IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 KONDISI SOSIAL EKONOMI KAMPUNG LEBAKPICUNG
Kampung Lebakpicung terdiri dari sebuah rukun rukun tetangga RT 1 yang secara administratif masuk ke dalam RW 04, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten . Kampung ini juga terletak berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun TNGHS akibat perluasan tahun 2003. Jumlah kepala keluarga KK saat ini 52 KK.
Jumlah rumah di kampung ini adalah 52 rumah. Kampung Lebakpicung terletak di lembah yang dapat diakses melalui Jalan Raya Pelabuhan Ratu – Cikotok sampai pertigaan Cikuya, kemudian
dilanjutkan dengan jalan berbatu dengan lebar 1,5 – 2 m di antara jurang dan tebing, dapat dilalui dengan kendaraan sepeda motor, truk, atau mobil bergardan depan dan kemudian dilanjutkan dengan
jalan setapak melalui tepi sawah yang hanya dapat dilalui oleh sepeda motor atau berjalan kaki. Perjalanan dari kampung terdekat ke kampung ini adalah sekitar 20 menit dengan sepeda motor.
Kampung Lebakpicung belum memiliki jaringan listrik PLN. Pada beberapa rumah telah memiliki turbin listrik pribadi 15 rumah dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS sumbangan dari
Provinsi Banten 22 rumah. Namun demikian, setidaknya ada 32 rumah lainnya yang masih dalam kegelapan . Gambar 2 adalah kondisi Kampung Lebakpicung yang berada disamping Taman Nasional
Gunung Halimun.
Pada umumnya warga kampung Lebakpicung berprofesi sebagai petani. Penghasilan mereka per bulanya tidak sampai satu juta. Kepala rumah tangga yang mempunyai usaha tambahan seperti
membuka warung , mempunyai penghasilan lebih besar dibandingkan yang lainya. Pekerjaan sampingan mereka selain bertani adalah menjadi buruh angkut kayu dan bekerja di pabrik teh yang
berada tak jauh dari kampung Lebakpicung. Pada siang hari para laki-laki warga Kampung Lebakpicung pergi untuk bertani atau menjadi buruh dan umumnya dirumah mereka hanya ada istri
dan anak mereka. Para isitri umunya menumbuk padi pada siang hari. Masyarakat Kampung Lebakpicung mempunyai tempat penyimpanan padi yang diberi nama leuit. Padi yang tersimpan
Gambar 3. Kondisi Kampung Lebakpicung
didalam leuit adalah hasil panen mereka sendiri dan digunakan untuk kebutuhan beras mereka selama satu tahun. Gambar 3 menunjukan tempat penyimpanan padi yang telah dipanen dalam leuit.
Kampung Lebakpicung mempunyai produk khas yaitu kopi. Produksi kopi di kampung ini belum bisa dijual dan dipasarkan sehingga dapat dijadikan komoditas unggulan desa ini. Kopi
produksi kampung ini mempunyai prospek yang bagus untuk dijadikan komditas unggulan karena mempunyai rasa yang khas.
Kehadiran mikdrohidro di Kampung Lebakpicung yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Halimun telah membantu masyarakat kampung tersebut untuk menikmati listrik. Masyarakat
beramai-ramai membeli televisi, speaker dan barang elektronik lainya. Semua masyarakat
Lebakpicung merasa senang dan menikmati adanya mikrohidro di kampung mereka. Pada malam hari mereka dapat menikmati acara televisi atau memutar VCD.. Gambar 4 menunjukan mikrohidro di
Kampung Lebakpicung.
Dalam questinoner, semua masyarakat Kampung Lebakpicung tidak keberatan dengan harga yang harus mereka bayar. Harga yang dibayar dihitung dari jumlah alat elektronik yang dipunyai
masyarakat pada tabel 4. Televisi merupakan barang elektronik paling popular yang harus dibeli setelah adanya mikrohidro. Karena televisi menyuguhkan hiburan khusunya di sore hingga malam
setelah mereka bekerja ke sawah atau menjadi buruh. Semua warga merasa sangat senang dan terbantu tidak ada satupun warga yang menolak adanya mikohidro di kampung ini.
Gambar 5. Peralatan lsitrik yang digunakan masyarakat Kampung Lebakpicung Gambar 4 . Leuit
4.2 PEMANFAATAN LISTRIK DI KAMPUNG LEBAKPICUNG 4.2.1 Sebelum ada Mikrohidro
Sebelum ada mikrohidro, masyarakat Lebakpicung telah mengenal pembangkit listrik tenaga surya PLTS seperti pada Gambar 4. Akan tetapi pembangkit tenaga surya ini tidak menghasilkan
daya listrik yang besar dan hanya bisa untuk menyalakan lampu saja. Tidak semua masyarakat Lebakpicung dapat memanfaatkan PLTS ini hanya sebagaian masyarakat yang lebih mampu yang
dapat memanfaatkanya juga kondisi kampung Lebakpicung yang berada di daerah ini kurang mendapatkan intesitas matahari. Selain PLTS, masyarakat Lebakpicung juga menggunakan turbin
seperti pada Gambar 5 dan lampu minyak. Untuk turbin biaya pemasangan sebesar Rp 13.000 bulan, lampu minyak Rp 4.000lt dan PLTS untuk pemasangannya Rp 150.000. Listrik yang dihasilkan
PLTS dan turbin hanya dapat menghidupkan lampu saja.
Secara umum kehadiran mikrohidro di Kampung Lebakpicung membuat perubahan secara nyata dalam konsumsi listrik di kampung ini. Sebelum ada mikrohidro desa ini amat gelap pada
malam harinya. Karena mereka hanya menggunakan lampu minyak, PLTS bagi sebagian warganya dan, turbin kecil. PLTS dan turbin kecil hanya dapat menyalakan lampu saja .
Gambar 6. Pembangkit Listrik Tenaga SuryaPLTS
Gambar 7. Turbin