Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

132 koperasi, dengan alasan bahwa Notaris yang bersangkutan belum memahami benar apa materi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sehingga takut salah dalam menyusun akta autentik. Solusi yang telah dilakukan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah selama ini adalah dengan memberikan kesempatan seluas- luasnya kepada para Notaris untuk mengadakan koordinasi dan tukar pendapat dengan Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa tengah dalam hal penyususnan akta Notaris sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. e.

B. Pembahasan

Upaya Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia untuk memperkuat landasan hukum koperasi dengan melibatkan Notaris sebagai pembuat akta koperasi , yakni dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor : 98 Kep M.KUKMIX2004, tanggal 24 September 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi dengan harapan bahwa kelembagaan koperasi dapat tumbuh dan berkembang dengan kuat dan mandiri serta tangguh dalam 133 menghadapi perkembangan tata ekonomi nasional dan global semakin dinamis dan penuh tantangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, sebagaimana diuraikan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Langkah – langkah dalam mengimplementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi oleh : a. Masayarakat pemohon akta badan hukum koperasi Langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh masyarakat selaku pemohon akta pendirian badan hukum koperasi meliputi : 1 Mengikuti sosialisasi tata cara pendirian koperasi 2 Mempersiapkan pembentukan koperasi 3 Melaksanakan Rapat Pembentukan Koperasi 4 Mengundang menghadap Notaris untuk membuat akta pendirian Koperasi 5 Mengajukan permohonan pengesahan badan hukum koperasi. Bahwa ternyata permohonan pengesahan akta pendirian koperasi oleh masyarakat setelah dikeluarkannya kepmenegkop dan UKM RI Nomor 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi , mengalami penurunan yang cukup tajam . Hal ini terlihat dari jumlah permohonan pengesahan akta pendirian koperasi yang masuk pada Dinas 134 Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, dimana sebelum dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI, permohonan pegesahan akta pendirian koperasi dalam kurun waktu 1 satu tahun rata-rata mencapai kisaran 301 sampai dengan 319 akta. Sedangkan setelah diterbitkannya Keputusan Menteri dimaksud sempat mengalami kevakuman permohonan pengesahan badan hukum koperasi selama 15 lima belas bulan terhitung sejak bulan Oktober 2004 sampai dengan akhir tahun 2005. Sedangkan untuk tahun 2006 ada permohonan pengesahan sejumlah 28 akta dan tahun 2007 sejumlah 29 akta. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum efektif mengimplementasikan Keputusan Menteri dimaksud. b. Notaris Pembuat Akta Koperasi. 1 Mengikuti pembekalan perkoperasian 571 Notaris 2 Mengajukan permohonan kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM RI untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi 118 Notaris 3 Membuat akta koperasi sesuai dengan materi yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. 4 Menyimpan minit akta koperasi 5 Membacakan akta koperasi dihadapan para pihak 135 6 Mengirimkan laporan tahunan kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM RI. 7 Mengeluarkan salinan akta koperasi. 8 Mengajukan pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi kepada Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan , sampai dengan penelitian dilakukan terdapat sejumlah 571 Notaris yang sudah mengikuti pembekalan perkoperasian yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI. Sedangkan dari jumlah tersebut sejumlah 118 Notaris yang sudah mempunyai kewenangan untuk membuat akta –akta koperasi karena sudah mendapatakan penetapan dari Menteri Negara Koperasi dan UKM RI sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi. Sedangkan pada kurun waktu 1 tahun 2006 setelah diterbitkannya keputusan Menteri dimaksud terdapat 28 akta koperasi yang dibuat oleh notaris. Sedangkan untuk tahun 2007 hanya berjumlah 29 akta koperasi. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa para Notaris yang sudah mendapatkan pembekalan perkoperasian kurang efektif untuk mengimplementasikan Keputusan Menteri dimaksud. c. Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah yang mengesahkan akta pendirian badan hukum koperasi : 136 1 Melakukan sosialisasi tentang tata cara pendirian koperasi melalui Anggaran APBD maupun APBN sejak tahun 2005, 2006 dan 2007. 2 Menyelenggarakan diklat penyusunan akta koperasi yang diikuti oleh 723 Notaris diwilayah Jawa Tengah dalam 3 Pembuatan dan penyebaran informasi melalui leaflet yang memuat standart operasional pengajuan badan hukum koperasi, serta dialog interaktif melalui televisi lokal. 4 Melakukan verifikasi persyaratan permohonan akta pendirian badan hukum koperasi. 5 Melakukan pengecekan terhadap domisili alamat, kepengurusan dan usaha yang dijalankan serta keanggotaan koperasi. 