaya serta penyebab lainnya yang sering menganggu pertumbuhan ayam kampung antara lain:

a. Tetelo/New Castle Disease (NCD) b. Gumboro/ (Infectious Bursal Disease) c. Marek (Leukosis Akuta)

d. Pilek Ayam (Infectious Coryza Snot) e. Mencret

Pemanenan telur ayam dapat dimulai setelah ayam dara berumur 6 bulan. Dalam pemanenan yang perlu diperhatikan adalah cara memungut telur karena telur mudah rusak. Dengan sistem intensif, produksi telur yang dihasilkan diperkirakan bisa mencapai 50 persen dengan masa produksi selama satu tahun. Penanganan pasca panen merupakan usaha untuk menjaga agar produk tetap berkualitas baik,dan tidak mudah rusak. Penanganan pasca panen yang dilakukan antara lain seleksi mutu dan pengemasan. Seleksi mutu dilaksanakan berdasarkan mutu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Klasifikasi telur yang baik antara lain bentuk telurnya normal, kulitnya mulus dan warna kulitnya seragam.

Telur 1 merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang membutuhkan telur. Telur ayam mengandung protein 12,8 persen, telur bebek 13,1 persen dan telur puyuh 10,3 persen. Selain itu telur mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium dalam jumlah yang cukup.

       1


(41)

13   

Telur2 ayam mengandung asam amino yang lebih baik dan lebih tinggi dibanding ayam ras maupun ayam negeri. Hal ini yang menyebabkan semua kandungan gizi pada ayam telur kampung bisa diserap tubuh dengan lebih baik. Meski begitu, dari segi kandungan gizi, seperti lemak, kolesterol, vitamin, dan lainnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara telur ayam kampung dan ayam ras maupun ayam negeri

Struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang dikelilingi oleh kuning telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua komponen itu dikelilingi oleh putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi, bersifat elastis dan dapat mengabsorpsi goncangan yang mungkin terjadi pada telur tersebut. Putih telur dikelilingi dan dilindungi oleh kulit telur yang berfungsi untuk mengurangi kerusakan fisik dan biologis.

Kualitas telur ditentukan oleh dua faktor, yakni kualitas luarnya berupa kulit, cangkang dan isi telur. Faktor luar meliputi bentuk, warna, tekstur, keutuhan dan kebersihan kulit, sedangkan faktor isi telur meliputi kekentalan putih telur, warna serta posisi kuning telur dan ada tidaknya noda-noda pada putih dan kuning telur. Dalam suhu ruang, telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari dua minggu. Kerusakan ini biasanya ditandai bila telur dipecahkan isinya/kuning dan putih telur tidak menggumpal lagi. Tanda-tanda telur segar yang baik adalah bentuk kulitnya bagus, cukup tebal, tidak cacat/retak, teksturnya baik, warnanya bersih,rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning telur di tengah dan tidak tidak terdapat bercak atau noda merah.

Dalam pemasaran telur dengan harga yang bagus harus dilakukan standarisasi berdasarkan mutu, berat, keutuhan dan kebersihan kulit telur. Berdasarkan kriteria itu, telur dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kualitas. Telur yang berkualitas baik mempunyai harga yang lebih mahal dibandingkan dengan yang berkualitas tidak baik. Jika akan dijual ke pasar, pengemasan menjadi hal yang harus diperhatikan. Menurut Agus,dkk (2001), Pengemasan yang baik, selain mencegah telur pecah juga memudahkan

       2

www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msg01732.html - 16k - [5 mei 2009]


(42)

pengangkutan. Secara tradisional, telur dikemas dalam kotak kayu yang diberi jerami, hal ini sangat mudah dan kurang aman. Cara terbaik adalah mendesain kantung khusus yang biasanya terbuat dari plastik untuk meletakkan telur, dengan cara ini, telur dikemas rapi dan aman. Untuk pasar premium (pasar swalayan dan supermarket), pengemasan ini telah menjadi standar.

