Latar Belakang Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, sama halnya dengan Negara juga membutuhkan hubungan dengan Negara- negara lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Suatu kelompok manusia yang berkembang menjadi besar pasti akan menyusun dirinya dalam suatu kesatuan masyarakat dan berusaha untuk dapat hidup secara tertib dan teratur. Makin besar perkembangan kelompok, makin diperlukan kaidah-kaidah agar masyarakat tersebut dapat hidup dengan tentram 2 . Bangsa yang sedang berkembang dan berekspansi dapat bertemu dan berhubungan dengan bangsa lain baik secara bersahabat maupun secara kekerasan perang. Di dalam dunia modern hubungan antarbangsa sudah tersebar ke seluruh pelosok dunia ini. Tidak ada satu bangsa pun di dunia ini yang dapat membebaskan diri dari keterlibatannya dengan bangsa dan Negara lain, karena semua bangsa merupakan warga dunia 3 Banyak sekali terdapat perbedaan-perbedaan di antara Negara yang ada. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan bangsa, falsafah hidup, struktur pemerintahan, tata masyarakat, kekuatan militer, ekonomi, keuangan dan lain sebagainya. Hubungan dapat terjadi di antara mereka yang bertindak untuk . 2 Sumarsono Mestoko, Indonesia dan hubungan antarbangsa, Sinar Harapan, Jakarta, 1985, h. 9. 3 Ibid, h. 12. dan atas nama suatu Negara, misalnya berunding atau membuat perjanjian dalam berbagai bidang baik untuk kepentingan individu maupun seluruh masyarakat 4 Perkembangan organisasi internasional lebih merupakan jawaban terhadap kebutuhan yang nyata, yang diakibatkan oleh pergaulan internasional international intercourse daripada jawaban terhadap himbauan falsafah atau ideologis dari pengertian pemerintahan dunia World Government . 5 Pada tahun 1967 lima negara Asia Tenggara sepakat untuk mengadakan kerja sama dan ikatan sesuai dengan kepentingan timbal balik antara bangsa seregion. Lima Negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Pada tanggal 8 Agustus 1967, Negara-negara tersebut menandatangani suatu Deklarasi di Bangkok yang menandai adanya suatu perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Namun demikian perhimpunan ini masih memberi kesempatan kepada negara-negara lain di Wilayah Asia Tenggara untuk menjadi anggota baru ASEAN, sepanjang kelima anggota perhimpunan tersebut menyetujuinya . 6 4 Ibid, h. 13. 5 Hasnil Basri Siregar, Hukum Organisasi Internasional, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1994, h. 52. 6 Sumarsono Mestoko, Op.cit., h.132. . Sejak didirikannya pada tahun 1967 ASEAN Association of Southeast Asian Nation memang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara. Negara-negara anggota ASEAN juga berusaha untuk saling membantu dalam usaha-usaha yang menjadi perhatian bersama khususnya dibidang ekonomi dan sosial, kebudayaan dan ilmu pengetahuan antara lain dengan memanfaatkan secara efektif berbagai sektor seperti pertanian dan industri serta memperluas perdagangan mereka, termasuk perdagangan komoditi internasional. Negara- negara ASEAN juga bertekad untuk memerangi kemelaratan, kelaparan, penyakit dan buta huruf sebagai perhatian utama bagi Negara-negara anggotanya. Untuk itu ASEAN telah berusaha untuk mengadakan kerjasama secara intensip dibidang ekonomi dan pembangunan sosial dengan mengutamakan peningkatan sosial dan perbaikan kehidupan rakyat di Asia Tenggara 7 ASEAN Tourism Agreement ATA 2002 merupakan persetujuan yang membahas kepentingan-kepentingan strategis industri pariwisata bagi pertumbuhan sosial – ekonomi Negara Anggota ASEAN yang berkelanjutan dan keragaman budaya, ekonomi, dan keunggulan-keunggulan yang saling mendukung di seluruh kawasan, yang akan memberikan manfaat bagi . Dalam hal ini Indonesia yang merupakan anggota ASEAN dan merupakan salah satu negara pendiri ASEAN yang telah meratifikasi ASEAN Tourism Agreement ATA 2002 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengesahan ASEAN Tourism Agreement Persetujuan Pariwisata ASEAN, melalui persetujuan ini merupakan bentuk untuk mendukung terwujudnya ASEAN Vision 2020. 