Pengembangan Permukiman di Kota Batam

72 Perkembangan pemanfaatan lahan melalui proses konversi dari kawasan tidak terbangun menjadi kawasan perumahan, sebenarnya adalah lahan resapan air seperti rawa dan hutan kota akibat adanya interaksi dan permintaan perumahan yang meningkat. Konversi lahan sedikit demi sedikit akan menyebabkan semakin meluasnya lahan dengan pemanfaatan ke arah pemukiman dan komersial. Guna memenuhi kebutuhan permukiman sekaligus mengelola perubahan penggunaan lahan secara terkendali, maka Pemerintah Kota Batam memiliki kebijakan untuk mengembangkan permukiman, termasuk rusunawa rumah susun sewa dan rusunami rumah susun milik sesuai struktur ruang kota. Kebijakan tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Batam tahun 2006-2011 terdiri dari: 1 program pengembangan sarana prasarana perumahan permukiman; dan 2 program pengembangan infrastruktur hinterland. Pengembangan tersebut melibatkan berbagai sektor terkait di Kota Batam, terutama dinas-dinas pemerintahan kota yang memiliki peran sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Dinas-dinas terkait tersebut antara lain: 1. Dinas Tata Kota, yang memiliki fungsi melakukan pembangunan dan penataan sarana prasarana perumahan permukiman; 2. Dinas Pekerjaan Umum, yang memiliki fungsi melakukan dukungan penyiapan prasarana sarana menuju permukiman; 3. Dinas Sosial dan Pemakaman, yang memiliki fungsi bantuan teknis dalam rangka pelaksanaan penataan perumahan permukiman melalui dana bantuan; 4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batam, yang memiliki fungsi dukungan kesesuaian tata ruang terhadap perumahan permukiman; 5. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, yang memiliki fungsi memberikan dukungan pelatihan dan pembinaan usaha dalam rangka meningkatkan perekonomian MBRmasyarakat berpenghasilan rendah; 6. Dinas PMP-KUKM, yang memiliki fungsi memberikan bimbingan teknis pemberdayaan ekonomi masyarakat. 73 Permasalahan yang terjadi seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di Kota Batam adalah : • masih maraknya rumah liarrumah bermasalah terkonsentrasi di daerah sekitar kawasan industri akibat dampak dari pengembangan Batam menjadi kota industri dan relatif tingginya harga rumah; • kekurang siapan dalam mengantisipasi kecepatan dan pertumbuhan fisik dan dan fungsional kawasan sehingga kawasan kumuh tumbuh sejalan dengan bertambahnya pusat-pusat kegiatan ekonomi. Daerah hinterland sebagai penyangga Kota Batam, juga memiliki beberapa permasalahan perumahan permukiman antara lain: a lokasi umumnya terpencil dan jauh dari pusat kegiatan; b aksesibilitas sulit; c mahalnya biaya pembangunan sarana dan prasarana; d sulit dalam pengawasan dan pengamanannya; e cenderung menjadi tempat kegiatan penyelundupan, pembuangan limbah dan penambangan pasir serta penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan; dan f kerusakan lingkungan cenderung meningkat. Mengatasi permasalahan permukiman tersebut, Pemerintah Kota Batam menetapkan kebijakan pengembangan rusunawa sesuai dengan arahan kebijakan pemerintah pusat. Kebijakan-kebijakan tersebut, antara lain: • pengembangan permukiman pada kawasan industri dan ruli dengan pola rusunawa Permenpera No. 14PermenM2006 tentang Penyelenggaraan Kawasan Khusus; • pengembangan kawasan permukiman perbatasan hinterland dengan upaya peningkatan kualitas lingkungan perumahan Permenpera Nomor 17PermenM2006 tentang Juklak Pengembangan Kawasan Perbatasan. Latar belakang kebijakan tersebut disebabkan Kota Batam sebagai pusat pertumbuhan industri yang cukup pesat, menyebabkan sebagian masyarakat yang bekerja baik di