2.2. Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis

Pemasaran merupakan suatu kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Penelitian mengenai pemasaran produk agribisnis telah banyak dilakukan antara lain tentang pemasaran telur ayam ras. Hasil yang diperoleh tentu saja berbeda dengan karakteristik tempat dan komoditi yang diteliti. Ramdhiani dan Dame (2008) meneliti tentang permintaan telur ayam ras dan buras. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pasar secara umum antara lain: (1) Rata-rata pendapatan konsumen, apabila pendapatan naik maka konsumen cenderung membeli lebih banyak, (2) Ukuran pasar, kota yang populasinya lebih besar akan membeli lebih banyak dari pada kota yang populasinya kecil, (3) Harga dan ketersediaan produk-produk yang berkaitan atau produk substitusi, (4) Selera konsumen dan (5) Pengaruh lainnya seperti perayaan hari besar agama, tahun baru.

Ramdhiani (2008) dalam penelitiannya tentang permintaan telur ayam ras dan ayam buras menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ayam ras dan ayam buras di DKI Jakarta yaitu harga telur ayam ras, harga telur ayam buras dan jumlah anggota rumah tangga. Begitu juga dengan Dame (2008) dalam penelitiannya mengenai permintaan rumah tangga konsumen terhadap telur ayam ras menyimpulkan bahwa, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan telur ayam buras di Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak Riau adalah jumlah anggota keluarga dan selera. Kedua penelitian diatas tentang permintaan telur ayam dapat disimpulkan bahwa, yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras maupun ayam buras adalah harga, pendapatan dan jumlah anggota keluarga serta selera. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam tidak jauh berbeda dengan komoditas agribisnis lainnya.


(43)

15   

Fungsi-fungsi pemasaran produk agribisnis secara umum telah banyak dilakukan penelitian oleh Surya, Eryani, dan Sigalingging dalam penelitian mereka tentang analisis pendapatan dan pemasaran produk agribisnis yang tidak terlepas dari peranan pedagang grosir. Surya (2004) dalam penelitiannya tentang Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur Ayam Ras Kotamadya Depok Provinsi Jawa Barat mempunyai tujuan mempelajari, menganalisa serta menghitung pendapatan usaha , mempelajari saluran pemasaran telur ayam ras berdasarkan daerah tujuan pemasaran yang paling efisien ditinjau dari segi teknis, ekonomi, marjin pemasaran serta farmer’s share. Selain itu juga mempunyai tujuan mempelajari dan menganalisa fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar pada setiap lembaga pemasaran telur serta menghitung sebaran marjin pemasaran telur pada setiap jalur pemasaran yang terjadi.

Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling dengan jumlah responden 30 persen dari jumlah pengencer yang melakukan pembelian ke pedagang grosir. Saluran pemasaran telur ayam ras di Kelurahan Serua terdiri dari 13 pola saluran pemasaran. Didalam pola saluran pemasaran tersebut didalamnya tidak lepas dari peranan pedagang grosir. Sistem pembayaran grosir kepada peternak yaitu sistem tunai dan sistem cek. Sistem pembayaran pengencer kepada grosir yaitu sistem tunai dan sistem pembayaran kemudian (hutang).

Eryani (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pemasaran Mangga Gedong Ginju (Mangifera indica L), di Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mempelajari saluran pemasaran dan fungsi pemasaran, menganalisis struktur, perilaku dan keragaan pasar, mengidentifikasi efisiensi pemasaran. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara langsung yang dilkakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan jumlah respoden baik itu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir dan pedagang pengencer. Penelitian ini menyimpulkan bahwa saluran pemasaran mangga gedong ginju hingga ke konsumen melibatkan beberapa pelaku pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir, supplier, dan pengencer. Saluran yang terbentuk sebanyak sembilan saluran pemasaran juga didalamnya tidak lepas dari peranan padagang grosir.


