Implementasi Kebijakan Publik Landasan Teori 1. Teori Bekerjanya Hukum.

26 beberapa kegiatan untuk mengadakan advokasi, yaitu salah satunya adalah menyusun legaldrafting kebijakan tentang penguatan landasan hukum koperasi dan berperan aktif sampai terbentuknya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98KepM.KUKMIX2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi.

3. Implementasi Kebijakan Publik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002 : 379, Implementasi berarti : 1. Penerapan, 2. Pelaksanaan. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Inggris diperoleh bahwa implementasi berasal dari kata implement yang berarti melaksanakan. Dalam Kamus Webster dirumuskan to implement mengimplementasikan yang mengandung makna to provide the means for carryng out menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu. Dari pengertian di atas, maka dapat kita katakan bahwa implementasi merupakan bentuk pelaksanaan sesuatu melalui penggunaan sarana. Menurut Mazmanian dan Sobatier dalam Joko Widodo 2001 : 190 menjelaskan makna implementasi adalah memahami apa yang sebenarnya terjadi sesudah suatu program berlaku atau dirumuskan yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa proses implementasi adalah keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk peraturan undang- undang, dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan 27 eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Pada umumnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi dengan menyebutkan secara tegas tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstruktur serta mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui tahapan tertentu yang biasanya diawali dengan pengesahan undang-undang kemudian out put kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan pelaksanaannya. Edward III mengajukan beberapa faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan publik dalam Budi Winarno , 2001: 95, meliputi: a. Faktor Komunikasi Informasi kebijakan harus disampaikan kepada pelaku kebijakan agar mereka dapat mengetahui dan memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah kelompok sasaran kebijakan, agar pelaku kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar apa yang harus dipersiapkan supaya pelaksanaan kebijakan publik dapat sesuai dengan yang diharapkan b. Sumber daya Betapa bagusnya suatu kebijakan, konsistennya ketentuan serta akuratnya penyampaian aturan terebut jika tidak ditunjang oleh pelaksana kebijakan yang mempunyai sumber daya untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka kebijakan tersebut juga tidak berjalan dengan efektif. Sumber daya meliputi sumber daya manusia, sumber 28 daya keuangan, serta sumber daya sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan. c. Disposisi Keberhasilan pelaksanan kebijakan tidak hanya ditentukan oleh sejauh mana para pelaku kebijakan mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu untuk melaksanakannya, tetapi juga dipengaruhi oleh pelaku kebijakan yang memiliki disposisi yang kuat terhadap kebijakan yang sedang diimplementasikannya. Disposisi ini merupakan kemauan, keinginan, kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh-sungguh, sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakanm dapat diwujudkan. d. Struktur Birokrasi Meski sumber-sumber guna melaksanakan suatu kebijakan cukup dan para pelaksana mengetahui apa dan bagaimana cara melakukannya, namun implementasi kebijakan belum tentu efektif karena tidak adanya keefesienan struktur birokrasi. Struktur birokrasi meliputi struktur organisasi, pembagian wewenang, hubungan antar unit organisasi dan hubungan organisasi dengan organisasi lainnya. Memperhatikan pendapat tersebut, maka diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber daya yang ada termasuk manusia, dana, kemampuan organisasional baik oleh pemerintah atau swasta 29 individu-individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan Joko Widodo, 2001 : 193. Agar implementasi suatu kebijakan dapat tercapai tujuannya serta dapat diwujudkan, harus dipersiapkan dengan baik. Sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, namun kalau tidak dirumuskan dengan baik, maka apa yang menjadi tujuan kebijakan tidak akan terwujud. Jadi, apabila menghendaki suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik, harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik sejak tahap perumusannya atau pembuatan kebijakan publik sampai kepada antisipasi terhadap kebijakan tersebut diimplementasikan. Bila dikaitkan hubungan hukum dengan kebijakan publik, dapat dikatakan bahwa setiap produk hukum pada dasarnya adalah hasil dan proses kebijakan publik. Hal ini dapat dilihat pada proses pembentukan hukum. Dimana pada proses pembentukan hukum sebagai alur dan tahap dilalui sampai pada terciptanya sebuah peraturan hukum. Menurut Bilhelm Auber dalam Budi Winarno. 2002: 47 dalam rangka pencapaian tujuan kebijakan diperlukan adanya sarana berupa hukum, karena secara teknis hukum dapat memberikan melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Hukum merupakan suatu sarana untuk menjamin kepastian dan memberikan krediktabilitas di dalam kehidupan masyarakat; 30 b. Hukum merupakan sarana pemerintah untuk menerapkan sanksi; c. Hukum sering dipakai oleh pemerintah sebagai sarana untuk melindungi melawan kritik; d. Hukum dapat digunakan sebagai sarana untuk mendistribusikan sumber daya yang ada. Hukum adalah produk dari politik, sedangkan hukum itu sendiri merupakan indikasi adanya kebijakan agar dapat diimplementasikan, maka semakin nampak keterkaitan antara hukum dan kebijakan sebagaimana disebutkan oleh sigler dalam Esmi Warassih. 2005: 133, bahwa “Constitutions, statues, administrative orders and executive orders are indicators of policy”. Hubungan antara kebijakan dengan hukum semakin jelas, sebagaimana disebutkan oleh R Dye, bahwa “Government lends legitimacy to policies. Governmental policies are generally regarded as legal obligations which command the loyalty of citizens”. Selanjutnya dikatakan oleh Sigler bahwa hukum merupakan suatu bagian yang integral dari kebijakan. Keadaan seperti itu menyebabkan hukum menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan hukum dipandang sebagai elemen penting bagi perkembangan politik. Pada dasarnya hukum merupakan perlengkapan masyarakat untuk menjamin agar kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat dapat dipenuhi secara teratur. Hukum harus mampu menjadi sarana agar tujuan kebijakan pemerintah dapat terwujud dalam masyarakat. 31

4. Hubungan Hukum dan Kebijakan Publik