sektor formal maupun informal membutuhkan perumahan sebagai tempat tinggal. Badan Pusat Statistik tahun 2007 memuat tentang jumlah tenaga kerja sektor industri sekitar 36 dari jumlah penduduk Kota Batam, sementara lahan yang tersedia untuk perumahan dan permukiman terbatas. Kelangkaan ini 74 menyebabkan semakin mahalnya harga lahan di pusat kota, sehingga mendorong masyarakat menengah bawah tinggal di kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja. Masyarakat sebagian besar tinggal di kawasan yang tidak jauh dari pusat aktivitas ekonomi, sehingga menyebabkan ketidakteraturan tata ruang kota dan menumbuhkan kawasan kumuh baru atau kawasan rumah bermasalahruli. Masyarakat berpenghasilan menengah kebawah dapat dekat dengan pusat aktivitas kesehariannya dan mencegah tumbuhnya kawasan kumuh di pusat kota batam, maka direncanakan suatu pembangunan hunian secara vertikal berupa rumah susun rusun. Pembangunan rusun di pusat aktivitas ekonomi tepatnya kegiatan industri yang tersebar di berbagai wilayah Kota Batam, dengan intensitas bangunan tinggi, diharapkan dapat mendorong pemanfaatan lahan dan penyediaan PSU yang lebih efisien dan efektif. Peningkatan kualitas lingkungan perumahan perbatasan dan hinterland dilakukan untuk mengatasi: a kondisi lingkungan tidak tertata, kumuh dan tidak dikelola dengan baik; b aksesibilitas rendah ke kawasan permukiman atau terisolir karena terletak di perbatasan dan pulau kecil terluar; c masyarakatnya miskin dan belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri; d rawannya penyelundupan dan pencurian illegal fishing. Tujuan pembangunan rusunawa sendiri adalah untuk: a mempercepat upaya penyediaan rumah layak dan terjangkau bagi MBR; b dalam lingkungan yang lebih sehat dan tertata dengan baik; c meningkatkan kualitas perumahan permukiman; d mengefisienkan pemanfaatan tanah dengan menciptakan lebih banyak ruang terbuka hijau faktor ekologis dlm meningkatkan keserasian kawasan; e mengentaskan kawasan kumuhruli di perkotaan Batam yang merupakan salah satu upaya mewujudkan millenium developments goals yang menargetkan berkurangnya 50 kawasan kumuh pada tahun 2015 di seluruh dunia bagian dari RPJM Nasional; dan f menawarkan lokasi yang tetap dekat dengan sumber pekerjaan mengurai kemacetan. Pengembangan rumah susun sederhana di Batam hingga akhir tahun 2009 berada pada beberapa kawasan industri, seperti: Muka Kuning, Tanjung Uncang, 75 Sekupang, Batu Ampar, Batam Center, Tanjung Piayu dan Kabil. Lokasi yang telah dan dalam pelaksanaan pembangunan rumah susun sesuai Laporan Kegiatan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Milik Tahun 2009 Dinas Tata Kota, 2009. Pengembangan rusunawa dan rusunami hingga tahun 2009 disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Pengembangan rusunawa dan rusunami hingga tahun 2009 Lokasi Sumber Dana Jml Twin Blok Tipe Hunian Tahun Tanjung Piayu Perumnas 4 Tipe 21 2001 sd 2002 Batu Ampar Jamsostek 6 Tipe 21 2001 sd 2003 Batu Ampar OB 4 Tipe 21 2003 sd 2004 Sekupang OB 4 Tipe 21 2004 sd 2006 Tipe 36 Muka Kuning OB 9 Tipe 21 2004 sd 2004 Muka Kuning KimpraswilPemko 2 Tipe 27 2004 sd 2005 Muka Kuning Menpera 3 Tipe 27 2007 sd 2009 Tanjung Piayu Menpera 1 Tipe 21 2007 sd 2009 Muka Kuning Dept. PU 2 Tipe 24 2008 sd 2009 Muka Kuning Jamsostek 1 Tipe 24 2008 sd 2009 Sekupang Dept. PU 4 Tipe 24 2008 sd 2009 Batam Centre REI 2 Tipe 21 2008 sd 2009 Tipe 36 Tg. Uncang Pemko 2 Tipe 27 2009 Tg. Uncang Menpera 2 Tipe 27 2009 Kabil Menpera 2 Tipe 27 2009 76 Pengembangan rusunawa dan rusunami pada tahun 2009 ditampilkan pada Tabel 20 Tabel 20 Pengembangan rusunawa dan rusunami tahun 2009 No