4 Memperkuat kemitraan pemerintah dan swasta dalam
pengembangan sumber daya manusia; dan 5
Melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, kelompok negara dan lembaga-lembaga internasional dalam
pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata.
E. Hak dan Kewajiban Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015
Pelaksanaan masyarakat ekonomi ASEAN telah diatur dalam ASEAN Economic Community
2015 Blueprint yang disahkan pada KTT ASEAN 2007 di Singapura, dalam cetak biru ini terdapat memuat empat pilar, yaitu:
1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan
elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan modal yang lebih bebas;
2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi dengan
elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerse;
3. ASEAN sebagai kawasan pembangunan ekonomi yang merata dengan
elemen pengembangan usaha kecil dan menengah dan prakarsa integrase ASEAN untuk Negara-negara CMLV Cambodia, Myanmar, Laos dan
Vietnam; 4.
ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam jejaring produksi
global.
Prioritas sektor
86
1. ASEAN single window
pada ASEAN Economic Community 2015meliputi tujuh sektor barang, yaitu produk berbasis agro, otomotif, elektronika, produk
karpet, tekstil dan produk tekstil, perikanan dan barang dari kayu serta lima sektor jasa, yaitu, penerbangan, jasa online, pariwisata, kesehatan dan
logistik. Berdasarkan ASEAN Economic Community 2015 Blueprint, terdapat beberapa
hak dan kewajiban yang dimiliki dan harus dilaksanakan oleh negara anggota. Adapaun hak yang tertuang dalam ASEAN Economic Community 2015 Blueprint
yaitu:
Negara anggota berhak untuk menerapkan kebijakan pemulihan perdagangan antara lain, anti dumping, bea imbalan terkait dengan
subsidi, dan safe guard, selain itu Negara anggota juga dapat menggunakan mekanisme penyelesaian sengketa yaitu protocol on
enhanced disputed settlement mechanism
87
2. Arus modal yang lebih bebas
.
Dalam upaya memfasilitasi pergerakan modal yang lebih besar, negara anggota berhak memberlakukan kebijakan yang dirasa perlu untuk
stabilitas makroekonomi
88
86
ASEAN Framework Agreement for the Integration of Priority Sectors 2004.
87
Buku Menuju ASEAN Economic Community 2015, h. 29, diakses melaui http:www.ditjenkpi.kemendag.go.id2Fwebsite_kpi2FUmum2FSetditjen2FBuku2520
Menuju2520ASEAN2520ECONOMIC2520COMMUNITY25202015.pdf pada tanggal 28-11-2014.
88
Ibid, h. 39.
Mengenai kewajiban masing-masing negara berkewajiban untuk melaksanakan komitmen dalam ASEAN Economic Community 2015 Blueprint, terutama dalam
empat kerangka utama, selain itu kewajiban-kewajiban lainnya di ASEAN Economic Community
2015 Blueprint yaitu: 1.
Bidang perdagangan barang
89
a. Negara-Negara Anggota wajib menghapus seluruh Tarif Preferensial
Efektif Bersama CEPT-AFTA pada seluruh produk yang sudah diidentifikasi yang dicakup oleh masing-masing Protokol Integrasi
Sektoral ASEAN, kecuali yang tercantum dalam daftar negatif daftar sensitif, daftar sangat sensitif, dan daftar pengecualian umum pada
Protokol-Protokol tersebut, yang jumlah keseluruhan untuk masing- masing negara anggota wajib tidak melebihi 15 dari daftar total
produk pada 1 Januari 2007 untuk ASEAN-6; dan 1 Januari 2012 untuk CLMV;
b. Negara-negara anggota wajib melaksanakan tindakan-tindakan berikut
ini terkait dengan kebijakan-kebijakan non tarif selanjutnya disebut sebagai ”NTMs” dan hambatan non tarif selanjutnya disebut sebagai
”NTBs”, untuk memastikan transparansi, sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
2. Bidang Perdagangan Jasa
90
Negara-negara anggota wajib mempercepat liberalisasi perdagangan di sektor-sektor jasa prioritas sampai tahun 2010.
89
Ibid, h. 42-43.
90
Ibid, h.43.
3. Bidang Ketentuan Asal Barang
91
Negara-negara anggota, pada tanggal 31 Desember 2006, wajib memperbaiki Ketentuan Asal Barang CEPT dengan:
a. Membuat ketentuan asal barang menjadi lebih transparan, dapat
diprediksi, terstandarisasi dan memfasilitasi perdagangan, dengan memperhatikan kebutuhan untuk meningkatkan sumber regional dan
kebiasaan-kebiasaan terbaik dari Perjanjian-perjanjian Perdagangan Regional lainnya, termasuk ketentuan asal barang WTO;
b. Menerima transformasi substansial sebagai kriteria alternatif untuk
menentukan status asal barang. 4.
Perpindahan Pelaku Usaha, Tenaga Ahli, Profesional, Tenaga Terampil dan Orang Berbakat
92
Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dalam negeri, masing-masing negara anggota wajib:
.
a. Mengembangkan suatu Persetujuan ASEAN untuk memfasilitasi
perpindahan para pelaku usaha, termasuk pemberlakuan suatu Kartu Perjalanan ASEAN;
b. Menetapkan dan mengembangkan mekanisme lain yang akan
melengkapi prakarsa-prakarsa ASEAN yang telah ada untuk memfasilitasi lebih lanjut perpindahan para tenaga ahli, profesional,
tenaga terampil dan orang berbakat pada tanggal 31 Desember 2007; dan
91
Ibid, h.45.
92
Ibid, h.46-47.
c. Mempercepat penyelesaian mras untuk memfasilitasi perpindahan
bebas dari para tenaga ahli, profesional, tenaga terampil dan orang berbakat di ASEAN, pada tanggal 31 Desember 2008.
5. Statistik Perdagangan dan Penanaman Modal Intra ASEAN.
Negara-negara anggota wajib mengembangkan suatu sistem yang efektif untuk memantau perdagangan dan penanaman modal intra ASEAN
melalui: a.
Penyusunan suatu basis data perdagangan dan penanaman modal yang efisien, pada tanggal 31 Desember 2009;
b. Penyediaan perkembangan terakhir pada Sekretariat ASEAN
mengenai statistik terakhir perdagangan barang dan jasa dan penanaman modal; dan
c. Penyiapan gabungan profil-profil industri oleh masing-masing asosiasi
yang antara lain, mencakup informasi seperti kemampuan produksi dan cakupan produk.
6. Hak Kekayaan Intelektual
93
Negara-negara anggota wajib memperluas lingkup kerja sama hak kekayaan intelektual ASEAN, selain merek dagang dan paten, termasuk
kerjasama pertukaran informasi dan penegakan hak cipta. .
7. Penggunaan Tenaga Kerja Kontrak dan Industri Pelengkap
94
Negara-negara anggota wajib meningkatkan kelengkapan diantara para pengusaha fabrikasi ASEAN, apabila dapat diberlakukan, melalui:
.
93
Ibid, h.47.
94
Ibid, h.48.
a. Identifikasi dan pengembangan kawasan-kawasan spesialisasi proses-
proses produksi, penelitian dan pengembangan RD, serta fasilitas- fasilitas pengujian berdasarkan keuntungan komparatif dari masing-
masing negara anggota; dan b.
Pengembangan pedoman mengenai pengenalan pengaturan- pengaturan penggunaan tenaga kerja kontrak diantara negara-negara
anggota, apabila dapat diberlakukan, pada tanggal 31 Desember 2008.
F. Pemberlakuan ASEAN Tourism Agreement 2002 Dalam Hubungannya