1. Untuk mengetahui ASEAN Tourism Agreement ATA 2002 dalam
perspektif hukum perjanjian internasional; 2.
Untuk mengetahui dan mempelajari ASEAN Economic Community 2015;
3. Untuk mengetahui pengaruh ASEAN Tourism Agreement ATA
2002 dan ASEAN Economic Community 2015 terhadap Indonesia. 2.
Manfaat Manfaat secara teoritis dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui ASEAN Tourism Agreement ATA 2002 sebagai
bentuk dari perjanjian internasional yang disepakati oleh Indonesia; 2.
Untuk mengetahui ASEAN Economic Community 2015 sebagai bentuk kesepakatan Negara-negara ASEAN, yaitu ASEAN
Community ;
3. Untuk menambah pengetahuan dalam hukum internasional, khususnya
hukum perjanjian internasional dan hukum organisasi internasional. Manfaat praktis dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada perpustakaan Fakulas
Hukum Universitas Sumatera Utara; 2.
Dapat dijadikan sebagai kajian bagi para pihak akademisi dalam menambah pengetahuan terutama di bidang hukum internasional,
hukum perjanjian internasional dan hukum organisasi internasional.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang
“Analisis Terhadap ASEAN Tourism Agreement ATA 2002 dalam Hubungannya Terhadap ASEAN Economic Community 2015 dan
Pengaruhnya Terhadap Indonesia” belum pernah dilakukan, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang ASEAN dan Asean Economic Community
2015 sebelumnya, seperti “ASEAN dan Peranannya dalam Pertumbuhan Perekonomian Regional” dan “Tinjauan Hukum Internasional Mengenai
Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota ASEAN dalam Rangka Menghadapi ASEAN Economic Community 2015”. Jadi penulisan ini
adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu, jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan penelitian ini.
E. Tinjauan Pustaka
1. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang bertujuan untuk mengakibatkan
akibat-akibat hukum tertentu
11
11
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003, h. 117.
. Dari batasan tersebut jelas kiranya, bahwa untuk dapat dinamakan perjanjian internasional, perjanjian itu harus
diadakan oleh subjek-subjek hukum internasional yang menjadi anggota masyarakat internasional. Jadi, pertama-tama termasuk didalamnya adalah
perjanjian antarnegara, antara Negara dengan organisasi internasional dan diantara organisasi internasional itu sendiri. Sedangkan menurut Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia, perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam
hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik
12
, tidak berbeda jauh dengan bunyi pasal 2 ayat 1 butir a Konvensi Wina 1969
13
Secara fungsional dilihat dari segi sumber hukum, maka pengertian perjanjian internasional dapat dibedakan kedalam dua golongan yaitu
“treaty contract” dan “law making treaties”. Yang dimaksud dengan “treaty contract” adalah perjanjian-perjanjian seperti suatu kontrak atau
perjanjian dalam hukum perdata yang mengakibatkan hak dan kewajiban antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu saja, contoh perjanjian
perbatasan, dan perjanjian perdagangan. Pengertian “law making treaties” dimaksudkan sebagai perjanjian yang meletakkan ketentuan-ketentuan
atau kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional secara , yang menyatakan sebagai
berikut, perjanjian artinya, suatu persetujuan internasional yang diadakan antar negara-negara dalam bentuk yang tertulis dan diatur oleh hukum
internasional, baik yang berupa satu instrument tunggal atau berupa dua atau lebih instrument yang saling berkaitan tanpa memandang apapun juga
namanya.
12
Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000Tentang Perjanjian Internasional.
13
Konvensi Wina Tahun 1969 Tentang Hukum Perjanjian Internasional.
keseluruhan, misalnya Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional dan Konvensi Hukum Laut 1982.