(44)

Sigalingging (2007) menyatakan dalam penelitiannya tentang Analisis Efisiensi Pemasaran Ayam ras Pedaging (Broiler) di Kecamatan Pemijahan Kabupaten Bogor mempunyai tujuan menganalisis saluran pemasaran ayam

broiler, menganalisis marjin pemasaran dan nilai perolehan peternak serta menganalisis tingkat keterpaduan harga ditingkat pengencer dan harga ditingkat peternak. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dan

purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam saluran pemasaran yang didasarkan kepada jumlah pembeli dan penjual yang terlibat didalam pemasaran ayam ras pedaging. Saluran yang terbentuk ditingkat peternak hanya satu saluran yaitu peternak menjual semua produknya ke inti. Dalam pemasaran ayam pedaging ke inti lebih banyak menjual ayam kepada pedagang pengumpul, karena pedagang pengumpul tidak memperlakukan ukuran standar ayam sehingga peternak akan diuntungkan karena peternak tidak melakukan penyortiran. Volume penjualan kepada pedagang pengencer lebih besar, sementara efisiensi harga tercapai apabila perubahan harga yang terjadi ditingkat konsumen harus langsung ditransmisikan kepada produsen oleh pelaku pasar.

Dari beberapa saluran pemasaran pada penelitian diatas, peranan pedagang grosir masih berperan besar. Peran pedagang grosir atau pengencer sangatlah penting, mengingat hubungan mereka sangat dekat dan langsung berkaitan dengan peternak seperti penelitian Surya, Eryani dan Sigalingging menyatakan bahwa hampir semua lembaga dan saluran pemasaran tidak terlepas dari pedagang grosir atau pengencer.

Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Pengukuran efisiensi pemasaran telah dilakukan penelitian terdahulu oleh Surya, Kurniawati, dan Sigalingging. Surya (2004) dalam penelitiannya tentang analisis pendapatan dan pemasaran telur ayam ras menyimpulkan bahwa struktur pasar yang hadapi peternak cenderung cenderung mendekati struktur pasar oligopoli. Struktur pasar yang dihadapi pedagang grosir di Pasar Parung, Pasar Buncit dan Pasar Ciputat cenderung oligopoli. Struktur pasar yang dihadapi pedagang grosir di Pasar


(45)

17   

Gaplok cenderung monopoli. Pada tingkat pedagang pengencer cenderung mendekati struktur pasar persaingan sempurna.

Berdasarkan nilai indeks efisiensi teknis terendah dan nilai indeks efisiensi ekonomi serta farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran yang dimulai dari produsen-pedagang grosir –konsumen. Farmer’s share pada setiap saluran pemasaran berkisar antara 82,43 persen sampai 96,88 persen. Secara keseluruhan saluran pemasaran yang terbentuk cukup baik, karena harga yang diterima produsen dari harga jual ditingkat konsumen cukup besar. Farmer’s share selalu bertolak belakang dengan marjin pemasaran, semakin tinggi marjin maka semakin kecil farmer’s share yang didapat.

Sigalingging (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan pendekatan analisis marjin, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya dan IMC saluran pemasaran yang paling efisien terdapat pada saluran pemasaran dari peternak langsung menjual semua produknya ke inti (pengumpul). Pemasaran langsung ke pengumpul tidak memerlukan ukuran standar sehingga peternak lebih diuntungkan.

Kurniawati (2007) dalam penelitiannya Analisis Pemasaran Buah stroberi mempunyai tujuan menganalisis terjadinya perbedaan yang besar diantara harga jual ditingkat pedagang pengencer,menganalisis sistem pemasaran pada lokasi penelitian dengan menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran, struktur pasar dan fungsi lembaga pemasaran serta menganalisis tingkat efisiensi.

Perilaku pasar pada pemasaran buah stroberi ini terjadi dengan melihat sistem penentuan harga dan pembayaran harga stroberi yang terjadi serta kerjasama diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Sistem penentuan harga yang terjadi pada proses pemasaran buah stoberi di Desa Alamendah berdasarkan dua cara yaitu berdasarkan penetapan berdasarkan kondisi pasar yang sedang berlaku dan melihat kondisi kualitas dan permintaan produk. Hasil perhitungan marjin pemasaran terbesar pada saluran satu yaitu 57,14 persen, total marjin pemasaran berikutnya adalah pola pemasaran tiga dengan marjin sebesar 55,71 persen. Marjin pemasaran terkecil adalaha sebesar 42,86 persen.