6 Mengesahkan akta badan hukum koperasi. 7 Mencatat dalam buku daftar umum koperasi. 8 Menyampaikan surat keputusan pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi kepada pendiri pemohon. 9 Mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Dari data yang diperoleh dilapangan , setelah diterbitkannya Keputusan Menteri dimaksud sejak bulan Nopember 2004 sampai dengan akhir 2005 15 bulan terjadi kevacuman permohonan pengesahan akta pendirian koperasi, sedangkan pada tahun 2006 terdapat 28 permohonan pengesahan badan hukum koperasi, yang permohonannya ditolak berjumlah 11 akta dan yang disahkan 137 berjumlah 17 akta , dan tahun 2007 terdapat 29 permohonan pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi , dan yang disahkan berjumlah 18 akta. Menurut keterangan dari staf Subag Kelembagaan dan Hukum Yulia Nur Marzuki, SE didapat informasi bahwa dari 22 permohonan pengesahan badan hukum koperasi yang ditolak dalam kurun waktu 2 tahun tersebut semuanya disebabkan karena materi dalam akta yang disusun oleh Notaris tidak sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dari uaraian diatas menunjukan bahwa Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah telah mengimplementasikan Keputusan Menteri dimaksud sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 2. Apakah Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi efektif ? Dari data yang diperoleh selama penelitian di lapangan terjadi penurunan permohonan pengesahan akta pendirian koperasi di Provinsi Jawa Tengah, penulis mengambil teori dari Lawrence M Friedman yang menyatakan bahwa hukum adalah gabungan dari komponen substansi, struktur dan kultur hukum . Sebagaimana diuraikan dimuka , dimana 138 untuk dapat bekerja secara effektif , suatu peraturan perundangan dipengaruhi oleh 3 tiga faktor yakni : a. Substansi Hukum b. Struktur Hukum c. Budaya Hukum Dari ketiga faktor tersebut penulis akan menganalisis apakah dalam implementasinya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi efektif yang dikaji dari : a. Substansi Hukum Dalam penulisan tesis ini yang dimaksud sebagai pembuat kebijakan adalah Menteri Negara Koperasi dan UKM RI yang menerbitkan Kepmenegkop dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi. Kepmenegkop tersebut merupakan hal yang akan dikaji apakah Keputusan Menteri tersebut merupakan faktor yang menyebabkan menurunnya permintaan pengesahan akta pendirian koperasi. Bahwa maksud dibuatnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2005 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi adalah untuk memperkuat kedudukan hukum Koperasi di masyarakat. Untuk menganalisis Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI 139 Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2005 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi , peneliti berpedoman pada pendapat Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum 1983 : 12-13 , yang menyebutkan ada beberapa asas agar suatu undang-undang dapat berjalan efektif. Asas-asas tersebut adalah : 1 Undang-undang tidak berlaku surut, artinya undang-undang hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang di sebut di dalam undang-undang tersebut serta terjadi setelah undang-undang itu dinyatakan berlaku. 2 Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula. 3 Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang- undang yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama. Artinya terhadap peristiwa khusus wajib diperlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa itu, walaupun begi peristiwa yang lebih luas ataupun lebih umum, yang juga dapat mencakup peristiwa khusus tersebut. 4 Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang- undang yang berlaku terdahulu 5 Undang-undang tidak dapat diganggu gugat 140 6 Undang-undang merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil bagi masyarakat maupun pribadi melalui pelestarian maupun pembaharuan. Penerbitan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 Tentang Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi apabila dihubungkan dengan asas-asas seperti terurai diatas adalah sudah sesuai yaitu : 1 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 98 Kep M. KUKM IX 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan yakni : 24 September 2004. 2 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 dibuat oleh Menteri Negara Koperasi yang merupakan pejabat tertinggi dibidang perkoperasian di Indonesia. 3 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 termasuk lex spesialis khusus yaitu mengatur tentang pembuatan akta koperai oleh Notaris dalam rangka memperkuat landasan hukum bagi koperasi dimana belum diatur secara khusus oleh Undang-Undang Nomor : 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. 4 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M. KUKM IX 2004 tidak membatalkan undang-undang 141 yang manapun karena untuk pembuatan akta koperasi oleh Notaris belum pernah ada pengaturannya. 