1
BAB I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Setelah pemerintah mengikutsertakan profesi hukum, khususnya notaris, dalam proses pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar,
hingga pembubaran koperasi, implementasinya hingga kini masih mengundang banyak pertanyaan. Ada anggapan upaya itu mempersulit
pendirian koperasi. Disisi lain langkah ini diharapkan dapat membendung lahirnya koperasi jadi-jadian alias yang tidak berbasis anggota.
Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M. KUKM IX 2004, Tentang Notaris Sebagai
Pembuat Akta Koperasi dan ditandatanganinya Nota Kesepahaman Memorandum of understanding antara Kementrian Negara Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah dengan Ikatan Notaries Indonesia INI pada tanggal 4 Mei 2004, maka sejak itu dimulai era baru dalam kelembagaan koperasi di
Tanah Air. Pendirian koperasi tidak sekedar cukup hanya ditandatangani oleh 20
orang saja sesuai dengan pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkopersian dan mendapat pengesahan dari Dinas yang
membidangi koperasi setempat, tetapi juga harus dicatat dalam sebuah akta resmi yakni akta notariat.
2 Sampai saat inipun publik masih bertanya – tanya, apa sebenarnya
yang melatar belakangi dikeluarkanya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor : 98 Kep M. KUKM IX 2004 tersebut dan kebijakan
seperti apa yang akan diambil lebih lanjut. Otentisasi akta – akta perkoperasian, seperti akta pendirian yang
memuat anggaran dasar , akta berita acara rapat anggota, dan akta keputusan rapat anggota kiranya akan lebih memberikan kepastian hukum kepada semua
pihak yang terkait dengan keberadaan suatu koperasi Yuyun Kartasasmita. 2004 : 14.
Namun kita melihat undang-undang koperasi belum mengatur tentang siapa yang berwenang untuk membuat akta otentik yang berkaitan dengan
bidang perkoperasian. Keadaan ini mengakibatkan bahwa akta-akta koperasi yang disahkan pejabat pemerintah dalam proses pengesahan akta pendirian,
perubahan anggaran dasar dan pembubaran koperasi , pada umumnya masih dibuat sendiri oleh pendiri koperasi dengan akta-akta dibawah tangan yang
kurang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti yang kuat terhadap pihak ketiga dan relasi bisnis dari koperasi. Pada beberapa kasus, sebenarnya
ada pula diantara akta pendirian koperasi tersebut yang dibuat oleh para pendiri dengan bantuan dan bimbingan dari pegawai instansi pemerintah yang
membidangi koperasi, sebelum akta itu disahkan oleh pejabat yang berwenang Sumber : Safitri Handayani, Kasubag Hukum dan Kelembagaan Dinas
Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.
3 Keadaan ini menunjukkan bahwa pemantapan kedudukan koperasi dari
aspek hukum perusahaan belum dilaksanakan secara efektif Rai Widjaya. 2000 : 19. Pegawai yang selama ini memberikan bantuan dalam penyusunan
akta pendirian koperasipun belum dibekali keahlian yang dibutuhkan, dan pada umumnya tidak mempunyai latar belakang pengetahuan tentang dasar-
dasar teknis pembuatan akta , masalah hukum perusahaan, masalah perjanjian, masalah perpajakan koperasi dan masalah penerapan prinsip-prinsip koperasi
dalam organisasi koperasi dan berbagai aspek hukum yang terkait dengan keberadaan badan hukum koperasi dalam lalu lintas bisnis. Bahkan keikut
sertaan pegawai pemerintah dalam masalah internal koperasi selama ini mengakibatkan kerugian dari dua aspek. Pertama, munculnya tudingan yang
menyatakan pegawai pemerintah telah ikut campur dalam urusan internal koperasi. Kedua, kehadiran pegawai pemerintah tersebut dalam masalah
internal koperasi mengakibatkan keengganan dan kesungkanan dunia profesi dalam masyarakat dan masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam
pengembangan koperasi. Kenyataan yang terjadi , bahwa upaya Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah dengan menerbitkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M. KUKM IX 2004 tentang
Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi sebagai upaya untuk memperkokoh landasan hukum Koperasi belum sepenuhnya dikatakan berhasil. Hal ini
terlihat dari jumlah pengesahan akta pendirian koperasi , yang mana sejak dikeluarkannya Kepmen dimaksud komulatif dari September 2004 sampai
4 dengan tahun 2007 Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa
Tengah hanya mengesahkan 35 akta badan hukum koperasi , sangat sedikit apabila dibandingkan dengan pengesahan tahun sebelum dikeluarkannya
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM dimaksud yang rata-rata setiap tahun mencapai 301 sampai dengan 319 akta badan hukum koperasi Sumber :
Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis berkeinginan untuk mengkaji
implementasi dari Keputusan Menteri dimaksud , khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas berlakunya Keputusan Menteri tersebut .
Berdasarkan hal-hal yang telah penulis sebutkan di atas, maka penulis
berkeinginan untuk menulis tesis dengan judul : IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL
DAN MENENGAH RI NO: 98KEPM.KUKMIX2004 TENTANG NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA KOPERASI DI DINAS
PELAYANAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH.
B. Perumusan Masalah