Dalam rangka memperoleh pengertian yang lebih luas tentang perjanjian internasional kiranya perlu diketengahkan tentang berbagai
istilah yang digunakan bagi perjanjian internasional itu sendiri. Dalam hal ini sering diketemukan istilah seperti treaty, convention, protocol,
declaration, agreement, charter, covenant, pact, statue, exchange of notes, modus vivendi, accord
dan sebagainya. Dilihat secara yuridis semua istilah tersebut memiliki pengertian yang sama dengan perjanjian internasional
seperti diuraikan diatas
14
2. ASEAN Association of Southeast Asian Nations
. Perjanjian internasional telah memainkan peranan yang sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa sehingga sebagai suatu sumber hukum internasional kedudukan perjanjian internasional sangat menonjol
dibandingkan sumber hukum internasional lainnya.
ASEAN didirikan berdasarkan Deklarasi Bangkok
15
14
Yudha Bakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bunga Rampai, Alumni, Bandung, 2003, h. 107-108.
15
Biro Hubungan dan Studi Internasional Direktorat Internasional Bank Indonesia, Kerja Sama Perdagangan Internasional : Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia
, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004, h. 172-174.
pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh lima Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina,
Singapura, dan Thailand. Tujuan utama pembentukan ASEAN adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan, sebagaimana terlihat
dari dua butir isi deklarasi butir 1 dan 3 sebagai berikut: i mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pembangunan budaya di
kawasan melalui upaya bersama dengan semangat kesetaraan dan persahabatan dalam rangka memperkuat landasan untuk mencapai
masyarakat Negara-negara Asia Tenggara yang makmur dan damai, dan ii Mendukung kerja sama yang aktif dan saling membantu atas persoalan
yang menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, budaya, masalah teknis dan ilmu pengetahuan. Keanggotaan ASEAN terus
bertambah sehingga pada saat ini sudah berjumlah sepuluh Negara. Diawal dengan keikutsertaan Brunei pada tanggal 8 Januari 1984, kemudian
Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995, diiikuti dengan Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan terakhir kamboja pada tanggal 30 April
1999. ASEAN juga memiliki beberapa prinsip dasar yang tertuang dalam
dua dokumen, pertama dalam Deklarasi Zona Damai, Merdeka dan Netral yang dikenal nama ZOPFAN Zone of Peace, Freedom, and Neutrality
yang mendeklarasikan agar Negara-negara ASEAN meningkatkan upaya untuk menjamin pemahaman kawasan ASEAN sebagai zona damai,
merdeka dan netral, bebas dari campur tangan kekuatan luar. Selain itu, dilakukan upaya bersama untuk memperluas cakupan kerja sama yang
dapat berkontribusi pada kekuatan, solidaritas, dan hubungan yang semakin dekat antar Negara ASEAN. Kedua, prinsip yang tercantum
dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja sama atau Treaty of Amity and Cooperation
TAC di Asia Tenggara yang ditandatangani pada tanggal 24 Februari 1976. Perjanjian tersebut mendeklarasikan bahwa negara-negara
anggota dalam hubungan bernegara harus didasari prinsip saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, kesatuan wilayah dan
identitas nasional dari seluruh Negara. Tidak saling mencampuri dalam urusan domestik, penyelesaian perbedaan atau sengketa dengan cara
musyawarah, penolakan atas segala bentuk ancaman atau kekuatan dan kerja sama yang efektif antar Negara anggota merupakan prinsip-prinsip
lain dalam kerja sama ASEAN. Prinsip-prinsip tersebut terutama prinsip saling menghormati kemerdekaan dan kedaulatan serta identitas nasional
apakah merupakan suatu kekuatan atau kelemahan dari ASEAN dapat dilihat dari perkembangan kerja sama ekonomi di kawasan ASEAN.
