Analisis investasi pengembangan nipah (Nypa fruticans) dalam mendukung desa mandiri energy di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat

(1)

PROVINSI PAPUA BARAT

TREES AUGUSTINE PATTIASINA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Saya menyatakan dengan sebenarnya-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

ANALISIS INVESTASI PENGEMBANGAN NIPAH (Nypa fruticans)

DALAM MENDUKUNG DESA MANDIRI ENERGI

DI KABUPATEN TELUK BINTUNI

PROVINSI PAPUA BARAT

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2011

Trees Augustine Pattiasina NRP. H353080021


(3)

PROVINSI PAPUA BARAT

TREES AUGUSTINE PATTIASINA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

Nama : Trees Augustine Pattiasina Nomor Pokok : H353080021

Mayor : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, M.S. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si. Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Koordinator Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A.

3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.


(5)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat kasih dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan baik. Tesis ini membahas tentang analisis investasi pengembangan nipah dalam mendukung desa mandiri energi di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Rita Nurmalina, M.S. dan Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat membantu selama penyusunan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. selaku koordinator Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dalam proses pembelajaran selama penulis kuliah di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian.

2. Dr. Ir. Henny K. Daryanto, M.Ec. selaku Penguji Luar Komisi dan Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S. sebagai Penguji yang mewakili Mayor Ilmu

Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang pada Ujian Tesis, yang telah memberikan masukan bagi perbaikan tesis ini.

3. Bapak Abetan sebagai ketua kelompok usaha penyadap nipah dan para penyadap nipah atas semua informasi yang diberikan, waktu dan tenaga untuk menemani penulis selama pengambilan data.


(6)

mengenai rencana pengembangan bioetanol di Kabupaten Teluk Bintuni, staf Dinas Kehutanan, Bapeda, dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Teluk Bintuni atas semua bantuannya. Saudara Teo atas kesediaannya menjadi enumerator penulis, dan semua pihak yang selama ini telah memberikan masukan bagi penyelesaian penulisan tesis ini.

5. Kedua orangtua di Manokwari dan Jayapura, suami “Novie F. Rantung”, serta seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, kesabaran dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan.

Teman-teman Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian angkatan 2008, Ida, Kani, Mbak Corry, Mbak Nurul, Mbak Retno, Liston, Mas Gonang, Andrew, dan Tatho, terima kasih buat semua kebersamaan dan dukungannya selama proses belajar di IPB. Buat seluruh staf mayor EPN, Mbak Ruby, Mbak Yani, Mbak Angga, Ibu Kokom, dan Pak Husein, terima kasih buat semua bantuan terutama untuk pengurusan administrasi selama penulis menempuh pendidikan.

Akhir kata, tesis ini penulis persembahkan kepada pembaca sebagai pengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Maret 2011


(7)

Penulis dilahirkan di Manokwari pada tanggal 5 Agustus 1981 dari Ayah Ir. Jopie W. Pattiasina, MS dan Ibu Dewi Nandjar. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Manokwari dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Cenderawasih (UNCEN) yang sejak tahun 2001 berubah menjadi Universitas Negeri Papua (UNIPA), Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dengan mengambil minat Agribisnis. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi di Jurusan Sosek dan juga aktif sebagai anggota paduan suara Universitas Negeri Papua. Penulis menyelesaikan studi di UNIPA pada Januari 2004 dan selama satu tahun penulis menjadi asisten kegiatan praktikum matakuliah Tataniaga Pertanian.

Tahun 2005 penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil di Lingkungan Universitas Negeri Papua pada Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Selama 3 tahun bekerja, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan penelitian baik yang didanai secara pribadi maupun kerjasama Pemerintah Daerah dan perusahaan.

Tahun 2008 penulis mendaftar untuk mengikuti pendidikan jenjang Strata 2 (Magister) di Institut Pertanian Bogor, dan diterima pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) dengan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS). Selama mengikui pendidikan, penulis juga tergabung dalam paduan suara ”Gita Swara Pascasarjana” Institut Pertanian Bogor.


(8)

©

Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau


(9)

TREES AUGUSTINE PATTIASINA. Investment Analysis of Nipa Palm (Nypa fruticans) Development in Supporting Rural Energy Self-reliance in Bintuni Bay District West Papua Province (RITA NURMALINA as a Chairman and ANNA FARIYANTI as a Member of the Advisory Committee).

Nipa palm is one plant that can be used to produce bioethanol. Nipa palm development investment planning needs to be done well because of the complexity of investment issues in the Bintuni Bay, such as the high cost of investment. The aims of this study were to (1) analyze the feasibility of non-financial development of nipa palm, (2) analyze the non-financial and economic feasibility development of nipa palm from farming subsystem to processing industry subsystem in supporting self-reliance in rural energy in Bintuni Bay, (3) analyze the best alternative in various scenarios of nipa palm development, and (4) analyze the impact changes in output price, input, and labor on investment feasibility development of nipa palm. Cost Benefit Analysis was performed to calculate the financial and economic feasibility. Results showed that (1) nipa palm development in supporting rural energy self-reliance is feasible based on non-financial aspects, (2) nipa palm development of farming subsystem to processing industry subsystem is feasible based on financial and economic analysis, except for bioethanol plant with a capacity of 100 liters per day at 13% discount rate, (3) according to analysis of various scenarios, all alternatives are feasible and the best alternative is tapping nipa palm and plant bioethanol 1,000 liters per day, and (4) sensitivity analysis showed that bioethanol price increase is more sensitive to changes in feasibility levels.

Keywords : nipa palm, financial feasibility, economic feasibility, cost benefit analysis


(10)

TREES AUGUSTINE PATTIASINA. Analisis Investasi Pengembangan Nipah (Nypa fruticans) dalam Mendukung Desa Mandiri Energi di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat (RITA NURMALINA sebagai Ketua dan ANNA FARIYANTI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Teluk Bintuni adalah salah satu kabupaten pemekaran di Provinsi Papua Barat yang merencanakan untuk mengembangkan dan memproduksi bahan bakar nabati dalam bentuk bioetanol. Program ini dilakukan untuk mengantisipasi kelangkaan bahan bakar minyak yang pernah terjadi dan akan terjadi bila bahan bakar minyak berbasis fosil terus di ekspoitasi. Selain itu pengembangan bioetanol diharapkan dapat menjadikan Teluk Bintuni sebagai kabupaten mandiri energi. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai penghasil bioetanol sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang tersedia di Teluk Bintuni adalah nipah. Untuk mewujudkan program tersebut, pemerintah bekerjasama dengan pihak ketiga, yaitu PT. Rizki Anugerah Putera untuk membangun pabrik bioetanol dan berupaya mengembangkan tanaman nipah dalam bentuk perkebunan. Namun, yang menjadi kendala dalam investasi di bidang energi di Teluk Bintuni adalah biaya investasi yang besar. Untuk itu perencanaan investasi pengembangan nipah perlu dilakukan dengan baik mulai dari subsistem usahatani hingga subsistem industri pengolahan. Penelitian mengenai analisis investasi pengembangan nipah perlu dilakukan.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis kelayakan non finansial pengembangan nipah, (2) menganalisis kelayakan finansial dan ekonomi pengembangan nipah dari subsistem usahatani hingga subsistem industri pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni, (3) menganalisis alternatif pengembangan nipah dari berbagai skenario, dan (4) menganalisis dampak perubahan harga output, harga input, dan upah tenaga kerja terhadap kelayakan investasi pengembangan nipah di Teluk Bintuni. Penelitian ini dilakukan di Distrik Bintuni Kabupaten Teluk Bintuni yang merupakan daerah yang menjadi prioritas program desa mandiri energi dan memiliki luasan nipah terbesar. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang akan digunakan untuk analisis berbagai aspek non finansial, dan analisis finansial dan ekonomi. Data di peroleh dari penyadap nipah, pihak Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah, Dinas Pertanian, Bapeda, jurnal, tesis, skripsi, dan browsing internet. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan ketiga, untuk tujuan kedua menggunakan kriteria investasi analisis manfaat biaya, dan analisis sensitivitas untuk tujuan keempat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan nipah dalam mendukung desa mandiri energi dari berbagai aspek-aspek non finansial adalah layak dilakukan. Aspek pasar dan pemasaran menggambarkan bioetanol memiliki potensi untuk terus dikembangkan karena memiliki peluang pasar baik domestik maupun internasional. Aspek teknis menunjukkan geomorfologi Teluk Bintuni sesuai dengan syarat tumbuh nipah, ketersediaan bahan baku saat ini cukup, aksesibilitas menuju lokasi nipah dan pabrik terbuka dan lancar, dan transportasi


(11)

dari segi budaya menunjukkan investasi pengembangan nipah layak dilakukan karena tradisi memproduksi nipah sudah dilakukan sejak lama, dan adanya persetujuan pembayaran kompensasi. Aspek lingkungan membawa pengaruh yang positif terhadap lingkungan. Pengembangan nipah diharapkan menjadi penyangga ekosistem bagi biota disekitarnya, dan limbah bioetanol dapat dijadikan pupuk. Aspek pola kemitraan menggambarkan hubungan kemitraan yang baik antara pemerintah, penyadap, dan perusahaan dari segi permodalan dan pemasaran.