Farmer’s share terbesar yaitu pada saluran pemasaran ke lima sebesar 60 persen, selanjutnya diikuti 53,33 persen pada saluran empat, 50 persen pada


(46)

saluran pemasaran dua, 45,71 persen pada saluran tiga serta farmer’s share

terkecil pada pola pemasaran satu sebesar 42,86 persen. Berdasarkan perhitungan marjin pemasaran, dan farmer’s share maka saluran pemasaran buah stroberi yang paling efisien di Desa Alamendah adalah pada saluran dimana petani langsung menjual hasil panennya kepada pedagang pengencer. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin pendek saluran pemasaran suatu produk, maka semakin efisien dan semakin banyak keuntungan yang diterima petani.

Analisis pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari, Ciawi Bogor Jawa Barat merupakan skripsi yang diangkat oleh Batubara (2009). Tujuan penelitian tersebut adalah mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran sayuran organik di PT Agro Lestari, menganalisis perbedaan harga jual ditingkat petani dan ditingkat pemasok serta menganalisis farmer’s share dan rasio keutungan biaya untuk mendapatkan saluran pemasaran yang efisien.

Struktur pasar yang dihadapi oleh petani sayuran organik bersifat pasar persaingan sempurna, hal ini didasarkan pada jumlah petani (penjual) yang banyak, dimana sebagian besar penduduk didaerah perusahaan bermata pencarian pokok sebagai petani, sehingga petani yang menjual sayuran organik bersaing dengan petani sayuran non organik. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul dan petani besar yaitu perusahaan sebagai penjual dan pemasok sebagai pembeli menghadapi struktur pasar monopsoni karena jumlah pedagang pengumpul hanya ada satu sementara pemasok cukup banyak. Struktur pasar yang terjadi dipemasok merupakan struktur pasar oligopoli dimana penjual sayuran organik lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembeli (konsumen akhir).

Penelitian ini menghasilkan tiga pola saluran pemasaran, yang menunjukkan bahwa total marjin pemasaran terbesar terdapat pada pola pemasaran komoditi wortel organik dan petai organik yaitu sebesar 68 persen dan 70,86 persen. Marjin pemasaran terkecil yaitu pada pemasaran komoditi kangkung 60,02 persen. Dari kepentingan petani saluran pemasaran yang mendapatkan keuntungan terbesar adalah pada komoditas kangkung organik dengan farmer’s share terbesar 40 persen.


(47)

19   

Berdasarkan penelitian-peneliatian diatas, baik penelitian pemasaran tentang ayam maupun penelitian pemasaran produk agribisnis lainnya, belum terdapat penelitian mengenai analisis pemasaran telur ayam terutama telur ayam kampung. Telur ayam kampung merupakan suatu produk yang digemari konsumen teruatama karena masih alami,mempunyai rasa yang lebih gurih, kandungan protein tinggi serta kandungan gizinya bagus. Agar suatu produk mampu bersaing, diperlukan suatu pengetahuan pemasaran yang menyeluruh, dan salah satu bentuk pengetahuan yang diperlukan pada pemasar adalah pengetahuan terhadap saluran pemasaran, fungsi-fungsi yang ada disetiap lembaga pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar. Penelitian ini menganalisis perubahan nilai yang terjadi ketika terjadi perpindahan komoditas dari setiap lembaga pemasaran baik dari segi perubahan fungsi, bentuk dan waktu. Kesenjangan perubahan harga antara peternak dan konsumen akhir menjadikan penyebab mengapa penelitian dengan judul Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor ini jelas berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, terutama mengangkat telur ayam kampung sebagai topik utama.


(48)

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, adalah teori mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian analisis pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Jawa Barat terdiri dari saluran pemasaran, lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur serta perilaku pasar untuk menilai efisiensi harga. Marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya digunakan untuk menilai efisiensi pemasaran secara operasional.