3. ASEAN Tourism Agreement ATA 2002
ASEAN Tourism Agreement ATA 2002 merupakan persetujuan yang membahas kepentingan-kepentingan strategis industri pariwisata bagi
pertumbuhan sosial – ekonomi Negara Anggota ASEAN yang berkelanjutan dan keragaman budaya, ekonomi, dan keunggulan-
keunggulan yang saling mendukung di seluruh kawasan, yang akan memberikan manfaat bagi pembangunan pariwisata ASEAN dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup, perdamaian, dan kemakmuran kawasan. Indonesia meratifikasinya melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengesahan ASEAN Tourism Agreement Persetujuan Pariwisata ASEAN
Kepala-kepala PemerintahanNegara Republik Indonesia, Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Malaysia, Republik Demokratik Rakyat
Laos, Persatuan Myanmar, Republik Philipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam yang tergabung sebagai
negara anggota Asosiasi Negara Asia Tenggara atau ASEAN Association Southeasth Asian Nation
telah menyepakati sebuah persetujuan yang membahas kepentingan-kepentingan industri pariwisata di Negara-negara
anggota ASEAN, yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama industri pariwisata, meningkatkan pembangunan dan promosi ASEAN, serta
pengembangan sumber daya manusia . Melalui persetujuan ini wisatawan yang terdiri dari masyarakat ASEAN akan mendapatkan kemudahan
dibidang pariwisata dan manfaat-manfaat yang dapat mendukung negara anggota ASEAN untuk mempromosikan pariwisatanya ke negara-negara
aggota ASEAN khususnya dan negara-negara di seluruh dunia umumnya. Wisatawan akan mendapatkan kemudahan jasa transportasi, lokasi-lokasi
wisata yang berkualitas, terjaminnya keselamatan dan keamanan wisatawan selama di Negara tersebut dan lain sebagainya.
4. ASEAN Economic Community Komunitas Ekonomi ASEAN
ASEAN Economic Community Komunitas Ekonomi ASEAN adalah salah satu dari tiga pilar yang saling berkaitan yang menjadi
landasan untuk terbentuknya komunitas ASEAN ASEAN Community. Keputusan penting pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu Januari 2007 adalah
mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN dari target semula tahun 2020 menjadi 2015. Percepatan jadwal ini semula diusulkan dalam KTT
ASEAN ke-11 di Kuala Lumpur tahun 2005 dan diperkuat dengan
rekomendasi dari ASEAN Economic Ministerial Meeting ke-38 pada Agustus 2006. Dalam situasi persaingan ekonomi yang semakin tajam, ada
kekhawatiran bahwa Asia Tenggara akan tertinggal jauh dari pesatnya pertumbuhan ekonomi China dan India. Gagasan membentuk Komunitas
Ekonomi ASEAN diharapkan bisa mengalirkan semangat baru untuk berintegrasi ke dalam dan meningkatkan daya saing kawasan agar dapat
merebut investasi asing. Sejalan dengan aspek ekonomi dalam visi ASEAN 2020, Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan menjadi pasar
tunggal dan basis produksi di mana arus barang, jasa, investasi, modal dan pekerja terambil bisa bebas bergerak
16
Menurut ASEAN Vision 2020 yang menjadi rujukan bagi pembentuk Komunitas ASEAN, tujuan akhir dari integrase ekonomi di
kawasan Asia Tenggara adalah terbentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunitas
ekonomi oleh organisasi ASEAN, berikut adalah butir-butir penting yang diambil dari Deklarasi Bali Concord II mengenai konsep Komunitas
Ekonomi ASEAN .
17
1. Komunitas Ekonomi ASEAN adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi
ekonomi yang digariskan dalam ASEAN Vision 2020 untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, sejahtera dan
berdaya saing tinggi. :
16
C.P.F. Luhulima, Dewi Fortuna Anwar, dkk, Op.cit, h. 110.
17
Ibid, h. 117-118.
2. Landasan bagi Komunitas Ekonomi ASEAN adalah kepentingan
bersama di antara Negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas usaha-usaha integrasi ekonomi melalui kerja sama yang
sedang berjalan dan inisiatif baru dalam kerangka waktu yang jelas. 3.
Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjadikan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi, dengan mengubah keanekaragaman
yang menjadi karakter kawasan menjadi peluang bisnis yang saling melengkapi.
4. Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjamin bahwa perluasan dan
pendalaman integrasi ASEAN harus dibarengi dengan kerja sama teknik dan pembangunan dalam usaha mengatasi jurang pembangunan
dan mempercepat integrasi ekonomi anggota baru Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.
5. Untuk mencapai komunitas ekonomi yang terintegrasi secara penuh,
ASEAN perlu menerapkan langkah-langkah liberalisasi dan kerja sama.
F. Metode Penelitian