Berdasarkan analisis finansial dan ekonomi, pengembangan nipah dari subsistem usahatani hingga subsistem industri pengolahan layak dilakukan, kecuali pabrik bioetanol dengan kapasitas 100 liter per hari pada tingkat discount rate 13 persen. Berdasarkan analisis finansial dan ekonomi berbagai alternatif skenario yang dilakukan, semua alternatif memberikan hasil layak dan alternatif paling baik dilakukan adalah penyadapan nipah dan pabrik bioetanol kapasitas 1 000 liter per hari (skenario 1). Namun dalam mendukung desa mandiri energi maka perlu dipertimbangkan pengembangan produksi nipah (skenario 5 dan 6) untuk menjaga kontinuitas bahan baku. Hasil perbandingan nilai finansial dan ekonomi menunjukkan nilai ekonomi lebih besar dari nilai finansial. Hal ini berarti investasi pengembangan nipah di Teluk Bintuni lebih memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan dibanding pengusaha atau pengelola kegiatan (proyek). Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan, kebijakan peningkatan harga jual bioetanol memberikan tambahan manfaat yang paling besar untuk nilai finansial dan ekonomi. Tingkat perubahan lainnya menunjukkan dampak kebijakan pemerintah akan memberikan tambahan manfaat terhadap berbagai skenario, dan ada juga yang mengurangi manfaat yang diperoleh bahkan tidak berdampak positif.

Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa nipah memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol. Teluk Bintuni sebagai Kabupaten baru juga berpeluang untuk dijadikan daerah dengan kemandirian energi sesuai dengan sumberdaya alam yang dimiliki.

Kata Kunci : Nipah, Kelayakan Finansial, Kelayakan Ekonomi, Analisis Manfaat Biaya


(12)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Henny K. Daryanto, M.Ec.

(Dosen Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor)

Penguji Wakil Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang : Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S.

(Dosen Departemen Ilmu Ekonomi,


(13)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Kegunaan Penelitian ... 12

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1. Latar Belakang Bahan Bakar Nabati ... 15

2.2. Pemanfaatan Nipah Sebagai Sumber Energi Alternatif ... 19

2.3. Tinjauan Studi Terdahulu ... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27

3.1. Konsep Dasar Analisis Manfaat Biaya Untuk Proyek Pertanian . 27 3.2. Kelayakan Aspek-aspek Non Finansial ... 29

3.3. Kelayakan Finansial dan Ekonomi ... 37

3.4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 49

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 53

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitisn ... 53

4.2. Sumber dan Jenis Data ... 53

4.3. Metode Penentuan Sampel ... 54

4.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 54

4.4.1. Analisis Aspek-aspek Non Finansial ... 55


(14)

xiv

4.4.3. Analisis Ekonomi ... 59

4.4.4. Analisis Sensitivitas ... 64

V. KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN DAN RESPONDEN 67 5.1. Karakteristik Alam Kabupaten Teluk Bintuni ... 67

5.2. Sistem Pertanian dan Pola Pemanfaatan Sumberdaya Alam ... 71

5.3. Kependudukan ... 72

5.4. Tinjauan Ekonomi Kabupaten Teluk Bintuni ... 73

5.5. Karakteristik Rumahtangga Responden Penyadap Nipah ... 74

5.6. Mata Pencaharian Utama Responden Penyadap Nipah ... 75

5.7. Penerimaan Tunai Rumahtangga Responden Penyadap Nipah ... 76

5.8. Karakteristik Kelompok Usaha dan Perusahaan ... 78

5.9. Gambaran Umum Tumbuhan Nipah (Nypa fruticans) ... 78

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 81

6.1. Analisis Aspek-aspek Non Finansial ... 81

6.1.1. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 81

6.1.2. Aspek Teknis ... 89

6.1.3. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 104

6.1.4. Aspek Lingkungan ... 109

6.1.5. Aspek Pola Kemitraan ... 111

6.2. Analisis Finansial Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan... 113

6.2.1. Arus Manfaat Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan ... 116

6.2.2. Arus Biaya Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan ... 125

6.2.3. Kriteria Kelayakan Finansial Investasi Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan ... 145

6.3. Analisis Ekonomi ... 154

6.3.1. Arus Manfaat Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan ... 155

6.3.2. Arus Biaya Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan ... 157


(15)

xv

6.3.3. Kriteria Kelayakan Ekonomi Investasi Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem

Industri Pengolahan ... 164

6.4. Perbandingan Analisis Finansial dan Ekonomi dan Pembahasan Analisis Alternatif Terbaik dari Berbagai Skenario ... 169

6.5. Arah Pengembangan Nipah dalam Mendukung Desa Mandiri Energi di Kabupaten Teluk Bintuni ... 174

6.6. Analisis Sensitivitas ... 177

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ... 183

7.1. Kesimpulan ... 183

7.2. Implikasi Kebijakan ... 184

7.3. Saran Penelitian Lanjutan ... 185

DAFTAR PUSTAKA ... 187


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 ... 1

2. Konsumsi Energi Berdasarkan Sektor Tahun 2004 – 2008 ... 3

3. Potensi Perolehan Bioetanol dari Aneka Bahan Mentah yang Mungkin Dimanfaatkan di Papua ... 5

4. Tumbuh-Tumbuhan Minyak Untuk Pembuatan Biodiesel di Papua ... 6

5. Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi ... 38

6. Penilaian Variabel Aspek-aspek Non Finansial ... 55

7. Pemanfaatan Sumberdaya Alam Pesisir Oleh Masyarakat Pesisir Kawasan Teluk Bintuni ... 72

8. Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 – 2008 ... 74

9. Karakteristik Rumahtangga Responden Penyadap Nipah di Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2010 ... 74

10. Mata Pencaharian Utama Responden Penyadap Nipah di Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2010 ... 75

11. Rata-Rata Penerimaan Tunai Rumahtangga Responden Penyadap Nipah di Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2010 ... 77

12. Perkiraan Produksi Bioetanol Dunia di Beberapa Negara Produsen Tahun 2008 - 2012 ... 85

13. Total Arus Manfaat Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan Tahun Pertama sampai Tahun Kedua puluh ... 117

14. Biaya Investasi Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan Untuk Skenario 1 sampai 4 Tahun Pertama sampai Tahun Kedua puluh ... 126

15. Biaya Tetap Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan Untuk Skenario 1 sampai 5 Tahun Pertama sampai Tahun Kedua puluh ... 132 16. Biaya Variabel Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani


(17)

xvii

hingga Subsistem Industri Pengolahan Untuk Skenario 1 sampai 4

Tahun Pertama sampai Tahun Kedua puluh ... 138 17. Kelayakan Finansial Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani

hingga Subsistem Industri Pengolahan Untuk Skenario 1 sampai 6 ... 146 18. Biaya Investasi Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani

hingga Subsistem Industri Pengolahan Untuk Skenario 1 sampai 4

Tahun Pertama sampai Tahun Kedua puluh ... 157 19. Biaya Tetap Pengembangan Nipah dari SubsistemUsahatani hingga

Subsistem Industri Pengolahan Untuk Skenario 1 sampai 5 Tahun

Pertama sampai Tahun Kedua puluh ... 160 20. Biaya Variabel Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani

hingga Subsistem Industri Pengolahan Untuk Skenario 1 sampai 4

Tahun Pertama sampai Tahun Kedua puluh ... 162 21. Kelayakan Ekonomi Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani

hingga Subsistem Industri Pengolahan Untuk Skenario 1 sampai 6 ... 165 22. Perbandingan Nilai Finansial dan Ekonomi Pengembangan Nipah

dalam Mendukung Desa Mandiri Energi di Kabupaten Teluk Bintuni .. 170 23. Indikator Kelayakan Finansial Pengembangan Nipah Berdasarkan

Analisis Sensitivitas di Teluk Bintuni ... 179 24. Indikator Kelayakan Ekonomi Pengembangan Nipah Berdasarkan

Analisis Sensitivitas di Teluk Bintuni ... 180


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hubungan Antara NPV dan IRR ... 49

2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 51

3. Saluran Pemasaran Bioetanol di Kabupaten Teluk Bintuni ... 88

4. Perlakuan Prasadap Nira Nipah Oleh Penyadap Nipah ... 98

5. Proses Pembuatan Bioetanol ... 101 6. Arah Pengembangan Nipah dalam Mendukung Desa Mandiri Energi 176


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Arus Manfaat Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk

Analisis Finansial Tahun 1 - 20 ... 193 2. Biaya Investasi Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga

Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk

Analisis Finansial Skenario 1 sampai 4 ... 198 3. Biaya Investasi Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga

Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk

Analisis Finansial Skenario 5 dan 6 ... 200

4. Biaya Tetap Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk

Analisis Finansial Skenario 1 sampai 5 Tahun 1 - 20 ... 207 5. Biaya Tetap Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga

Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk

Analisis Finansial Skenario 6 Tahun 1 - 20 ... 209 6. Biaya Variabel Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga

Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk

Analisis Finansial Skenario 1 sampai 4 Tahun 1 - 20 ... 210 7. Biaya Variabel Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga

Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk

Analisis Finansial Skenario 5 dan 6 Tahun 1 - 20 ... 212 8. Cashflow Penyadapan Nira Nipah dan Pabrik Bioetanol Kapasitas