Lokasi Pengembang Pelaksana Luas Lahan m 2 Twinblok Lt Typ e Jml Unit Ren cana Real isasi 1 Sekupang I PT. Persada Rumata Kreasindo JO Dirjen Cipta Karya DPU 6.180,43 2 2 5 24 192 2 Sekupang Ii PT. Lima Jabat Victory Dirjen Cipta Karya DPU 6.239,91 2 2 5 24 192 3 Muka Kuning PT. Lima Jabat Dirjen Cipta Karya Dept. PU 6.051,31 2 2 5 24 192 4 Muka Kuning PT. Mextron Eka Persada Kemenpera 3.025,66 2 2 5 27 160 5 Muka Kuning PT. Jonathan Hasiolan Simanjuntak Jamsostek 2.984,79 2 1 4 27 96 6 Kabil Jamsostek 100.000 20 7 5 - 800 Otorita Batam 21.590 2 1 4 24 160 PT. Mextron Eka Persada Menpera RI 2 2 5 27 160 7 Tanjung Uncang PT. Lima Jabat Menpera 36.000 9 2 5 27 160 PT. Jonathan Hasiolan Simanjuntak Pemko Batam 2 5 27 160 8 Batam Centre Park Rusunami PT. Dimas Pratama Indah Tower A dan Tower C 140.000 34 2 5 21 30 5.0 04 Sumber: Dinas Tata Kota Batam, 2009 Langkah lain yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Batam adalah dengan melakukan pengembangan perumahan kawasan perbatasan hiterland. Kebijakan ini bertujuan untuk: 77 • meningkatkan perbaikan perumahan dan permukiman dengan program perbaikan kawasan permukiman perdesaanpesisir; • mengembangkan kawasan dan lingkungan permukiman pedesaan dan hinterland; • meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah hinterlandpesisir. • meningkatkan pembinaan terhadap masyarakat di lingkungan permukiman nelayan. Dukungan Pemerintah Kota Batam dalam pembangunan kawasan pesisirhinterland dilakukan dengan melaksanakan berbagai program pembangunan, antara lain: • melakukan program perbaikan perumahan dan permukiman rumah suku laut; • melakukan program pembangunan dan peningkatkan pelantar; • melakukan program perbaikan lingkungan desa pantai dengan pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya di lingkungan perumahan permukiman kawasan hinterland; • melakukan pemberdayaan masyarakat dengan program percepatan pembangunan infrastruktur perdesaan Pemerintah Kota Batam juga memberikan bantuan stimulan pengembangan perumahan swadaya BSP2S dan peningkatan kualitas perumahan PKP dalam pelaksanaan tahun anggaran 2009, yaitu: • BSP2S Lokasi kegiatan di Kecamatan Nongsa dan Kecamatan Sekupang sebanyak 50 unit MBR; • PKP Lokasi kegiatan di Pulau Temoyong 50 MBR, Pulau Selat Nenek 30 MBR, Pulau Aweng 20 MBR. Analisis kebutuhan tempat tinggal bagi tenaga kerja lokal, baik yang belum berkeluarga, maupun yang sudah berkeluarga, dapat dihitung jumlah twinblok yang harus tersedia. Hasil analisis kebutuhan ini dilakukan dengan berbagai asumsi, sehingga diperoleh kebutuhan pengembangan rusunawa di Kota Batam sebanyak 756 unit. Analisis kebutuhan pengembangan rusunawa di Kota Batam disajikan pada Tabel 21. 78 Tabel 21 Analisis kebutuhan pengembangan rusunawa di Kota Batam Dinas Tata Kota Batam, 2009 Asumsi Jumlah Satuan Jumlah tenaga kerja lokal WNI di batam tahun 2000 155.591 orang Jumlah tenaga kerja lokal WNI di batam tahun 2006 252.667 orang Prosentase pertumbuhan tenaga kerja lokal WNI di Batam 155.591 orang Diperkirakan jumlah tenaga kerja lokal WNI th. 2011 384.036 orang Yang belum memiliki tempat tinggal sendiri termasuk penghuni rumah liar ruli diperkirakan 30 115.211 orang Asumsi 40 TKI sudah berkeluarga 46.084 orang Jumlah unit rusunawa yang dibutuhkan 1 kk untuk 1 unit sasaran 46.084 unit Sehingga jumlah unit twinblok rusunawa T27 yang dibutuhkan 576 unit Asumsi 60 tki belum berkeluarga 69.126 unit Jumlah unit rusunawa yang dibutuhkan 4 orang untuk 1 unit sasaran 17.282 unit Sehingga jumlah unit twinblok rusunawa T21 yang dibutuhkan 180 unit Jadi jumlah unit twinblok yang dibutuhkan dibutuhkan 756 unit