7 Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasionaledisi II, Alumni, Bandung, 1997, h. 92-93. pembangunan pariwisata ASEAN dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, perdamaian, dan kemakmuran kawasan. Pertimbangan-pertimbangan untuk membentuk ASEAN Tourism Agreement ATA 2002 dimulai pada Deklarasi Manila Tahun 1987, ASEAN bertekad untuk mendorong perjalanan intra ASEAN dan memperkuat industri pariwisata ASEAN, lalu rencana aksi Ha Noi yang telah disahkan pada KTT ke-6 yang diadakan di Ha Noi Tahun 1998, dan Kesepakatan Kerjasama Pariwisata ASEAN Tingkat Menteri Tahun 1998 di Cebu, Filipina, yang mencakup pengembangan dan promosi ASEAN sebagai destinasi wisata tunggal yang memiliki standar, sarana dan daya tarik wisata kelas dunia. Pada tahun 1995 dibentuklah Kerangka Kerja Persetujuan ASEAN di Bidang Jasa, yang ditandatangani di Bangkok, berisi prinsip-prinsip dasar dan cakupan perundingan mengenai perdagangan jasa antar Negara Anggota ASEAN yang menuju liberalisasi perdagangan jasa intra-ASEAN. Untuk mengurangi perbedaan tingkat pembangunan ekonomi dan mengenalkan latar belakang keragaman budaya ke Negara-negara Anggota ASEAN. Peran penting pariwisata dalam memperkecil jurang pembangunan antar Negara Anggota ASEAN serta dalam mendorong stabilitas kawasan diperlukan upaya untuk memperkuat, memperdalam dan memperluas kerjasama di bidang pariwisata antar Negara Anggota ASEAN dan antar sektor-sektor swasta sesuai dengan sifat daya tarik wisata yang saling mendukung. Untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama ASEAN. Untuk mewujudkan perjalanan ke dan di dalam ASEAN yang lebih mudah dan lebih efisien, akhirnya pada KTT ASEAN ke-7 tanggal 4 November 2001 di Brunei Darussalam di tandatangani suatu persetujuan pariwisata ASEAN yaitu ASEAN Tourism Agreement ATA 2002 yang kemudian diratifikasi melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pengesahan ASEAN Tourism Agreement Persetujuan Pariwisata ASEAN. Terwujudnya ASEAN sebagai wadah kerja sama bangsa-bangsa Asia Tenggara, yang hidup dalam perdamaian dan kemakmuran, menyatu dalam kemitraan yang dinamis dan komunitas yang saling peduli serta terintegrasi dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia 8 Dalam sektor pariwisata telah diusulkan sebuah proyek mengenai “ASEAN Cooperation on Tourism” kerjasama ASEAN di bidang Pariwisata yang akan dibiayaia oleh UNDP United Nations Development Project = proyek pengembangan dari PBB. Adanya promosi pariwisata yang sudah berjalan telah berhasil mencapai tarif keliling Circle Tarrif Fare ASEAN sebesar 25 potongan dari tariff biasa dalam rangka kerjasama dengan perusahaan-perusahaan penerbangan ASEAN , itu merupakan visi ASEAN yang tertuang dalam Deklarasi Bangkok. 9 Perkembangan atas permasalahan dan keinginan Negara-negara ASEAN untuk mensejahterakan dan menyelesaikan masalah yang ada di ASEAN maka pada tahun 1997 disepakatilah ASEAN Vision 2020 di Kuala . 8 Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional dan Integrase Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi , Ghalia Indonesia,Jakarta, 2003, h. 43. 9 Hasnil Basri Siregar, Op.cit, h. 151. Lumpur yang di realisasikan pada KTT ke-9 ASEAN di Bali pada Tahun 2003, dan ASEAN menyetujui pembentukan ASEAN Community 2015 yang terdiri dari tiga pilar, yaitu ASEAN Economic Community Komunitas Ekonomi ASEAN, ASEAN Political Security Community Komunitas Politik-Keamanan ASEAN, dan ASEAN Socio Cultural Community Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Perwujudan ASEAN Community 2015 adalah suatu keinginan bersama yang telah disepakati oleh para pemimpin Negara-negara anggota ASEAN. Pada tahun 2015 diharapkan akan dicapai suatu komunitas yang terjaga kolektivitasnya melalui pencapaian positif dalam ketiga pilar ASEAN Community sebagai bentuk nyata. Pertimbangannya tentu adalah secara nyata program tersebut harus membawa manfaat positif yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat sampai ke lapisan bawah di seluruh negara-negara di ASEAN. Kerjasama ASEAN selama ini cenderung berjalan sebagai komunitas diplomatik. Sementara itu ASEAN Community 2015 sebagai suatu program keluaran dari ekspektasi bersama seluruh masyarakat ASEAN memiliki peluang sekaligus tantangan dalam hal perwujudannya. Gagasan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, atau MEA, dapat ditelusuri kembali ke pembentukan Wilayah Perdagangan Bebas ASEAN AFTA di tahun 1992. Pada KTT ASEAN di Phnom Penh di bulan November 2002 para pemimpin ASEAN menyepakati prakarsa Perdana Menteri Goh Chok Tong untuk menyebut bentuk berikut dari proses integrasi ekonomi ASEAN sebagai pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN ASEAN Economic Community atau AEC 10

B. Rumusan Masalah