1 000 Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis

Finansial Tahun 1 - 20... 215 9. Cashflow Penyadapan Nira Nipah dan Pabrik Bioetanol Kapasitas

100 Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis

Finansial Tahun 1 - 20... 219 10. Cashflow Pabrik Bioetanol Kapasitas 1 000 Liter per Hari di

Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis Finansial Tahun 1 - 20 ... 223 11. Cashflow Pabrik Bioetanol Kapasitas 100 Liter per Hari di Kabupaten

Teluk Bintuni Untuk Analisis Finansial Tahun 1 - 20 ... 227 12. Cashflow Pengembangan Perkebunan Nipah 23 Hektar di Kabupaten


(20)

xx

Teluk Bintuni Untuk Analisis Finansial Tahun 1 - 20 ... 231 13. Cashflow Pengembangan Perkebunan Nipah dan Pabrik Bioetanol

Kapasitas 1 000 Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk

Analisis Finansial Tahun 1 - 20 ... 235 14. Biaya Investasi Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani

hingga Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni

Untuk Analisis Ekonomi Skenario 1 sampai 4 ... 243 15. Biaya Tetap Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga

Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni

Untuk Analisis Ekonomi Skenario 1 sampai 5 Tahun 1 - 20 ... 245 16. Biaya Variabel Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani hingga

Subsistem Industri Pengolahan di Kabupaten Teluk Bintuni

Untuk Analisis Ekonomi Skenario 1 sampai 4 Tahun 1 - 20 ... 246 17. Cashflow Penyadapan Nira Nipah dan Pabrik Bioetanol Kapasitas

1 000 Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis

Ekonomi Tahun 1 - 20 ... 247 18. Cashflow Penyadapan Nira Nipah dan Pabrik Bioetanol Kapasitas

100 Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis

Ekonomi Tahun 1 - 20 ... 251 19. Cashflow Pabrik Bioetanol Kapasitas 1 000 Liter per Hari di

di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis Ekonomi Tahun 1 - 20 .... 255 20. Cashflow Pabrik Bioetanol Kapasitas 100 Liter per Hari di Kabupaten

Teluk Bintuni Untuk Analisis Ekonomi Tahun 1 - 20 ... 259 21. Cashflow Pengembangan Perkebunan Nipah 23 Hektar di Kabupaten

Teluk Bintuni Untuk Analisis Ekonomi Tahun 1 - 20 ... 263 22. Cashflow Pengembangan Perkebunan Nipah dan Pabrik Bioetanol

Kapasitas 1 000 Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk

Analisis Ekonomi Tahun 1 - 20 ... 267


(21)

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional (Departemen Pertanian, 2006). Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) antar sektor perekonomian menurut lapangan usaha di Indonesia tahun 2004 - 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 - 2008

(Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 247 163.6 253 881.7 262 402.8 271 401.2 284 337.8 Pertambangan dan

Penggalian

160 100.5 165 222.6 168 031.7 171 422.1 173 300.0 Industri Pengolahan 469 952.4 491 561.4 514 100.3 538 084.6 557 765.6 Listrik, Gas dan Air

Bersih

10 897.6 11 584.1 12 251.0 13 517.1 14 993.7 Konstruksi 96 334.4 103 598.4 112 233.6 121 901.0 130 815.7 Perdagangan, Hotel

dan Restoran

271 142.2 293 654.0 312 518.7 338 807.2 363 314.0 Angkutan dan

Komunikasi

96 896.7 109 261.5 124 808.9 142 327.2 166 076.8 Keuangan, Real

Estate dan Jasa Perusahaan

151 123.3 161 252.2 170 074.3 183 659 3 198 799.6

Jasa-jasa 152 906.1 160 799.3 170 705.4 181 972.1 193 700.5 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008


(22)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang cukup besar (14.22 persen) terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia. Hal ini berarti, sampai saat ini sektor pertanian masih memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan kemampuan subsektor mana yang dapat dikembangkan di masing-masing provinsi di Indonesia. Pengembangan potensi sektor pertanian bukan hanya dari fungsinya sebagai penghasil bahan pangan dan bahan baku industri, tetapi juga potensi sektor pertanian sebagai penghasil energi.

Potensi sektor pertanian sebagai penghasil energi mulai dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia melalui komoditi-komoditi tertentu. Hal ini dilakukan karena secara nasional, konsumsi bahan bakar minyak masih didominasi oleh bahan bakar minyak berbasis fosil, yaitu solar, premium, dan minyak tanah. Kebutuhan akan bahan bakar minyak berbasis fosil ini dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan sejalan dengan pembangunan yang terjadi di Indonesia. Kebutuhan yang demikian besar ini terbentur dengan akses masyarakat terhadap perolehan energi yang masih terbatas. Bukan saja karena kemampuan atau daya beli konsumen yang rendah, tetapi juga karena belum semua potensi sumber daya energi itu dimanfaatkan secara optimal. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan pemerintah untuk memberikan subsidi bahan bakar minyak kepada rakyat. Konsumsi berbagai jenis bahan bakar minyak tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat penggunaan bahan bakar minyak setiap tahun mengalami peningkatan terutama untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sektor industri (43.56 persen) maupun sektor transportasi (31.66 persen).


(23)

Akibatnya minyak mentah akan terus dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor tersebut. Hal ini menyebabkan semakin lama cadangan minyak mentah tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat akibat semakin langka (menipis) cadangan minyak mentah tersebut ditambah harga yang tidak stabil dan cederung terus meningkat. Untuk itu, pemerintah berupaya untuk mengatasi masalah kemungkinan terjadinya kesulitan energi di masa mendatang dengan menggalakan penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) yang bersumber dari tumbuhan sebagai subtitusi bahan bakar minyak fosil yang selama ini digunakan (Tim Nasional Pengembangan BBN, 2008).

Tabel 2. Konsumsi Energi Berdasarkan Sektor Tahun 2004 - 2008 (Ribu Kiloliter)

Jenis BBM Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

Industri 216 377 218 766 233 511 258 567 316 452 Rumah Tangga 90 689 89 065 84 529 87 716 84 788 Komersial 23 989 24 819 24 786 26 494 26 589 Transportasi 178 374 178 425 170 127 179 135 191 257 Lainnya 31 689 29 102 25 936 24 912 24 842

Sumber: Handbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia, 2009

Upaya untuk mendukung pengembangan bioenergi di dalam negeri telah dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional yang antara lain menetapkan sasaran penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) lebih dari 5 persen terhadap konsumsi energi nasional pada tahun 2025. Sasaran kebijakan nasional ini akan dicapai melalui kebijakan utama dan kebijakan pendukungnya. Kebijakan utama dari peraturan presiden tersebut adalah (1) penyediaan energi melalui penjaminan ketersediaan pasokan energi, optimalisasi produksi dan pelaksanaan konversi energi, (2) pemanfaatan energi melalui efisiensi dan diversifikasi, (3) penetapan kebijakan harga berdasarkan harga keekonomiannya, dan (4) pelestarian


(24)

lingkungan. Sedangkan kebijakan pendukungnya adalah melalui pengembangan infrastruktur energi, kemitraan antara pemerintah dan dunia usaha, pemberdayaan masyarakat, penelitian dan pengembangan serta pendidikan dan pelatihan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

Kebijakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati

tersebut diikuti dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel)

sebagai bahan bakar lain. Oleh karena itu, eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber-sumber alternatif saat ini menjadi sebuah kebutuhan. Pada saat ini, melalui Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, pemerintah sedang gencar memasyarakatkan penggunaan biofuel untuk penghematan energi dan penyelamatan lingkungan di seluruh provinsi di Indonesia (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009). Berbagai bahan baku yang dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif diantaranya kelapa sawit, tebu, ubi kayu, jarak pagar, sagu dan nipah yang fungsinya sebagai penghasil biodiesel dan bioetanol.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2007 mengamanatkan agar dilakukan usaha percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat yang meliputi berbagai aspek pembangunan (infrastruktur, diversifikasi pangan lokal, pengembangan bioenergi, kelembagaan pertanian, sumberdaya lahan, sumberdaya manusia, investasi swasta, agroindustri, dan pemasaran hasil pertanian (Supriadi, 2008). Desakan dari pasar internasional dan domestik untuk mencari alternatif bahan bakar selain minyak dan gas bumi yang tidak dapat diperbaharui memerlukan analisis kelayakan sosial ekonomi penggunaan sebagian hasil pertanian sebagai bioenergi dan bagaimana perkiraan


(25)

dampaknya terhadap ketahanan pangan setempat. Untuk mendukung instruksi presiden tersebut, maka di Provinsi Papua Barat telah dicanangkan pengembangan bahan bakar nabati bagi kabupaten-kabupaten pemekaran untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak di daerah. Hal ini dilakukan karena Provinsi Papua Barat termasuk wilayah yang menjadi prioritas pengembangan program Desa Mandiri Energi (DME) yang menjadi binaan Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal dan Kementerian Pertanian sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2006. Program ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat desa terhadap bahan bakar minyak, terutama minyak tanah untuk keperluan sehari-hari.

