Kebijakan Penyempurnaan Regulasi Model Konseptual Kebijakan Pengembangan Rusunawa Melalui

181 Kebijakan penyempurnaan regulasi ini disusun berdasarkan tinjauan regulasi yang sudah ada saat ini. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa regulasi dasar berupa UU dan PP sudah cukup sebagai landasan, tetapi masih diperlukan regulasi turunan yang bersifat lebih operasional dan teknis. Selain itu, bagian kebijakan ini disusun berdasarkan analisis ISM yang menunjukkan perlunya penguatan solusi pada kendala kunci berupa diseminasi kepada berbagai pihak. Diseminasi informasi, pemahaman, dan edukasi pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan tersebut, antara lain menyangkut regulasi terkait. Substansi yang disampaikan disusun berdasarkan analisis situasional dan LCA tentang pentingnya pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan, serta kerugian dan keuntungan yang bisa diperoleh semua pihak terkait. Hal-hal yang perlu dilakukan guna menunjang penyempurnaan regulasi antara lain: 1. Melakukan kajian landasan regulasi dan menyusun regulasi teknis yang lebih operasional jika diperlukan guna mendukung pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan; 2. Melakukan sosialisasi dan edukasi hasil kajian kepada semua pihak terkait pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan; 3. Melaksanakan tahapan pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan sesuai regulasi yang ada.

2. Kebijakan Pembagian Peran Aktor Pelaksana

Regulasi yang kuat dan operasional bisa terlaksana secara efektif jika dijalankan oleh pelaku yang memahami dan berkomitmen dalam pelaksanaannya. Setiap aktor yang terlibat pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan akan memiliki peran dan kontribusi terhadap optimalisasi pencapaian tujuan. Hasil kajian sebelumnya menunjukkan, para pelaku yang terlibat dalam pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan, antara lain: 1 Pemerintah Pusat; 2 Pemerintah Provinsi; 3 Pemerintah Kota Batam; 4 Kementerian Pekerjaan Umum; 5 Kementerian Perumahan Rakyat; 6 Dinas Pekerjaan Umum; 7 pengelola rusunawa; 8 pelaku usaha; 9 akademisi; 10 praktisi; 11 masyarakat; 12 Lembaga Swadaya Masyarakat. 182 Kebijakan pembagian peran aktor tersebut disusun berdasarkan hasil AHP dan analisis ISM. Kedua analisis tersebut menunjukkan pentingnya peran aktor kunci dan stakeholder lainnya dalam pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan. Hal-hal yang perlu dilakukan guna menunjang pembagian peran aktor: 1. Melakukan upaya penyamaan persepsi terhadap semua pelaku pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan yang didorong oleh aktor utama Kementerian PU dan Kementerian Pera. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan diskusi dan pembahasan dengan melibatkan berbagai pihak institusi pemerintah dan non-pemerintah terkait semua aspek dalam pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan; 2. Melakukan koordinasi di antara aktor yang berasal dari institusi pemerintah guna melakukan pembagian peran dalam pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan; 3. Melakukan kesepakatan dan komitmen untuk melaksanakan semua hasil diskusi dan pembahasan guna tercapainya optimalisasi tujuan pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan; 4. Mengajak dan memberikan ruang partisipasi kepada semua pihak, khususnya institusi non-pemerintah untuk terlibat aktif menyukseskan tujuan pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan; 5. Semua hasil di atas dijadikan landasan semua pihak untuk berkolaborasi dalam melakukan pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan.

3. Kebijakan Solusi Kendala Pengembangan

Semua hasil penguatan regulasi dan kolaborasi antar para pihak ini harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata untuk menyelesaikan berbagai kendala dalam pengembangan rusunawa ramah lingkungan. Langkah-langkah dalam mengatasi kendala harus disusun berdasarkan prioritas kendala yang harus segera dipecahkan. Berdasarkan kajian ISM, diperlukan setidaknya tiga prioritas kendala yang harus diselesaikan. Hal-hal yang perlu dilakukan guna memecahkan kendala dalam pengembangan rusunawa melalui konstruksi ramah lingkungan, antara lain: