83
b. Implementasi oleh Notaris.
Hasil wawancara langsung yang dilakukan dengan Notaris diwakili oleh 3 tiga orang Notaris dengan kondisi yang berbeda-
beda yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1 Notaris Tri Isdiyanti, SH, Notaris Kota Semarang , wawancara
dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 bertempat di kantor Notaris yang bersangkutan di jalan Sultan Agung 15 A Semarang
dan didapat informasi sebagai berikut : a Yang bersangkutan sudah mengikuti pelatihan pembekalan
perkoperasian yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI selama 1 satu hari pada tanggal 9
Pebruari 2005, bertempat di Hotel Ibis Jakarta. b Sesuai dengan ketentuan pasal 5 Keputusan Menteri Negara
Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi , yang
bersangkutan sudah ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas
Pelayanan Kopersi dan UKM RI Nomor 573 122 X 2005, tanggal 16 Oktober 2005 dengan cara mengajukan
permohonan tertulis kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM RI melalui Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan
UKM Provinsi Jawa Tengah, yang mana permohonan tersebut dilampiri dengan :
84 1 Surat Pengangkatan sebagai Notaris
2 Sertifikat tanda bukti telah mengikuti pembekalan perkoperasian yang ditanda tangani oleh Menteri
Negara Koperasi dan UKM RI . 3 Alamat kantor beserta contoh tanda tangan , contoh
paraf dan cap stempel notaris. c Berkaitan dengan ketentuan pasal pasal 12 Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta
Koperasi yang bersangkutan tidak bersedia memberikan jasa pembuatan akta tanpa memungut biaya kepada pemohon akta
yang dinyatakan tidak mampu oleh Lurah setempat. d Sejak yang bersangkutan ditetapkan sebagai Notaris pembuat
Akta Koperasi sebagaimana butir b sampai dengan akhir tahun 2007 atau selama 26 bulan telah membuat akta
pendirian badan hukum koperasi atas permintaan masyarakat yang akan mendirikan koperasi berjumlah 4 empat akta
pendirian badan hukum koperasi, dan sesuai dengan ketentuan pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
pasal 7 ayat 1, bahwa akta pendirian badan hukum koperasi akan mempunyai kekuatan hukum apabila disahkan oleh
pejabat yang berwenang, dalam hal ini Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. Dari ke
85 4 empat akta pendirian koperasi yang dibuat oleh Notaris
Tri Isdiyanti, SH dalam kurun waktu 26 bulan tersebut semuanya sudah mendapatkan pengesahan dari Kepala Dinas
Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. e Bahwa dalam pembuatan akta pendirian badan hukum
koperasi , masih dalam bentuk draft yang bersangkutan selalu berusaha untuk mengkoordinasikan terlebih dahulu materi
akta agar tidak salah atau sesuai dengan ketentuan Undang- Undang nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
sehingga dapat disahkan oleh Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.
f Dalam membuat akta pendirian koperasi maka yang bersangkutan akan mempersiapkan syarat syarat untuk
membuat akta pendirian badan hukum koperasi antara lain : 1 Identitas dari para penghadap yang akan membuat akta
pendirian koperasi, Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku.
2 Berita acara rapat pembentukan koperasi yang bermaterai cukup dan ditandatangani para anggota koperasi.
3 Susunan badan pendiri dan susunan pengurus koperasi dan masa kerjanya.
86 4 Nama dan tempat kedudukan koperasi secara lengkap di
jalan mana, KelurahanDesa, Kecamatan, Kabupaten dan Propinsi.
5 Tujuan pembentukan koperasi dan bidang usaha kerja 6 Landasan dan asas.
7 Ketentuan tentang jangka waktu berdirinya koperasi. 8 Ketentuan besarnya simpanan pokokwajib bagi para
anggota. 9 Besar modal dasar yang disetor pada saat pendirian
koperasi yang berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib dan modal penyetoran dari para anggota.
g Sedangkan dalam penyususnan akte pendirian badan hukum koperasi yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui dan
memahami hal-hal yang berkaitan dengan perkoperasian sesuai dengan materi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian antara lain : 1 Anggaran dasar yang memuat ketentuan-ketentuan pokok
yang merupakan dasar bagi tata kehidupan koperasi, sehingga di dalamnya dibuat hal-hal yang harus disusun
secara ringkas, singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh siapapun.
2 Ketentuan pokok yang harus dimuat dalam anggaran dasar meliputi :
87 a Struktur organisasi
b Kegiatan usaha c Modal dan keuangan
d Manajemen 3 Pengaturan struktur organisasi koperasi, mengenai :
a Nama dan tempat kedudukan b Maksud dan tujuan
c Landasan dan asas d Keanggotaan
e Perangkat oranisasi f Rapat-rapat termasuk rapat anggota
g Jangka waktu berdirinya koperasi h Daftar nama pendiri koperasi
i Ketentuan mengenai sanksi 4 Pengaturan kegiatan usaha, meliputi :
a Kegiatan usaha yang diajukan koperasi b Pendapatan koperasi, Sisa Hasil Usaha SHU dan
pembagiannya 5 Pengaturan modal dan keuangan, meliputi
a Modal sendiri b Modal pinjaman, dan
c Modal penyertaan 6 Pengaturan manajemen meliputi :
88 a Wewenang, hak, tugas, kewajiban dan tanggung
jawab dari perangkat organisasi dan pengelola koperasi
b Hubungan kerja antar perangkat organisasi dan antara perangkat organisasi dengan pengelolaan usaha
koperasi c Laporan keuangan dan neraca
h Proses Penyimpanan Minit Akta Koperasi Yang bersangkutan selaku Notaris wajib membuat
minit dari semua akta yang dibuat dihadapannya termasuk akta koperasi, dimana jika tidak dilakukan demikian akta
tersebut tidak mempunyai kekuatan otentik dan notaris wajib mengganti biaya, kerugian dan bunga kepada yang
berkepentingan apabila ada pihak yang dirugikan karena hal tersebut.
Penyimpanan minit akta koperasi oleh notaris tidak berbeda dengan penyimpanan minit-minit akta lain yang telah
dibuat oleh danatau dihadapan notaris, karena setiap notaris berkewajiban untuk menyimpan tidak hanya minit-minit akta
yang dibuat oleh danatau dihadapan notaris itu sendiri, akan tetapi juga berlaku untuk minit-minit yang diambil alih dari
notaris lain. Selain minit juga daftar-daftar, repertorium-
89 repertorium dan klaper-klaper harus diperlakukan dengan
cara yang sama seperti yang ditentukan bagi minit-minit. Notaris Pembuat Akta Koperasi berkewajiban
membuat akta dalam bentuk minit akta dan menyimpannya sebagian dari protokol notaris yang merupakan dokumen
Negara. Hal tersebut telah disebutkan pada pasal 16 ayat 1 huruf b Undang-Undang Jabatan Notaris yang berbunyi
sebagai berikut : Notaris berkewajiban membuat akta dalam bentuk minit akta
dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol Notaris. Undang-undang
tidak hanya
mengatur cara
penyimpanannya, akan tetapi juga mengatur tempat penyimpanannya. Tempat penyimpanannya itu harus mudah
dicapai dan aman serta tempatnya harus dapat dikunci. Minit-minit akta termasuk minit akta koperasi,
repertorium dan lain-lainnya itu harus diamankan oleh notaris dari kerusakan yang disebabkan kebakaran dan pengaruh-
pengaruh dari luar, seperti misalnya kelembaban dan binatang-binatang yang dapat merusaknya serta dari bahaya
pencurian. Seorang klien yang membuat akta yang berkaitan
dengan koperasi pada waktu membayar honorarium notaris, klien yang bersangkutan dengan sendirinya mengharapkan
90 dari notaris sekalipun tidak secara tegas dinyatakan bahwa
akta-akta akan memperoleh pengamanan dari pihak notaris yang bersangkutan.
i Proses Membacakan Akta Koperasi Oleh Notaris Akta pendirian koperasi, perubahan anggaran dasar
koperasi dan pembubaran koperasi sebelum ditandatangani oleh para penghadap dan saksi serta notaris, aktanya harus
dibacakan oleh notaris sendiri tidak diperkenankan dibacakan oleh orang lain.
Pembacaan akta tersebut merupakan bagian dari yang dinamakan “verlijden” pembacaan dan penandatanganan
dari akta. Pembacaan akta oleh seorang Notaris di hadapan para
penghadap sebelum aktanya ditandatangani oleh para penghadap adalah wajib dilakukan, hal tersebut disebutkan
pada Pasal 16 ayat 1 huruf 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang berbunyi sebagai
berikut : Membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri
oleh paling sedikit 2 dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap saksi dan notaris.
Mengenai pembacaan akta koperasi yang dibuat oleh- danatau dihadapan notaris harus diberitahukan pada penutup
91 akta. Sebaliknya apabila penghadap menghendaki agar akta
tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui dan memahami isinya. Hal tersebut juga harus
dinyatakan pada penutup akta serta pada setiap halaman minit akta diparaf oleh penghadap, saksi dan notaris.
j Proses Pengiriman Laporan Tahunan Ke Menteri Dan Cara Mengisi Repertoriumnya.
Notaris pembuat akta koperasi berkewajiban untuk mengirimkan laporan tahunan mengenai akta-akta yang
dibuatnya kepada menteri dengan tembusan kepada pejabat yang berwenang di wilayah kerjanya paling lambat pada
bulan Pebruari, setelah berakhirnya tahun yang telah berjalan. Hal tersebut berdasarkan pasal 14 Keputusan Menteri Negara
Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 98KEPM.KUKMIX2004 Tentang
Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi. Berdasarkan ketentuan tersebut menimbulkan polemik
dikalangan notaris karena di satu sisi harus melaporkan akta- akta yang dibuatnya kepada yang berwenang untuk itu
berdasarkan undang-undang jabatan notaris dan dilain pihak notaris pembuat akta koperasi harus melaporkan akta-akta
yang dibuatnya kepada menteri dalam hal ini kepada menteri
92 yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi urusan
perkoperasian. Cara pengisian repertorium dalam hal pembuatan akta
koperasi tidak berbeda dengan cara pengisian dengan pembuatan akta notariil lainnya yaitu setiap pembuatan akta
yang berkaitan dengan koperasi harus menuliskan data-data yang tersedia pada kolom repertorium yaitu nomor urut,
nomor bulanan, tanggal akta, sifat akta dan nama-nama dari para penghadap.
Perbedaan repertorium untuk akta-akta yang dibuat dihadapan notaris adalah untuk memberikan keyakinan
tentang adanya akta yang telah dibuat oleh notaris dan tanggal dari akta itu sendiri serta untuk memudahkan
pencarian akta. k Proses mengeluarkan Salinan Akta Koperasi
Kewajiban notaris yang lainnya adalah mengeluarkan salinan akta koperasi, hal tersebut berdasarkan Pasal 16 ayat
1 huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
Salinan akta koperasi adalah salinan dari akta yang dikeluarkan oleh notaris setelah minit akta koperasi
ditandatangani oleh para penghadap kemudian dikeluarkan salinan yang sama bunyinya dengan minit tersebut yang
93 hanya ditandatangani oleh notaris di atas materai dan di cap
dengan jabatan notaris. Salinan akta dikeluarkan oleh notaris adalah untuk
kepentingan para penghadap sebagai bukti telah dilakukan suatu perbuatan hukum yang berkaitan dengan koperasi dan
sebagai salah satu syarat untuk pendirian koperasi. Koperasi memperoleh status sebagai badan hukum
setelah mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang untuk itu. Hal tersebut berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Koperasi diakui sebagai badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum dan memang diperlukan
keberadaannya sehingga disebut legal entity, oleh karena itu disebut antificial personrechts person.
Pengesahan akta pendirian Koperasi ditetapkan dengan keputusan Menteri dalam jangka waktu paling lama
tiga bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap.
Surat keputusan pengesahan dan akta pendirian koperasi yang telah mendapat pernyataan pengesahan
disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat
94 tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung
sejak keputusan pengesahan ditetapkan. Menurut doktrin pengakuan sebagai badan hukum
pada umumnya berlaku ex runct yang berarti segala tindakan hukum yang dilakukan atas nama badan hukum tersebut
sebelum pengakuan sebagai badan hukum beralih kepada badan hukum tersebut kecuali undang-undang menentukan
lain. l Proses pengajuan pengesahan akta pendirian koperasi kepada
Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. Persyaratan yang harus dilampirkan untuk pengesahan
akta pendirian badan hukum koperasi adalah : a
Rancangan akta pendirian koperasi rangkap dua, satu diantaranya bermaterai.
b Berita Acara Rapat pembentukan koperasi termasuk pemberian
kuasa untuk mengajukan permintaan
pengesahan apabila ada. c
Rencana awal kegiatan usaha koperasi yang didukung dengan studi kelayakan usaha yang layak secara
ekonomi. d Surat bukti penyetoran modal dari setiap pendiri kepada
koperasinya dengan jumlah sekurang-kurangnya sebesar
95 simpanan pokok untuk memulai kegiatan usaha yang
akan dilakukannya. m Hal yang harus dipersiapkan Notaris supaya akta koperasi yang
dibuatnya dapat disahkan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah..
Supaya akta koperasi yang dibuat Notaris dapat disahkan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah
maka akta koperasi yang dibuat harus memuat hal-hal sebagai berikut :
1 Anggaran dasar yang memuat ketentuan-ketentuan pokok yang merupakan dasar bagi tata kehidupan koperasi,
sehingga didalamnya dibuat hal-hal yang harus disusun secara ringkas, singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh
siapapun. 2 Ketentuan pokok yang harus dimuat dalam anggaran
dasar meliputi: a Struktur organisai
b Kegiatan usaha c Modal dan keuangan
d Manajemen 3 Pengaturan struktur organisasi koperasi, mengenai :
a Nama dan tempat kedudukan b Maksud dan tujuan
96 c Landasan dan asas
d Keanggotaan e Perangkat organisasi
f Rapat-rapat termasuk rapat anggota g Jangka waktu berdirinya koperasi
h Daftar nama pendiri koperasi i Sanksi
4 Pengaturan kegiatan usaha, meliputi : a Kegiatan usaha yang dijalankan koperasi
b Pendapatan koperasi. Sisa Hasil Usaha SHU dan pembagiannya
c Tanggungan d Tahun buku koperasi
5 Pengaturan modal dan keuangan yang meliputi : a Modal sendiri
b Modal pinjaman, dan c Modal penyertaan
6 Pengaturan manajemen, mengenai : a Wewenang, hak, tugas, kewajiban dari perangkat
organisasi dan pengelolaan koperasi b Hubungan kerja antar perangkat organisasi dan antara
perangkat organisasi dengan pengelolaan usaha koperasi
97 c Laporan keuangan dan neraca
n Akta koperasi yang dibuat oleh Notaris dinyatakan tidak lengkap atau keliru
Akta koperasi yang dibuat oleh notaris dinyatakan tidak lengkap atau keliru apabila dibuat tidak sesuai dengan
ketentuan yang ditentukan oleh undang-undang, apabila terjadi hal yang demikian maka para pendiri atau kuasanya
diberi kesempatan untuk mengajukan pengesahan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Dalam hal permintaan pendirian koperasi ditolak, keputusan penolakan serta alasannya berikut berkas
permintaannya disampaikan secara tertulis kepada para pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka
waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya pengesahan secara lengkap.
2 Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri atau kuasanya dapat mengajukan permintaan ulang
pengesahan atas akta pendirian koperasi. Dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak diterimanya
pemberitahuan penolakan dengan melampirkan berkas sebagai berikut :
a Dua rangkap akta pendirian koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup
98 b Berita acara rapat pembentukan koperasi
c Surat kuasa d Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya
sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok yang wajib dilunasi oleh para pendiri
e Rancangan kegiatan usaha koperasi minimal tiga tahun kedepan
f Susunan pengurus dan pengawas g Daftar hadir rapat pembentukan
h Untuk koperasi primer melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk dari para pendiri
i Untuk koperasi sekunder melampirkan keputusan rapat anggota masing-masing koperasi pendiri tentang
persetujuan pembentukan koperasi sekunder dan foto kopi akta pendirian serta anggaran dasar masing-
masing koperasi pendiri 3 Terhadap pengajuan permintaan ulang yang telah
memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut di atas Dinas Pelayanan Koperasi akan memberikan tanda terima
kepada pendiri dan kuasanya. Dinas Pelayanan Koperasi memberikan keputusan
terhadap permintaan ulang sebagaimana angka 2 di atas dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung
99 sejak diterimanya permintaan ulang pengesahan secara
lengkap Dalam hal pengesahan atas akta pendirian
koperasi diberikan,
Dinas Pelayanan
Koperasi menyampaikan surat keputusan pengesahan dan akta
pendirian koperasi yang telah mendapatkan pernyataan pengesahan kepada pendiri dan kuasanya dengan surat
tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung sejak keputusan pengesahan ditetapkan.