Berbagai jenis tanaman yang ada di Papua dan dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati, khususnya bioetanol dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Potensi Perolehan Bioetanol dari Aneka Bahan Mentah yang Mungkin Dimanfaatkan di Papua

Nama Hasil Panen

(Ton/Ha/Thn)

Perolehan Bioetanol (Liter/Ton) (Liter/Ha/Thn)

Sagu 6.8 608 4 133

Ubi Jalar 62.5 125 7 812

Ubi Kayu 25.0 180 4 500

Nipah 27.0 93 2 500

Sorgum Manis 80.0 75 6 000

Tebu 75.0 67 5 025

Sumber : Pemerintah Provinsi Papua, 2009

Tabel 3 menunjukkan berbagai potensi tumbuhan yang dapat menghasilkan bioetanol, dimana pada umumnya tumbuhan tersebut mengandung pati atau nira sebagai sumber bahan baku utama pembuatan bioetanol. Sementara berbagai jenis tumbuhan yang dapat digunakan untuk menghasilkan biodiesel dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan berbagai jenis tumbuhan yang ada di Papua yang dapat digunakan sebagai penghasil biodiesel,


(26)

dimana karakteristik yang umum dari bahan-bahan mentah ini adalah semuanya mengandung lemak atau minyak-lemak. Berdasarkan potensi yang dimiliki, maka pemerintah Provinsi Papua berupaya mengembangkan komoditi tersebut melalui investasi bahan bakar nabati dalam rangka pemanfaatan berkelanjutan lahan-lahan yang ada di Papua dan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah.

Tabel 4. Tumbuh-Tumbuhan Minyak Untuk Pembuatan Biodiesel di Papua

Nama Sumber Minyak Kadar Minyak, %

Basis Kering

Kelapa Sawit Sabut + Kemel 45-70, 46-54

Kelapa Daging Buah 60-70

Mabai Biji 27-39

Nyamplung Inti Biji 40-73

Nimba Inti Biji 40-60

Kelor Inti Biji 30-49

Randu Inti Biji -

Jarak Pagar Inti Biji 40-60 Buah Merah Buah/sabut 15-36 Bunga Matahari Inti Biji 32-50

Kanola Biji 30-45

Sumber : Pemerintah Provinsi Papua, 2009

Kabupaten Teluk Bintuni adalah salah satu kabupaten pemekaran di Provinsi Papua Barat yang merencanakan untuk mengembangkan dan memproduksi bahan bakar nabati dalam bentuk bioetanol. Hal ini dilakukan karena di Kabupaten Teluk Bintuni juga dicanangkan program desa mandiri energi sejak tahun 2008, yaitu wilayah pembangunan pedesaan untuk menciptakan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, dan produksi sendiri kebutuhan energinya maupun peluang pengembangan kapasitas produksinya (Tim Nasional Pengembangan BBN, 2008). Dengan adanya program tersebut diharapkan dapat menjadikan Teluk Bintuni sebagai kabupaten mandiri energi dan meningkatkan pendapatan petani. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka


(27)

diperlukan investasi yang dapat mendukung pengembangan bahan bakar nabati di Kabupaten Teluk Bintuni1. Desa mandiri energi bisa direalisasikan dengan cara memanfaatkan sumberdaya lokal yang dimiliki. Dengan demikian, wilayah yang infrastrukturnya kurang memadai, terisolir, terpencil atau desa tertinggal bisa tetap memproduksi kebutuhan energinya sendiri.

Bahan baku yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati sesuai dengan potensi yang dimiliki Kabupaten Teluk Bintuni adalah nipah. Nipah menjadi pilihan untuk dikembangkan menjadi bioetanol karena secara umum nipah memiliki kandungan gula antara 15 - 17 persen (Ambarjaya, 2007). Dengan kandungan itu, maka nipah berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol. Khusus untuk Papua, selama ini nipah kurang dimanfaatkan oleh penduduk setempat, kecuali sebagai minuman keras. Melihat peluang ini, maka pihak Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM berupaya mengubah pola hidup mereka dengan membuat bioetanol. Pengembangan bioetanol di Teluk Bintuni didukung oleh Bupati, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Gubernur Papua Barat dengan memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan bioetanol dari nipah pada tahun 2006.

Vegetasi nipah di Kabupaten Teluk Bintuni seperti pada vegetasi nipah di daerah lain merupakan komunitas yang membatasi zona peralihan pasang surut dan air tawar dengan air asin di sekitar hutan mangrove dan zona daratan banjir pinggiran sungai. Penyebaran vegetasi ini tidak merata dan tumbuh berkelompok. Luas hutan nipah terbesar dijumpai di Distrik Bintuni2, tepatnya antara

1 Wawancara dengan pihak Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Teluk Bintuni

2 Belum tersedia data inventarisasi luasan hutan nipah di Provinsi Papua Barat dan Kabupaten


(28)

Sungai Irritowi dan Sungai Waisan, tetapi penyebaran vegetasi nipah, yaitu di kawasan Bintuni, Arandai, dan Idoor (Tim UNCEN, 2006). Pada umumnya, nipah digunakan oleh penduduk asli di kawasan Cagar Teluk Bintuni, yaitu masyarakat Suku Sough, dan Kuri antara lain sebagai bahan makanan atau minuman, bahan bangunan seperti untuk atap dan dinding rumah, obat-obatan, energi, perkakas, dan perlengkapan perahu tradisional serta kerajinan (Sihite et al., 2005) sehingga masih berpeluang untuk dikembangkan baik budidaya atau dalam skala industri.

Salah satu permasalahan dalam kegiatan budidaya adalah terbatasnya sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia dalam melakukan pengawasan, evaluasi, dan sistem pelaporan dari setiap kegiatan budidaya atau ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan lahan. Sementara, kendala utama pembangunan pertanian Papua Barat termasuk kabupaten-kabupaten didalamnya adalah masih kecilnya investasi pembangunan, lemahnya kapabilitas dan ketersediaan sumberdaya manusia, terbatasnya infrastruktur untuk transportasi, pergudangan, pelabuhan, dan jaringan irigasi, serta rendahnya tingkat adopsi teknologi pertanian (Supriadi, 2008). Tidak ada jaminan keamanan bagi investor untuk berusaha, kurang sinkronnya peraturan perundang-undangan berkenaan dengan investasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten, serta rendahnya kepastian hukum berkaitan dengan hak guna lahan, membuat investor enggan untuk menanamkan modalnya di Papua Barat. Kendala ini terangkum dalam persoalan dan tantangan bagi investasi bahan bakar nabati di Papua, yaitu kepemilikan lahan, kepemilikan sumberdaya, hak adat dan administrasi lahan, dan sistem pemerintah untuk administrasi lahan (Pemerintah Provinsi Papua, 2009).


(1)

Lampiran 18. Lanjutan Lampiran 18. Lanjutan Lampiran 18. Lanjutan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW

Penjualan Bioetanol 60 - 70 % 83 200 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 Penjualan Bioetanol 60 - 70 % 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 Penjualan Bioetanol 60 - 70 % 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 Penjualan Bioetanol 60 - 70 % 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 Penjualan Nira Nipah 67 600 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Penjualan Nira Nipah 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Penjualan Nira Nipah 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Penjualan Nira Nipah 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000

Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 16 705 000

TOTAL INFLOW 150 800 000 453 850 000 453 850 000 453 850 000 453 850 000 TOTAL INFLOW 453 850 000 453 850 000 453 850 000 453 850 000 453 850 000 TOTAL INFLOW 453 850 000 453 850 000 453 850 000 453 850 000 453 850 000 TOTAL INFLOW 453 850 000 453 850 000 453 850 000 453 850 000 470 555 000

B OUTFLOW B OUTFLOW B OUTFLOW B OUTFLOW

Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi

Sampan 60 000 000 60 000 000 Sampan 60 000 000 Sampan 60 000 000 Sampan 60 000 000

Pisau Sadap 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 Pisau Sadap 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 Pisau Sadap 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 Pisau Sadap 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000

Parang 4 000 000 Parang 4 000 000 Parang 4 000 000 Parang 4 000 000

Kapak 4 000 000 Kapak 4 000 000 Kapak 4 000 000 Kapak 4 000 000

Sepatu Boot 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 Sepatu Boot 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 Sepatu Boot 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 Sepatu Boot 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000

Jerigen 20 Liter 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 Jerigen 20 Liter 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 Jerigen 20 Liter 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 Jerigen 20 Liter 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000

Jerigen 10 Liter 3 200 000 3 200 000 3 200 000 3 200 000 3 200 000 Jerigen 10 Liter 3 200 000 3 200 000 3 200 000 3 200 000 3 200 000 Jerigen 10 Liter 3 200 000 3 200 000 3 200 000 3 200 000 3 200 000 Jerigen 10 Liter 3 200 000 3 200 000 3 200 000 3 200 000 3 200 000

Jerigen 5 Liter 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 Jerigen 5 Liter 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 Jerigen 5 Liter 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 Jerigen 5 Liter 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000

Helm 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 Helm 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 Helm 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 Helm 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000

Lahan 125 200 Lahan Lahan Lahan

Bangunan Pabrik 37 500 000 Bangunan Pabrik Bangunan Pabrik Bangunan Pabrik

DrumFermentasi 1500 L 525 000 DrumFermentasi 1500 L 525 000 DrumFermentasi 1500 L 525 000 DrumFermentasi 1500 L 525 000

Alat Penyulingan (Destilasi) 90 000 000 Alat Penyulingan (Destilasi) Alat Penyulingan (Destilasi) Alat Penyulingan (Destilasi)