5 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tidak dapat diganggu gugat oleh para pihak baik yang membentuk kebijakan dalam hal ini Menteri Negara Koperasi dan UKM RI maupun yang melaksanan hukum yakni Dinas Pelayanan Koperasi, Notaris pembuat Akta Koperasi maupun masyarakat yang mengajukan pengesahan badan hukum Koperasi. 6 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi merupakan sarana untuk memperkuat landasan hukum bagi koperasi , karena dengan dibuatnya akta Koperasi dengan akta autentik oleh Notaris akan memperkokoh kedudukan Koperasi di dunia bisnis. Dari analisis terhadap Keputusan Menteri dimaksud , jelas bahwa berkurangnya jumlah pengesahan akta badan hukum koperasi bukan karena peraturannya yang tidak baik, dalam arti bahwa faktor undang-undang atau peraturan sebagaimana dimaksud oleh Seidman sudah baik dan benar , karena tujuan diterbitkannya peraturan tersebut adalah untuk memperkuat landasan hukum koperasi. Jika dikaji dari substansi hukum, maka penerbitan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep 142 M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi dapat diuaraikan sebagai berikut : 1 Berkaitan dengan pasal 4, 5 dan 6 Keputusan Menteri dimaksud, masih terdapat 453 orang Notaris yang sudah mengikuti pembekalan perkoperasian akan tetapi belum mengajukan permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi sehingga tidak berhak dan tidak mempunyai kewenangan untuk membuat akta – akta koperasi. 2 Bahwa meskipun dalam pasal 12 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi memberikan keringanan bagi masyarakat yang tidak mampu yang dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu dari Lurah setempat, akan tetapi pada kenyataannya aturan tersebut tidak dapat diimplementasikan yang dikarenakan Notaris tidak bersedia memberikan jasa tanpa memungut biaya. 3 Berkaitan dengan point a, dan b didalam Keputusan Menteri dimaksud, juga tidak mengatur besaran biaya yang diberikan kepada Notaris berkaitan dengan jasa yang diberikan. 4 Pada ketentuan pasal 4, 5, 6 dan 12, Keputusan Menteri dimaksud tentang pembuatan akta koperasi oleh Notaris dimana Notaris wajib memberikan jasa tanpa memungut biaya tidak dapat dilaksanakan , karena Notaris adalah pejabat yang ditunjuk 143 oleh Pemerintah untuk membuat akta autentik yang terikat oleh kode etik Notaris. b. Struktur Hukum Penegak Hukum Dalam kaitannya dengan penulisan tesis ini , yang dimaksud Struktur Hukum Penegak Hukum adalah : 1 Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM sebagai pihak yang mengesahkan akta badan hukum koperasi. Dari hasil wawancara dengan Safitri Handayani, SH,CN, Kasubag Hukum dan Kelembagaan pada Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah sebagai pihak yang mengesahkan badan hukum koperasi , ternyata sudah melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana telah ditentukan dalam Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi. 2 Sedangkan bagi Notaris selaku pihak yang membuat akta badan hukum koperasi mengalami berbagai kesulitan antara lain : a Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Notaris Elisabeth Estiningsih, SH , yang bersangkutan menyatakan bahwa para notaris ini seringkali salah dalam menyusun akta badan hukum pendirian koperasi yang disebabkan karena para Notaris ini belum menguasai aturan-aturan tentang perkoperasian yang merupakan badan hukum yang spesifik 144 dan berbeda dengan badan hukum CV maupun PT. Sedangkan pembekalan untuk para Notaris Pembuat akta Koperasi yang diprakarsai oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI relatif singkat untuk materi yang tergolong rumit dari Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi yang sudah ditetapkan oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM RI sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi yang bersangkutan sudah memproses 17 akta pendirian badan hukum koperasi, akan tetapi yang berhasil disahkan sebagai badan hukum koperasi hanya 2 akta saja. b Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Notaris Sunarto, SH, Notaris di Kota Surakarta, menyatakan bahkan yang bersangkutan sampai saat wawancara dilakukan belum mengajukan permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi. Sedangkan menurut informasi yang didapat dari narasumber Safitri Handayani, SH,CN selaku Kasubag Hukum dan Kelembagaan mangatakan bahwa dari 571 Notaris yang mengikuti pembekalan perkoperasian hanya 118 yang mengajukan permohonan penetapan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi. Sisanya sejumlah 453 sama kondisinya dengan Notaris Sunarto, SH, belum mengajukan 145 permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi, sehingga secara otomatis Notaris yang bersangkutan tidak berhak dan berwenang untuk membuat akta koperasi. c. Budaya Hukum Peraturan perundangan dapat berlaku efektif apabila tingkat kesadaran masyarakat terhadap peraturan tersebut cukup tinggi. Dalam arti masyarakat tahu bahwa memperkuat landasan hukum bagi Koperasi yang bertujuan untuk memperkokoh kedudukan koperasi di dunia bisnis perlu segera ditangani, maka melalui keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M. KUKM IX 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi masyarakat pemohon akta badan hukum koperasi harus mentaatinya. Dari hasil penelitian kepada masyarakat diperoleh informasi : 1 Bahwa ternyata kebanyakan masyarakat yang akan mendirikan koperasi enggan berhadapan dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah hukum, karena menurut hasil wawancara dengan salah satu masyarakat yang akan mendirikan koperasi berhubungan dengan masalah hukum akan makan waktu panjang dan bertele-tele dan terutama akan menguras keuangan mereka. 