4.3. Pembangunan Fisik Rusunawa

4.3.1 Metoda Pelaksanaan

Pembangunan fisik rusunawa di Indonesia pada umumnya dilakukan menggunakan konstruksi beton, karena selain dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknologi sederhana, sumber daya manusia juga tersedia, bahan- bahan pembuat beton juga mudah didapat. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya, yang terdiri dari bahan semen, agregat kasar dan halus beserta air. Beton dapat dibentuk sesuai dengan tuntutan konstruksi sesuai fungsinya. Komponen konstruksi utama pembangunan rusunawa adalah pondasi, kolom, balok, lantai, dinding dan atap. Pelaksanaan fisik pembangunan rusunawa dapat dilakukan melalui beberapa metoda pelaksanaan konstruksi beton, yaitu: a beton konvensional; b beton pracetak sebagian atau semi precast; dan c beton pracetak seluruhnya atau full precast. 79

a. Beton Konvensional

Pada pembentukan beton secara konvensional diperlukan cetakan atau bekesting yang biasanya terbuat dari kayu, untuk penyesuaian bentuk struktur sesuai fungsinya. Beton ini dicetak di tempat beton tersebut diperlukan, sehingga apabila fungsinya sebagai pelat lantai, balok ataupun kolom, maka beton tersebut dikerjakandicetak pada lantai, balok atau kolom tersebut sesuai dengan peruntukannya on site assembly. Misalnya apabila hendak membuat pelat lantai 5, maka beton untuk pelat tersebut harus dicetakdicor di lantai 5 juga dengan menggunakan cetakan atau bekisting. Selain itu oleh karena saat beton dicetak tidak bisa langsung mengeras dan berfungsi memikul bebannya sendiri, maka dibutuhkan konstruksi penyangga beton tersebut sampai betul-betul mengeras dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bekisting dan penyangga biasanya terbuat dari kayu dan sebagian dari besi. Mengingat pelaksanaan pembuatan beton ini pada ketinggian tertentu, maka akan berakibat kesempurnaan kualitas beton sangat tergantung dari kondisi para tukang yang bekerja pada ketinggian. Namun demikian kualitas beton yang didesain dengan sistem ini, sudah menggunakan tingkat keamanan maksimal sesuai ketentuan. Hal ini berakibat penambahan dimensi beton dan atau besi beton yang pada gilirannya menambah kebutuhan bahan bangunan. Pada alternatif ini komponen utama pembangunan rusunawa yang menggunakan beton konvensional adalah pondasi, kolom, balok dan lantai, sedangkan dinding menggunakan pasangan bata.

b. Beton Pracetak Sebagian Semi Precast

Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus off-site fabrication, terkadang komponen-komponen tersebut disusun dan disatukan terlebih dahulu pre-assembly, dan selanjutnya dipasang di lokasi installation Ervianto, 2006. Konstruksi beton berupa kolom, balok dan lantai dicetak terlebih dahulu di bawah, selanjutnya dirangkai di tempat yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan. Misalnya balok dan kolom tersebut dibutuhkan di lantai 4, maka dengan bantuan alat berat crane, balok dan kolom tersebut