Boiler 110 000 000 Boiler Boiler Boiler

Total Investasi 323 350 200 17 200 000 17 200 000 17 200 000 77 200 000 Total Investasi 25 725 000 17 200 000 17 200 000 77 200 000 17 200 000 Total Investasi 25 725 000 17 200 000 77 200 000 17 200 000 17 200 000 Total Investasi 25 725 000 77 200 000 17 200 000 17 200 000 17 200 000

Biaya Tetap Biaya Tetap Biaya Tetap Biaya Tetap

Tenaga Kerja Tetap 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 Tenaga Kerja Tetap 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 Tenaga Kerja Tetap 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 Tenaga Kerja Tetap 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 Biaya Pemeliharaan 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 Biaya Pemeliharaan 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 Biaya Pemeliharaan 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 Biaya Pemeliharaan 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 Total Biaya Tetap 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 Total Biaya Tetap 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 Total Biaya Tetap 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 Total Biaya Tetap 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016

Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional

Nira Nipah 67 600 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Nira Nipah 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Nira Nipah 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Nira Nipah 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Ragi 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 Ragi 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 Ragi 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 Ragi 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 Urea 719 349 719 349 719 349 719 349 719 349 Urea 719 349 719 349 719 349 719 349 719 349 Urea 719 349 719 349 719 349 719 349 719 349 Urea 719 349 719 349 719 349 719 349 719 349 NPK 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 NPK 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 NPK 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 NPK 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 Bahan Bakar 4 160 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 Bahan Bakar 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 Bahan Bakar 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 Bahan Bakar 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 Total Biaya Operasional 95 185 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 Total Biaya Operasional 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 Total Biaya Operasional 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 Total Biaya Operasional 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 TOTAL OUTFLOW 461 065 363 299 125 163 299 125 163 299 125 163 299 125 163 TOTAL OUTFLOW 307 650 163 299 125 163 299 125 163 359 125 163 299 125 163 TOTAL OUTFLOW 307 650 163 299 125 163 359 125 163 299 125 163 299 125 163 TOTAL OUTFLOW 307 650 163 359 125 163 299 125 163 299 125 163 299 125 163 NET BENEFIT (310 265 363) 154 724 837 154724837 154724837 94724837 NET BENEFIT 146 199 837 154 724 837 154 724 837 94 724 837 154 724 837 NET BENEFIT 146 199 837 154 724 837 94 724 837 154 724 837 154 724 837 NET BENEFIT 146 199 837 94 724 837 154 724 837 154 724 837 171 429 837

DF = 13% 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 DF = 13% 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295 DF = 13% 0,261 0,231 0,204 0,181 0,160 DF = 13% 0,141 0,125 0,111 0,098 0,087

PV NEGATIF (274 571 118) PV NEGATIF PV NEGATIF PV NEGATIF

PV POSITIF 1 468 635 994 PV POSITIF PV POSITIF PV POSITIF

NPV 597 032 438 NPV NPV NPV

IRR 47,70% IRR IRR IRR

NET B/C 5,35 NET B/C NET B/C NET B/C

PAYBACK PERIOD 2,05 PAYBACK PERIOD PAYBACK PERIOD PAYBACK PERIOD

Uraian Tahun

Lampiran 18. Cashflow Penyadapan Nira Nipah dan Pabrik Bioetanol Kapasitas 100 Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis Ekonomi Tahun 1 - 20


(2)

Lampiran 19. Lanjutan Lampiran 19. Lanjutan Lampiran 19. Lanjutan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW

Penjualan Bioetanol 96 - 98 % 1 040 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 Penjualan Bioetanol 96 - 98 % 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 Penjualan Bioetanol 96 - 98 % 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 Penjualan Bioetanol 96 - 98 % 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000

Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 103 000 000

TOTAL INFLOW 1 040 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 TOTAL INFLOW 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 TOTAL INFLOW 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 TOTAL INFLOW 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 233 000 000

B. OUTFLOW B. OUTFLOW B. OUTFLOW B. OUTFLOW

Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi

Lahan 474 925 Lahan Lahan Lahan

Bangunan Pabrik 120 000 000 Bangunan Pabrik Bangunan Pabrik Bangunan Pabrik

Tanki Fermentasi 1500 Liter 60 000 000 Tanki Fermentasi 1500 Liter Tanki Fermentasi 1500 Liter Tanki Fermentasi 1500 Liter 45 000 000

Tanki Fermentasi 2500 Liter 140 000 000 Tanki Fermentasi 2500 Liter Tanki Fermentasi 2500 Liter Tanki Fermentasi 2500 Liter 105 000 000

Drum Penyimpanan 10 000 000 Drum Penyimpanan 7 500 000 Drum Penyimpanan 7 500 000 Drum Penyimpanan 7 500 000

Alat Penyulingan (Destilator) 180 000 000 Alat Penyulingan (Destilator) Alat Penyulingan (Destilator) Alat Penyulingan (Destilator)

Boiler 450 000 000 Boiler Boiler Boiler

Kondensor 5 000000 Kondensor Kondensor 3 750 000 Kondensor

Sumur Bor 35000 000 Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor

Pemasangan dan Penyambungan Listrik 24 000000 Pemasangan dan Penyambungan Listrik Pemasangan dan Penyambungan Listrik Pemasangan dan Penyambungan Listrik

Heat Exchanger 16 000 000 Heat Exchanger Heat Exchanger Heat Exchanger

Meteran Cairan 15 000 000 Meteran Cairan Meteran Cairan 11 250 000 Meteran Cairan

Mobil Pick Up 175 000 000 Mobil Pick Up Mobil Pick Up Mobil Pick Up

Total Investasi 1 230 474 925 Total Investasi 7 500 000 Total Investasi 22 500 000 Total Investasi 157 500 000

Biaya Tetap Biaya Tetap Biaya Tetap Biaya Tetap

Tenaga Kerja Tetap 101640 000 101640 000 101640 000 101640 000 101640 000 Tenaga Kerja Tetap 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 Tenaga Kerja Tetap 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 Tenaga Kerja Tetap 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 Biaya Pemeliharaan 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 Biaya Pemeliharaan 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 Biaya Pemeliharaan 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 Biaya Pemeliharaan 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 Total Biaya Tetap 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 Total Biaya Tetap 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 Total Biaya Tetap 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 Total Biaya Tetap 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000

Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional

Nira Nipah 780 000 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 Nira Nipah 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 Nira Nipah 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 Nira Nipah 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 Ragi 35 097 600 35 097 600 35 097 600 35 097 600 35 097 600 Ragi 35 097 600 35 097 600 35 097 600 35 097 600 35 097 600 Ragi 35 097 600 35 097 600 35 097 600 35 097 600 35 097 600 Ragi 35 097 600 35 097 600 35 097 600 35 097 600 35 097 600 Urea 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 Urea 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 Urea 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 Urea 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 NPK 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 NPK 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 NPK 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 NPK 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 Bahan Bakar (Kayu) 41 600 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 Bahan Bakar (Kayu) 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 Bahan Bakar (Kayu) 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 Bahan Bakar (Kayu) 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 Bahan Bakar Minyak 5 200 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 Bahan Bakar Minyak 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 Bahan Bakar Minyak 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 Bahan Bakar Minyak 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 Total Biaya Operasional 909 672 401 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 Total Biaya Operasional 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 Total Biaya Operasional 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 Total Biaya Operasional 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 2 571 222 401 TOTAL OUTFLOW 2 268 787 326 2 699 862 401 2 699 862 401 2 699 862 401 2 699 862 401 TOTAL OUTFLOW 2 707 362 401 2 699 862 401 2 699 862 401 2 699 862 401 2 699 862 401 TOTAL OUTFLOW 2 722 362 401 2 699 862 401 2 699 862 401 2 699 862 401 2 699 862 401 TOTAL OUTFLOW 2 857 362 401 2 699 862 401 2 699 862 401 2 699 862 401 2 699 862 401

NET BENEFIT (1 228 787 326) 430 137 599 430 137 599 430 137 599 430 137 599 NET BENEFIT 422 637 599 430 137 599 430 137 599 430 137 599 430 137 599 NET BENEFIT 407 637 599 430 137 599 430 137 599 430 137 599 430 137 599 NET BENEFIT 272 637 599 430 137 599 430 137 599 430 137 599 533 137 599

DF = 13% 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 DF = 13% 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295 DF = 13% 0,261 0,231 0,204 0,181 0,160 DF = 13% 0,141 0,125 0,111 0,098 0,087

PV NEGATIF (1087422 413) PV NEGATIF PV NEGATIF PV NEGATIF

PV POSITIF 2 610 536 809 PV POSITIF PV POSITIF PV POSITIF

NPV 1 100 613 531 NPV NPV NPV

IRR 37,36% IRR IRR IRR

NET B/C 2,4 NET B/C NET B/C NET B/C

PAYBACK PERIOD 2,86 PAYBACK PERIOD PAYBACK PERIOD PAYBACK PERIOD

Untuk Analisis Ekonomi Tahun 1 - 20

Lampiran 19. Cashflow Pabrik Bioetanol Kapasitas 1 000 Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni

Uraian Tahun


(3)