2 Sudah membudaya dikalangan masyarakat untuk mendirikan koperasi tanpa dipungut biaya, sedangkan dengan adanya ketentua 146 baru bahwa akta pendirian badan hukum koperasi harus memakai akta otentik yang dibuat oleh Notaris harus membayar jasa kepada Notaris menjadi kendala bagi usaha koperasi yang masih dikategorikan usaha mikro. 3 Krisis kepercayaan dalam masyarakat berkaitan dengan pasal 12 Keputusan Menteri dimaksud, dimana untuk surat keterangan tidak mampu yang dikeluarkan oleh Lurah dapat dipakai untuk dispensasi biaya Notaris. Hal tersebut karena pendapat yang tumbuh subur di masyrakat bahwa yang berkaitan dengan dispensasi biaya untuk apapun pasti prosesnya sulit dan belum tentu lembaga terkait mau menerima. Solusi untuk membuka pandangan masyarakat yang enggan untuk berhadapan dengan notaris serta mengeluarkan biaya untuk membuat akta dihadapan notaris , maka perlu dilakukan sosialisasi tentang arti pentingnya akta notaris sebagai akta autentik dalam rangka untuk memperkokoh kedudukan hukum koperasi dalam dunia bisnis. Sosialisasi dilakukan untuk memfungsikan hukum sebagai alat rekayasa sosial yang merupakan cara untuk mengajak masyarakat akan peduli terhadap kedudukan hukum koperasi. Proses sosialisasi tentang Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tersebut dilakukan dengan tujuan menurut Achmat Ali dalam Budi Winarno 2002 : 195 – 196 untuk : 147 a. Agar warga masyarakat tahu kehadiran suatu undang-undang b. Agar warga masyarakat dapat mengetahui isi suatu undang - undang c. Agar warga masyarakat dapat menyesuaikan diri pola pikir dan tingkah laku dengan tujuan yang dikehendaki dalam undang- undang atau peraturan. 3. Masalah yang dihadapi dan solusinya a. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hal-hal yang berhubungan dengan perkoperasian serta arti pentingnya akta autentik dalam rangka memperkuat landasan hukum bagi koperasi menyebabkan lambatnya proses pendirian koperasi, solusi yang dapat dilakukan atas permasalahan tersebut adalah diadakannya sosialisasi secara terus-menerus melalui kegiatan – kegiatan di tingkat RT, RW, maupun melalui pelatihan perkoperasian di UPTD Balai Latihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dengan dukungan dana APBD Propinsi maupun kabupaten kota, sehingga diharapkan koperasi mampu bersaing dengan pelaku usaha lain. b. Biaya Notaris yang relatif tinggi dan tidak ada keseragaman tarif menyebabkan masyarakat enggan untuk membuat akta dihadapan Notaris, solusi yang sudah dilakukan adalah dikeluarkannya surat Kepala Dinas Pelayanan Koperasi Nomor : 5181902006, tanggal 20 Mei 2006 perihal himbauan kepada para Notaris Pembuat Akta 148 Koperasi tentang biaya maksimal pembuatan akta-akta koperasi paling tinggi Rp 1.500.000,- c. Akta koperasi yang dibuat Notaris salah yang disebabkan karena Notaris belum mendapatkan pembekalan mengenai perkoperasian secara mendalam, sehingga belum memahami jati diri dan aspek- aspek perkoperasian sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan pelatihan perkoperasian bagi Notaris serta memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada Notaris untuk mengadakan koordinasi dan tukar pendapat sehingga akta yang dibuat memenuhi syarat untuk disahkan. d. Sejumlah 453 Notaris yang sudah mengikuti pembekalan perkoperasian belum mengajukan permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi, sehingga belum mempunyai kewenangan membuat akta koperasi, solusi terhadap masalah tersebut dengan himbauan tertulis kepada para Notaris dimaksud untuk segera mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM RI. 149

BAB V P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti terurai dalam analisis hasil penelitian tersebut , maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengimplementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi : a. Masyarakat pemohon akta koperasi 1 Mengikuti sosialisasi tata cara pendirian koperasi 2 Mempersiapkan pembentukan koperasi 3 Melaksanakan Rapat Pembentukan Koperasi 4 Mengundang menghadap Notaris untuk membuat akta pendirian Koperasi 5 Mengajukan permohonan pengesahan badan hukum koperasi. b. Notaris Pembuat Akta Koperasi. 1 Mengikuti pembekalan perkoperasian 571 Notaris 2 Mengajukan permohonan kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM RI untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi 118 Notaris