3.1.1. Sistem Pemasaran

Kohl dan Uhl (1985), mendefinisikan tataniaga atau pemasaran pangan merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa komoditas pertanian mulai dari titik produksi (petani) sampai ke tangan konsumen. Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan bahwa pemasaran mencakup segala aktivitas yang diperlukan dalam pemindahan hak milik yang menyelenggarakan saluran fisiknya termasuk jasa-jasa dan fungsi-fungsi dalam menjalankan distribusi barang dari produsen sampai ke konsumen termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen. Dengan kata lain pemasaran merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan untuk menggerakkan produksi mulai dari produsen utama hingga sampai ke konsumen akhir.

Di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi, disebut tataniaga karena niaga identik dengan barang dagang sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan barang-barang. Perdagangan biasanya dijalankan melalui pasar maka tataniaga disebut juga pemasaran atau marketing. Dalam suatu sistem pemasaran terdapat komponen-komponen yang terlibat yaitu produsen, lembaga pemasaran dan


(49)

21  

konsumen serta lembaga lain yang langsung atau tidak langsung terlibat didalamnya. Sejauh mana tiap komponen tersebut terlibat dalam sistem pemasaran komoditi pertanian rakyat tergantung pada aktivitas mereka dalam membina sistem pemasaran yang sedang berlaku. Pada tiap tingkat waktu, kegiatan komponen tersebut akan menentukan tingkat efisiensi pemasaran.

Kohl dan Uhl (2002) mendefinisikan pasar sebagai suatu arena untuk mengatur dan menfasilitasi aktivitas bisnis serta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar ekonomi mengenai: produk apa yang dihasilkan, berapa banyak produksi, bagaimana cara memproduksi, dan bagaimana produk didistribusikan. Sedangkan menurut Dahl and Hammond (1977), secara garis besar pasar merupakan sejumlah lingkungan atau tempat dimana, (1) kekuatan permintaan dan penawaran saling bertemu, (2) terbentuk harga serta perubahan harga terjadi, (3) terjadinya perpindahan kepemilikan sejumlah barang dan jasa dan, (4) beberapa susunan fisik dan institusi dibuktikan.

Kohl dan Uhl (2002) merumuskan pemasaran sebagai bentuk dari segala aktivitas bisnis termasuk didalamnya aliran barang-barang dan jasa dari titik dimana produk pertanian dihasilkan sampai berada ditangan konsumen akhir.

Pemasaran mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Konsep tersebut menunjukkan adanya kegunaan bentuk, kegunaan waktu, kegunaan tempat dan kegunaan hak milik yang menyebabkan pemasaran merupakan kegiatan yang produktif (Limbong dan Sitorus, 1987).

Pemasaran memiliki sasaran dan berusaha untuk memaksimumkan tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai jenis produk yang dipasarkan. Upaya ini menjadi salah satu sasaran karena dengan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi akan berimplikasi kepada peningkatan volume penjualan dan pada gilirannya akan merangsang peningkatan volume produksi. Dengan kata lain, memaksimumkan tingkat konsumsi akan memaksimumkan pula tingkat produksi, kesempatan kerja, kesempatan berusaha,kesejahteraan dan mutu hidup


(50)

masyarakat. Tingkat produksi yang tinggi akan berpengaruh positif kepada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi secara makro dan selanjutnya akan memperbaiki kualitas hidup masyarakat, meningkatkan daya beli potensial dan merangsang peningkatan investasi pada sektor-sektor produktif, baik dibidang produktif, baik dibidang pertanian maupun dibidang lainnya yang terkait.

3.1.2. Lembaga dan Saluran Pemasaran

Limbong dan Sitorus (1987), mendefinisikan lembaga tataniaga sebagai suatu lembaga perantara yang berperan dalam kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran barang mulai dari titik produsen sampai ke titik konsumen dikelompokkan menjadi empat kelompok antara lain:

1. Pengelompokkan berdasarkan fungsi yang dilakukan

Berdasarkan fungsi yang dilakukan, lembaga-lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi:

a. Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan pertukaran seperti pengecer, grosir, dan lembaga perantara lainnya.

b. Lembaga pemasaran yang melakukan kegiata fisik seperti pengolahan, pengangkutan dan penggudangan.

c. Lembaga pemasaran yang menyediakan fasilitas-fasilitas pemasaran seperti informasi pasar, Kredit Desa, KUD, Bank Unit Desa dan lain-lainnya. 2. Pengelompokkan berdasarkan penguasaan terhadap suatu barang.