Lampiran 20. Lanjutan Lampiran 20. Lanjutan Lampiran 20. Lanjutan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW

Penjualan Bioetanol 60-70% 83 200 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 Penjualan Bioetanol 60-70% 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 Penjualan Bioetanol 60-70% 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 Penjualan Bioetanol 60-70% 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000

Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 105 000

TOTAL INFLOW 83 200 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 TOTAL INFLOW 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 TOTAL INFLOW 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 TOTAL INFLOW 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 400 000 250 505 000

B. OUTFLOW B. OUTFLOW B. OUTFLOW B. OUTFLOW

Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi

Lahan 125 200 Lahan Lahan Lahan

Bangunan Pabrik 37 500 000 Bangunan Pabrik Bangunan Pabrik Bangunan Pabrik

DrumFermentasi 1500 L 525 000 DrumFermentasi 1500 L 525 000 DrumFermentasi 1500 L 525 000 DrumFermentasi 1500 L 525 000

Alat Penyulingan (Destilasi) 90 000 000 Alat Penyulingan (Destilasi) Alat Penyulingan (Destilasi) Alat Penyulingan (Destilasi)

Boiler 110 000 000 Boiler Boiler Boiler

Total Investasi 238 150 200 Total Investasi 525 000 Total Investasi 525 000 Total Investasi 525 000

Biaya Tetap Biaya Tetap Biaya Tetap Biaya Tetap

Tenaga Kerja Tetap 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 Tenaga Kerja Tetap 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 Tenaga Kerja Tetap 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 Tenaga Kerja Tetap 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 30 530 016 Biaya Pemeliharaan 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 Biaya Pemeliharaan 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 Biaya Pemeliharaan 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 Biaya Pemeliharaan 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 Total Biaya Tetap 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 Total Biaya Tetap 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 Total Biaya Tetap 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 Total Biaya Tetap 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016 42 530 016

Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional

Nira Nipah 67 600 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Nira Nipah 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Nira Nipah 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 Nira Nipah 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000 203 450 000

Ragi 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 Ragi 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 Ragi 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 Ragi 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100 9 922 100

NPK 719 349 719 349 719 349 719 349 719 349 NPK 719 349 719 349 719 349 719 349 719 349 NPK 719 349 719 349 719 349 719 349 719 349 NPK 719 349 719 349 719 349 719 349 719 349

Urea 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 Urea 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 Urea 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 Urea 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698 12 783 698

Bahan Bakar 4 160 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 Bahan Bakar 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 Bahan Bakar 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 Bahan Bakar 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 12 520 000 Total Biaya Operasional 95 185 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 Total Biaya Operasional 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 Total Biaya Operasional 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 Total Biaya Operasional 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 239 395 147 TOTAL OUTFLOW 375 865 363 281 925 163 281 925 163 281 925 163 281 925 163 TOTAL OUTFLOW 282 450 163 281 925 163 281 925 163 281 925 163 281 925 163 TOTAL OUTFLOW 282 450 163 281 925 163 281 925 163 281 925 163 281 925 163 TOTAL OUTFLOW 282 450 163 281 925 163 281 925 163 281 925 163 281 925 163 NET BENEFIT (292 665 363) (31 525 163) (31 525 163) (31 525 163) (31 525 163) NET BENEFIT (32 050 163) (31 525 163) (31 525 163) (31 525 163) (31 525 163) NET BENEFIT (32 050 163) (31 525 163) (31 525 163) (31 525 163) (31 525 163) NET BENEFIT (32 050 163) (31 525 163) (31 525 163) (31 525 163) (31 420 163)

DF = 13% 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 DF = 13% 0,480 0,425 0,376 0,376 0,333 DF = 13% 0,295 0,261 0,231 0,204 0,181 DF = 13% 0,160 0,141 0,376 0,333 0,295

PV NEGATIF (453 008 169) PV NEGATIF PV NEGATIF PV NEGATIF

PV POSITIF 0 PV POSITIF PV POSITIF PV POSITIF

NPV (453 008 169) NPV NPV NPV

IRR - IRR IRR IRR

NET B/C - NET B/C NET B/C NET B/C

PAYBACK PERIOD - PAYBACK PERIOD PAYBACK PERIOD PAYBACK PERIOD

Lampiran 20. Cashflow Pabrik Bioetanol Kapasitas 100 Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis Ekonomi Tahun 1 - 20


(4)

Lampiran 21. Lanjutan Lampiran 21. Lanjutan Lampiran 21. Lanjutan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW

Penjualan Nira Nipah 0 0 0 0 0 Penjualan Nira Nipah 210 000 000 971 250 000 1 496 250 000 2 021 250 000 2 415 000 000 Penjualan Nira Nipah 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 Penjualan Nira Nipah 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000

Nilai Sisa Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 66 975 000

TOTAL INFLOW 0 0 0 0 0 TOTAL INFLOW 210 000 000 971 250 000 1 496 250 000 2 021 250 000 2 415 000 000 TOTAL INFLOW 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 TOTAL INFLOW 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 481 975 000

B. OUTFLOW B. OUTFLOW B. OUTFLOW B. OUTFLOW

Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi

Lahan 1 986 050 000 0 0 0 0 Lahan 0 0 0 0 0 Lahan 0 0 0 0 0 Lahan 0 0 0 0 0

Parang 1 600 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 800 000 Parang 500 000 500 000 500 000 0 800 000 Parang 500 000 500 000 500 000 0 800 000 Parang 500 000 500 000 500 000 0 0

Kapak 1 600 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 0 Kapak 0 0 0 0 0 Kapak 0 0 0 0 0 Kapak 0 0 0 0 0

Cangkul 2 400 000 1 500 000 1 500 000 1 500 000 0 Cangkul 0 0 0 0 0 Cangkul 0 0 0 0 0 Cangkul 0 0 0 0 0

Pakuel 3 200 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 0 Pakuel 0 0 0 0 0 Pakuel 0 0 0 0 0 Pakuel 0 0 0 0 0

Pondok Kerja 15 000 000 15 000 000 15 000 000 15 000 000 0 Pondok Kerja 0 0 0 0 0 Pondok Kerja 0 0 0 0 0 Pondok Kerja 0 0 0 0 0

Gerobak 3 200 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 0 Gerobak 0 0 0 0 0 Gerobak 0 0 0 0 0 Gerobak 0 0 0 0 0

Sprayer Gendong 0 0 0 0 1 600 000 Sprayer Gendong 1 000 000 1 000 000 1 000 000 0 6 400 000 Sprayer Gendong 4 000 000 4 000 000 4 000 000 0 6 400 000 Sprayer Gendong 4 000 000 4 000 000 4 000 000 0 0

Ember 800 000 500 000 500 000 500 000 0 Ember 0 0 0 0 0 Ember 0 0 0 0 0 Ember 0 0 0 0 0

Tali Rafia 125 000 62 500 62 500 62 500 0 Tali Rafia 0 0 0 0 0 Tali Rafia 0 0 0 0 0 Tali Rafia 0 0 0 0 0

Helm 1 600 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 600 000 Helm 1 000 000 2 600 000 3 600 000 4 600 000 4 600 000 Helm 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 Helm 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000

Sepatu Boot 1 600 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 600 000 Sepatu Boot 1 000 000 2 600 000 3 600 000 4 600 000 4 600 000 Sepatu Boot 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 Sepatu Boot 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000

Sampan 0 0 0 0 12 000 000 Sampan 7 500 000 7 500 000 7 500 000 12 000 000 12 000 000 Sampan 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 Sampan 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000

Pisau Sadap 0 0 0 0 800 000 Pisau Sadap 500 000 1 300 000 1 800 000 2 300 000 2 300 000 Pisau Sadap 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 Pisau Sadap 2300 000 2300 000 2300 000 2300 000 2300 000

Jerigen 20 Liter 0 0 0 0 800 000 Jerigen 20 Liter 500 000 1 300 000 1 800 000 2 300 000 2 300 000 Jerigen 20 Liter 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 Jerigen 20 Liter 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000

Jerigen 10 Liter 0 0 0 0 640 000 Jerigen 10 Liter 400 000 1 040 000 1 440 000 1 840 000 1 840 000 Jerigen 10 Liter 1 840 000 1 840 000 1 840 000 1 840 000 1 840 000 Jerigen 10 Liter 1 840 000 1 840 000 1 840 000 1 840 000 1 840 000

Jerigen 5 Liter 0 0 0 0 400 000 Jerigen 5 Liter 250 000 650 000 900 000 1 150 000 1 150 000 Jerigen 5 Liter 1 150 000 1 150 000 1 150 000 1 150 000 1 150 000 Jerigen 5 Liter 1 150 000 1 150 000 1 150 000 1 150 000 1 150 000

Total Biaya Investasi 2 017 175 000 25 062 500 25 062 500 25 062 500 20 240 000 Total Biaya Investasi 12 650 000 18 490 000 22 140 000 28 790 000 31 490 000 Total Biaya Investasi 28 790 000 28 790 000 33 290 000 24 290 000 31 490 000 Total Biaya Investasi 28 790 000 33 290 000 28 790 000 24 290 000 24 290 000

Biaya Tetap 0 0 0 0 0Biaya Tetap 0 0 0 0 0Biaya Tetap 0 0 0 0 0Biaya Tetap 0 0 0 0 0

Total Biaya Tetap 0 0 0 0 0 Total Biaya Tetap 0 0 0 0 0 Total Biaya Tetap 0 0 0 0 0 Total Biaya Tetap 0 0 0 0 0

Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional

Bibit Nipah 176 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 0 Bibit Nipah 0 0 0 0 0 Bibit Nipah 0 0 0 0 0 Bibit Nipah 0 0 0 0 0

Pupuk : Pupuk : Pupuk : Pupuk :

Urea 4 838 400 3 024 000 3 024 000 3 024 000 0 Urea 0 0 0 0 0 Urea 0 0 0 0 0 Urea 0 0 0 0 0

TSP 5 076 800 3 173 000 3 173 000 3 173 000 0 TSP 0 0 0 0 0 TSP 0 0 0 0 0 TSP 0 0 0 0 0

KCL 4 399 200 2 749 500 2 749 500 2 749 500 0 KCL 0 0 0 0 0 KCL 0 0 0 0 0 KCL 0 0 0 0 0

PPC 0 0 0 0 53 206 400 PPC 86 460 400 119 714 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400 PPC 152 968 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400 PPC 152 968 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400

Upah Tenaga Kerja : Upah Tenaga Kerja : Upah Tenaga Kerja : Upah Tenaga Kerja :

Pembukaan Lahan 4 164 048 2 602 530 2 602 530 2 602 530 0 Pembukaan Lahan 0 0 0 0 0 Pembukaan Lahan 0 0 0 0 0 Pembukaan Lahan 0 0 0 0 0

Penanaman 594 864 185 895 185 895 185 895 0 Penanaman 0 0 0 0 0 Penanaman 0 0 0 0 0 Penanaman 0 0 0 0 0

Pemeliharaan 0 0 0 0 322664 Pemeliharaan 524 329 725 994 927 659 927 659 927 659 Pemeliharaan 927 659 927 659 927 659 927 659 927 659 Pemeliharaan 927 659 927 659 927 659 927 659 927 659

Pemanenan/Penyadapan 0 0 0 0 0 Pemanenan/Penyadapan 201 987 664 328 229 954 454 472 244 580 714 534 580 714 534 Pemanenan/Penyadapan 580714 534 580714 534 580714 534 580714 534 580714 534 Pemanenan/Penyadapan 580 714 534 580 714 534 580 714 534 580 714 534 580 714 534

Total Biaya Operasional 195 073 312 121 734 925 121 734 925 121 734 925 53 529 064 Total Biaya Operasional 288 972 393 448 670 348 608 368 303 734 610 593 734 610 593 Total Biaya Operasional 734 610 593 734 610 593 734 610 593 734 610 593 734 610 593 Total Biaya Operasional 734 610 593 734 610 593 734 610 593 734 610 593 734 610 593

TOTAL OUTFLOW 2 212 248 312 146 797 425 146 797 425 146 797 425 73 769 064 TOTAL OUTFLOW 301 622 393 467 160 348 630 508 303 763 400 593 766 100 593 TOTAL OUTFLOW 763 400 593 763 400 593 767 900 593 758 900 593 766 10 0593 TOTAL OUTFLOW 763 400 593 767 900 593 763 400 593 758 900 593 758 900 593

NET BENEFIT (2 212 248 312) (146 797 425) (146 797 425) (146 797 425) (73 769 064) NET BENEFIT (91 622 393) 504 089 652 865 741 697 1 257 849 407 1 648 899 407 NET BENEFIT 1 651 599 407 1 651 599 407 1 647 099 407 1 656 099 407 1 648 899 407 NET BENEFIT 1 651 599 407 1 647 099 407 1 651 599 407 1 656 099 407 1 723 074 407

DF = 13% 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 DF = 13% 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295 DF = 13% 0,261 0,231 0,204 0,181 0,160 DF = 13% 0,141 0,125 0,111 0,098 0,087

PV NEGATIF (2 348 524 200) PV NEGATIF PV NEGATIF PV NEGATIF

PV POSITIF 4 090 029 696 PV POSITIF PV POSITIF PV POSITIF

NPV 1 741 505 496 NPV NPV NPV

IRR 19,20% IRR IRR IRR

NET B/C 1,74 NET B/C NET B/C NET B/C

PAYBACK PERIOD 8,63 PAYBACK PERIOD PAYBACK PERIOD PAYBACK PERIOD

Lampiran 21. Cashflow Pengembangan Perkebunan Nipah 23 Hektar di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis Ekonomi Tahun 1 - 20


(5)

Lampiran 22. Lanjutan Lampiran 22. Lanjutan Lampiran 22. Lanjutan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW A. INFLOW

Penjualan Nira Nipah 0 0 0 0 0 Penjualan Nira Nipah 210 000 000 971 250 000 1 496 250 000 2 021 250 000 2 415 000 000 Penjualan Nira Nipah 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 Penjualan Nira Nipah 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 2 415 000 000 Penjualan Bioetanol 96 - 98 % 0 0 0 0 0 Penjualan Bioetanol 96 - 98 % 280 000 000 939 000 000 939 000 000 939 000 000 939 000 000 Penjualan Bioetanol 96 - 98 % 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 Penjualan Bioetanol 96 - 98 % 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000 3 130 000 000

Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 Nilai Sisa 0 0 0 0 271 641 667

TOTAL INFLOW 0 0 0 0 0 TOTAL INFLOW 490 000 000 1 910 250 000 2 435 250 000 2 960 250 000 3 354 000 000 TOTAL INFLOW 5 545 000 000 5 545 000 000 5 545 000 000 5 545 000 000 5 545 000 000 TOTAL INFLOW 5 545 000 000 5 545 000 000 5 545 000 000 5 545 000 000 5 816 641 667

B. OUTFLOW B. OUTFLOW B. OUTFLOW B. OUTFLOW

Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Investasi

Lahan 1 986 050 000 0 0 0 474 925 Lahan 0 0 0 0 0 Lahan 0 0 0 0 0 Lahan 0 0 0 0 0

Parang 1 600 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 800 000 Parang 500 000 500 000 500 000 0 800 000 Parang 500 000 500 000 500 000 0 800 000 Parang 500 000 500 000 500 000 0 0

Kapak 1600000 1 600 000 1 600 000 1 600 000 0 Kapak 0 0 0 0 0 Kapak 0 0 0 0 0 Kapak 0 0 0 0 0

Cangkul 2 400 000 1 500 000 1 500 000 1 500 000 0 Cangkul 0 0 0 0 0 Cangkul 0 0 0 0 0 Cangkul 0 0 0 0 0

Pakuel 3 200 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 0 Pakuel 0 0 0 0 0 Pakuel 0 0 0 0 0 Pakuel 0 0 0 0 0

Pondok Kerja 15 000 000 15 000 000 15 000 000 15 000 000 0 Pondok Kerja 0 0 0 0 0 Pondok Kerja 0 0 0 0 0 Pondok Kerja 0 0 0 0 0

Gerobak 3 200 000 2 000 000 2 000 000 2 000 000 0 Gerobak 0 0 0 0 0 Gerobak 0 0 0 0 0 Gerobak 0 0 0 0 0

Sprayer Gendong 0 0 0 0 6 400 000 Sprayer Gendong 4 000 000 4 000 000 4 000 000 0 6 400 000 Sprayer Gendong 4 000 000 4 000 000 4 000 000 0 6 400 000 Sprayer Gendong 4 000 000 4 000 000 4 000 000 0 0

Ember 800 000 500 000 500 000 500 000 0 Ember 0 0 0 0 0 Ember 0 0 0 0 0 Ember 0 0 0 0 0

Tali Rafia 125 000 62 500 62 500 62 500 0 Tali Rafia 0 0 0 0 0 Tali Rafia 0 0 0 0 0 Tali Rafia 0 0 0 0 0

Helm 1 600 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 600 000 Helm 1 000 000 2 600 000 3 600 000 4 600 000 4 600 000 Helm 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 Helm 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000

Sepatu Boot 1 600 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 600 000 Sepatu Boot 1 000 000 2 600 000 3 600 000 4 600 000 4 600 000 Sepatu Boot 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 Sepatu Boot 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000 4 600 000

Sampan 0 0 0 0 12 000 000 Sampan 7 500 000 7 500 000 7 500 000 12 000 000 12 000 000 Sampan 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 7 500 000 Sampan 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000

Pisau Sadap 0 0 0 0 800 000 Pisau Sadap 500 000 1 300 000 1 800 000 2 300 000 2 300 000 Pisau Sadap 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 Pisau Sadap 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000

Jerigen 20 Liter 0 0 0 0 800 000 Jerigen 20 Liter 500 000 1 300 000 1 800 000 2 300 000 2 300 000 Jerigen 20 Liter 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 Jerigen 20 Liter 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000 2 300 000

Jerigen 10 Liter 0 0 0 0 640 000 Jerigen 10 Liter 400 000 1 040 000 1 440 000 1 840 000 1 840 000 Jerigen 10 Liter 1 840 000 1 840 000 1 840 000 1 840 000 1 840 000 Jerigen 10 Liter 1 840 000 1 840 000 1 840 000 1 840 000 1 840 000

Jerigen 5 Liter 0 0 0 0 400 000 Jerigen 5 Liter 250 000 650 000 900 000 1 150 000 1 150 000 Jerigen 5 Liter 1 150 000 1 150 000 1 150 000 1 150 000 1 150 000 Jerigen 5 Liter 1 150 000 1 150 000 1 150 000 1 150 000 1 150 000

Bangunan Pabrik 0 0 0 0 120 000 000 Bangunan Pabrik Bangunan Pabrik Bangunan Pabrik

Tanki Fermentasi 1500 Liter 0 0 0 0 60 000 000 Tanki Fermentasi 1500 Liter Tanki Fermentasi 1500 Liter Tanki Fermentasi 1500 Liter 60 000 000

Tanki Fermentasi 2500 Liter 0 0 0 0 140 000 000 Tanki Fermentasi 2500 Liter Tanki Fermentasi 2500 Liter Tanki Fermentasi 2500 Liter 140 000 000

Drum Penyimpanan 0 0 0 0 10 000000 Drum Penyimpanan 10 000 000 Drum Penyimpanan 10 000 000 Drum Penyimpanan 10 000 000

Alat Penyulingan (Destilator) 0 0 0 0 180 000 000 Alat Penyulingan (Destilator) Alat Penyulingan (Destilator) Alat Penyulingan (Destilator)

Boiler 0 0 0 0 450 000 000 Boiler Boiler Boiler

Kondensor 0 0 0 0 5 000 000 Kondensor Kondensor 5 000 000 Kondensor

Sumur Bor 0 0 0 0 35 000 000 Sumur Bor Sumur Bor Sumur Bor

Pemasangan dan Penyambungan Listrik 0 0 0 0 24 000 000 Pemasangan dan Penyambungan Listrik Pemasangan dan Penyambungan Listrik Pemasangan dan Penyambungan Listrik

Heat Exchanger 0 0 0 0 16 000000 Heat Exchanger Heat Exchanger Heat Exchanger

Meteran Cairan 0 0 0 0 15 000 000 Meteran Cairan Meteran Cairan 15 000 000 Meteran Cairan

Mobil Pick Up 0 0 0 0 175 000 000 Mobil Pick Up Mobil Pick Up Mobil Pick Up

Total Biaya Investasi 2 017 175 000 25 662 500 25 662 500 25 662 500 1 255 514 925 Total Biaya Investasi 15 650 000 21 490 000 25 140 000 28 790 000 41 490 000 Total Biaya Investasi 28 790 000 28 790 000 33 290 000 24 290 000 61 490 000 Total Biaya Investasi 28 790 000 33 290 000 28 790 000 24 290 000 23 429 0000

Biaya Tetap Biaya Tetap Biaya Tetap Biaya Tetap

Tenaga Kerja Tetap 0 0 0 0 0 Tenaga Kerja Tetap 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 Tenaga Kerja Tetap 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 Tenaga Kerja Tetap 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 101 640 000 Listrik 0 0 0 0 0 Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 Listrik 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 Biaya Pemeliharaan 0 0 0 0 0 Biaya Pemeliharaan 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 Biaya Pemeliharaan 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 Biaya Pemeliharaan 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000 24 000 000

Total Biaya Tetap 0 0 0 0 0 Total Biaya Tetap 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 Total Biaya Tetap 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 Total Biaya Tetap 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000 128 640 000

Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Operasional

Bibit Nipah 176 000 000 110 000 000 110 000 000 110 000 000 0 Bibit Nipah 0 0 0 0 0 Bibit Nipah 0 0 0 0 0 Bibit Nipah 0 0 0 0 0

Pupuk : Pupuk : Pupuk : Pupuk :

Urea 4 838 400 3 024 000 3 024 000 3 024 000 0 Urea 0 0 0 0 0 Urea 0 0 0 0 0 Urea 0 0 0 0 0

TSP 5 076 800 3 173 000 3 173 000 3 173 000 0 TSP 0 0 0 0 0 TSP 0 0 0 0 0 TSP 0 0 0 0 0

KCL 4 399 200 2 749 500 2 749 500 2 749 500 0 KCL 0 0 0 0 0 KCL 0 0 0 0 0 KCL 0 0 0 0 0

PPC 0 0 0 0 53 206 400 PPC 8 460 400 119 714 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400 PPC 152 968 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400 PPC 152 968 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400 152 968 400

Upah Tenaga Kerja : Upah Tenaga Kerja : Upah Tenaga Kerja : Upah Tenaga Kerja :

Pembukaan Lahan 4 164 048 2 602 530 2 602 530 2 602 530 0 Pembukaan Lahan 0 0 0 0 0 Pembukaan Lahan 0 0 0 0 0 Pembukaan Lahan 0 0 0 0 0

Liter per Hari di Kabupaten Teluk Bintuni Untuk Analisis Ekonomi Tahun 1 - 20 Lampiran 22. Cashflow Pengembangan Perkebunan Nipah dan Pabrik Bioetanol Kapasitas 1 000

Uraian Tahun


(6)

Lampiran 22. Lanjutan Lampiran 22. Lanjutan Lampiran 22. Lanjutan Lampiran 22. Lanjutan

Penanaman 594 864 185 895 185 895 185 895 0 Penanaman 0 0 0 0 0 Penanaman 0 0 0 0 0 Penanaman 0 0 0 0 0

Pemeliharaan 0 0 0 0 297 432 Pemeliharaan 483 327 669 222 855 117 855 117 855 117 Pemeliharaan 855 117 855 117 855 117 855 117 855 117 Pemeliharaan 855 117 855 117 855 117 855 117 855 117

Pemanenan/Penyadapan 0 0 0 0 0 Pemanenan/Penyadapan 186 192 432 302 562 702 418 932 972 535 303 242 535 303 242 Pemanenan/Penyadapan 53 5303 242 53 5303 242 53 5303 242 53 5303 242 53 5303 242 Pemanenan/Penyadapan 535 303 242 535 303 242 535 303 242 535 303 242 535 303 242

Nira Nipah 0 0 0 0 0 Nira Nipah 209 992 500 704 250 000 704 250 000 704 250 000 704 250 000 Nira Nipah 234 7500 000 234 7500 000 234 7500 000 234 7500 000 234 7500 000 Nira Nipah 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000 2 347 500 000

Ragi 0 0 0 0 0 Ragi 34 336 100 34 336 100 34 336 100 34 336 100 34 336 100 Ragi 3 5057600 3 5057600 3 5057600 3 5057600 3 5057600 Ragi 35 057 600 35 057 600 35 057 600 35 057 600 35 057 600

Urea 0 0 0 0 0 Urea 2 489 327 2 489 327 2 489 327 2 548 869 2 548 869 Urea 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 Urea 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869 2 548 869

NPK 0 0 0 0 0 NPK 44 238 631 44 238 631 44 238 631 45 225 932 45 225 932 NPK 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 NPK 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932 45 225 932

Bahan Bakar (Kayu) 0 0 0 0 0 Bahan Bakar (Kayu) 13 999 500 46 950 000 46 950 000 46 950 000 46 950 000 Bahan Bakar (Kayu) 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 Bahan Bakar (Kayu) 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000 125 200 000

Bahan Bakar Minyak 0 0 0 0 0 Bahan Bakar Minyak 5 200 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 Bahan Bakar Minyak 15650 000 15650 000 15650 000 15650 000 15650 000 Bahan Bakar Minyak 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000 15 650 000

Total Biaya Operasional 195 073 312 121 734 925 121 734 925 121 734 925 53 503 832 Total Biaya Operasional 578 192 217 1 255 210 382 1 420 670 547 1 522 437 660 1 522 437 660 Total Biaya Operasional 3 244 659 160 3 244 659 160 3 244 659 160 3 244 659 160 3 244 659 160 Total Biaya Operasional 3 244 659 160 3 244 659 160 3 244 659 160 3 244 659 160 3 244 659 160 TOTAL OUTFLOW 2 212 248 312 147 397 425 147 397 425 147 397 425 1 309 018 757 TOTAL OUTFLOW 722 482 217 1 405 340 382 1 574 450 547 1 679 867 660 1 692 567 660 TOTAL OUTFLOW 3 642 280 977 3 642 280 977 3 642 280 977 3 642 280 977 3 642 280 977 TOTAL OUTFLOW 3 642 280 977 3 642 280 977 3 642 280 977 3 381 749 160 3 634 280 987 NET BENEFIT (2 212 248 312) (147 397 425) (147 397 425) (147 397 425) (1 309 018 757) NET BENEFIT (232 482 217) 504 909 618 860 799 453 1 280 382 340 1 661 432 340 NET BENEFIT 1 902 719 023 1 902 719 023 1 902 719 023 1 902 719 023 1 902 719 023 NET BENEFIT 1 902 719 023 1 902 719 023 1 902 719 023 2 163 250 840 2 182 360 680

DF = 13% 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 DF = 13% 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295 DF = 13% 0,261 0,231 0,204 0,181 0,160 DF = 13% 0,141 0,125 0,111 0,098 0,087

PV NEGATIF (3 087 879 537) PV NEGATIF PV NEGATIF PV NEGATIF

PV POSITIF 4 545 402 391 PV POSITIF PV POSITIF PV POSITIF

NPV 1 459 406 876 NPV NPV NPV

IRR 17,76% IRR IRR IRR

NET B/C 1,47 NET B/C NET B/C NET B/C