Berdasarkan penguasaan terhadap suatu barang, lembaga-lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi:

a. Lembaga pemasaran yang menguasai dan memiliki barang yang dapat dipasarkan seperti: pengecer, grosir, pedagang pengumpul, tengkulak, dan lain-lain.

b. Lembaga pemasaran yang menguasai tetapi tidak memiliki barang yang dipasarkan seperti: agen, broker, lembaga pelanggan dan lain-lain.

c. Lembaga pemasaran yang tidak menguasai dan tidak memiliki barang yang dipasarkan seperti: lembaga pengangkutan, pengolahan, perkreditan, dll.


(51)

23  

3. Pengelompokkan berdasarkan kedudukannya dalam struktur pasar

a. Lembaga pemasaran yang bersaing sempurna, seperti pengecer beras, pengecer rokok, dan lain-lain.

b. Lembaga pemasaran yang memonopolistis seperti pedagang bibit, pedagang benih, dan lain-lain.

c. Lembaga pemasaran yang oligopolis, seperti importir cengkeh, perusahaan semen, dan lain-lain.

4. Pengelompokkan berdasarkan bentuk usahanya

a. Berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT), Firma, Koperasi.

b. Tidak berbadan hukum, seperti perusahaan perseorangan, pedagang pengecer, tengkulak dan sebagainya.

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan pemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya.

Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka langsung ke pemakai akhir. Antara produsen dan pemakai akhir terdapat satu atau beberapa saluran pemasaran, yaitu serangkaian perantara pemasaran yang melaksanakan berbagai fungsi. Keputusan saluran pemasaran merupakan salah satu keputusan plaing rumit dan menantang yang dihadapi produsen. Saluran yang dipilih sangat mempengaruhi semua keputusan pemasaran lain (Limbong dan Sitorus, 1987).

Pola umum saluran pemasaran produk-produk pertanian di Indonesia dapat dilihat pada Gambar:

Gambar 1: Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia

Sumber: Limbong dan Sitorus, 1987

Produsen

Tengkulak

Koperasi/KUD Pengecer

Pedagang Besar Perantra

Konsumen Akhir Domestik


(52)

Pihak produsen menggunakan perantara bila mereka kekurangan sumber daya finansial untuk melakukan pemasaran langsung atau bila mereka dapat memperoleh penghasilan lebih banyak dengan menggunakan perantara. Kegunaan perantara bersumber pada keunggulan efisiensi mereka untuk membuat produk tersedia luas dan jangkauan oleh pasar sasaran. Fungsi paling penting yang dilakukan perantara adalah informasi, promosi, negosiasi, pemesanan, pembiayaan, pengambilan resiko, pemilikan fisik dan pembayaran (Kotler, 2002).

Tiap perantara yang melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir merupakan satu tingkat saluran.

Saluran nol-tingkat terdiri dari produsen yang menjual langsung ke konsumen akhir. Saluran satu-tingkat berisi satu perantara penjualan, seperti pengecer.

Saluran dua-tingkat berisi dua perantara. Dalam pasar barang konsumsi, mereka pada umunya adalah pedagang besar dan pengecer. Saluran tiga-tingkat berisi tiga perantara, misalnya pedagang besar, pemborong, dan pengecer. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2:

Gambar 2. Tingkatan Saluran Pemasaran

3.1.3. Fungsi-fungsi Pemasaran

Proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke tangan konsumen memerlukan berbagai kegiatan fungsional pemasaran yang ditujukan untuk memperlancar proses penyaluran barang atau jasa secara efektif dan efisien, untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan fungsional tersebut disebut sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terkait atau terlibat dalam proses pemasaran suatu komoditas, dan membentuk rantai pemasaran atau sering disebut sebagai sistem pemasaran.

 

Peternak 

Pdg Besar

Pemborong

Pengecer

 

Konsumen 

Pdg Besar

Pengecer


(1)

Jika Tidak,

Mengapa?... ... 2.4 Adakah perjanjian atau ketentuan dengan pemberi bantuan mengenai cara atau aturan penjualan? ( ) Ya ( ) Tidak

Jika Ya,

Sebutkan... ...

3. Aspek Pemasaran

3.1 Dengan siapakan saudara melakukan kegiatan pembelian telur? Lembaga Pemasaran Alamat/ Lokasi Harga Beli (Rp/Kg) Jumlah Pembelian (Kg) Sistem Pembayaran

3.2 Bagaimana cara pembelian telur yang saudara lakukan ? ( ) Borongan ( ) Bertahap

3.3 Apakah saudara melakukan kegiatan penjualan telur ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, dengan siapakah saudara melakukan kegiatan penjualan ?

Lembaga Pemasaran Alamat / Lokasi Harga Jual (Rp/Kg) Jumlah Pembelian (Kg) Sistem Pembayaran


(2)

Jika Tidak, mengapa?... 3.4 Biaya Pemasaran yang harus saudara tanggung terdiri dari:

( ) Tenaga kerja Rp.../... ( ) Pengangkutan Rp.../... ( ) Pungutan Rp.../... ( ) Komisi Rp.../... ( ) Lainnya Rp.../... 3.5 Apakah saudara menjual komoditi lainnya?

3.6 Apakah saudara memiliki tempat sendiri untuk berjualan? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, Sebutkan... 3.7 Berapa waktu yang dibutuhkan sampai produk terjual habis?

3.8 Apakah saudara mengalami kesulitan memasarkan hasil?

( ) Ya, mengapa?... ... ( ) Tidak, mengapa... 3.9 Berapa usaha sejenis didaerah (pasar) ini?

3.10 Apakah usaha telur ayam ini masih memiliki prospek?

( ) Ya, Mengapa?... ... ( ) Tidak, mengapa?... 3.11 Apakah saudara menerapkan standarisasi mutu terhadap komoditi yang saudara beli dan jual? ( ) Ya ( ) Tidak

Jika Ya, Jelaskan... ... 3.12 Sebelum penjualan, apakah saudara melakukan penyortiran kembali?

( ) Ya ( ) Tidak

( ) Jika Ya, berdasarkan apa... ...

3.13 Berapa besar permintaan pasar untuk komoditi telur ayam ini per bulan?... ... 3.14 Apakah saudara sanggup memenuhi permintaan tersebut ?


(3)

( ) Ya ( ) Tidak

( ) Jika Tidak, mengapa... ... 3.15 Bagaimana saudara memperoleh informasi tentang harga jual telur ayam ... ... 3.16 Bagaimana saudara menentukan harga jual ?... ... 3.17 Apakah saudara melakukan penyimpanan hasil produksi telur?

( ) Ya ( ) tidak Jika Ya,

a. Kapan dan apa alasan anda melakukan penyimpanan?... b. Jumlah komoditi yang disimpan...Kg/... c. Lama penyimpanan... d. Cara penyimpanan... e. Biaya penyimpanan... 3. 18 Apakah saudara menanggung sendiri resiko dari kegiatan penjualan ?... ... 3. 19 Apakah saudara memberikan bantuan / kredit kepada peternak telur ? Jika Ya, berapa lama dan kapan jangka waktu pengembaliannya... ... 3.20 Apakah saudara mengalami hambatan dalam memasarkan telur...?


(4)

Lampiran 15. Contoh Produk Telur yang Dihasilkan oleh Peternakan Trias Farm

Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm

Telur Ayam Arab di peternakan Trias Farm

Telur Ayam Kampung


(5)

Lampiran 16. Tahapan dalam Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm

Tahap Bumigasi Telur Timbangan Telur

Mesin Tetas Telur yang disortasi


(6)

Lampiran 17. Proses Produksi Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm

Ayam berumur 1-21hari

Ayam berumur 21- 120 hari