2 Notaris Elizabeth Estiningsih SH, Notaris di Kabupaten Blora, wawancara dilakukan pada tanggal 17 Januari 2007 bertempat
di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah setelah yang bersangkutan mengikuti Sosialisasi Pemantapan
Peran Notaris Sebagai Pembuat Akte Koperasi didapat informasi sebagai berikut :
a Yang bersangkutan
sudah mengikuti
pelatihan pembekalan perkoperasian yang diselenggarakan oleh
Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI selama 1 satu hari pada tanggal 9 Pebruari 2005, bertempat di Hotel Ibis
Jakarta. b Sesuai dengan ketentuan pasal 5 Keputusan Menteri
Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat
100 Akta Koperasi , yang bersangkutan sudah ditetapkan
menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pelayanan Kopersi dan
UKM Provinsi Jawa Tengah Nomor : 573 575 III 2006, tanggal 19 Maret 2006.
c Selama kurun waktu bulan Maret 2006 sampai dengan akhir Desember 2007 atau dalam kurun waktu 18
delapan belas bulan bulan , yang bersangkutan sudah membuat 17 tujuh belas Akta Pendirian Badan Hukum
Koperasi . Dari 17 tujuh belas akta yang dibuat, semuanya tidak ada yang memenuhi syarat untuk dapat
disahkan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah yang dikarenakan materi yang
terdapat dalam akta pendirian badan hukum koperasi tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor : 25
Tahun: 1992 tentang Perkoperasian . Dengan kondisi demikian yang akta yang sudah ditandatangani oleh
Notaris sesuai dengan pasal 9 Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyatakan
bahwa Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akte pendiriannya disahkan oleh Pemerintah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa akta yang sudah dibuat oleh
101 Notaris tidak secara otomatis merupakan dasar hukum
berdirinya suatu koperasi. 3 Notaris Sunarto, SH, Notaris di Kota Surakarta, wawancara
langsung dilakukan pada tanggal dilakukan pada tanggal 17 Januari 2007 bertempat di Dinas Pelayanan Koperasi dan
UKM Provinsi Jawa Tengah setelah yang bersangkutan mengikuti Sosialisasi Pemantapan Peran Notaris Sebagai
Pembuat Akte Koperasi didapat informasi sebagai berikut : a Yang
bersangkutan sudah
mengikuti pelatihan
pembekalan perkoperasian yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI selama 1
satu hari pada tanggal 9 Pebruari 2005, bertempat di Hotel Ibis Jakarta.
b Sampai dengan
wawancara dilakukan
yang bersangkutan belum mengimplementasikan pasal 4, 5
dan 6 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang
Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi sehingga yang bersangkutan tidak berhak membuat akta – akta yang
berkaitan dengan perkoperasian. c Alasan yang disampaikan oleh yang bersangkutan
adalah karena sampai saat wawancara dilakukan yang bersangkutan belum memahami materi yang berkaitan
102 dengan perkoperasian , yang dalam hal ini terdapat
dalam Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
c. Implementasi oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Tengah sebagai wakil dari Pemerintah.
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3 tiga hari dari tanggal 3 sd 5 januari 2007 di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM
Provinsi Jawa Tengah dibawah ini hasil wawancara dan pengisian kuesioner yang penulis lakukan dengan informna atas nama Safitri
Handayani, SH.MH, selaku Kepala Sub Bagian Hukum dan Kelembagaan pada Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi
Jawa Tengah, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Januari 2007 di Kantor Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah
didapatkan informasi sebagai berikut : Diperoleh data bahwa permohonan pengesahan akta badan hukum
koperasi setelah diterbitkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98KepM.KUKMIX2004 tentang Notaris
Sebagai Pembuat Akta Koperasi mengalami penurunan yang signifikan yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
103
Tabel : 1. Pengajuan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi
Tahun Pengajuan
Pengesahan Keterangan
2002 2003
2004 2005
2006 2007
301 319
113 -
28 29
301 319
113 -
17 18
sd akhir Sep. 04 Tidak sesuai UU
No. 25 1992 Sumber : Subag Hukum dan Kelembagaan Disyankop dan UKM
Prov. Jateng Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum
diterbitkannya keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai
Pembuat Akta Koperasi, pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi rata-rata dalam 1 satu tahun mencapai antara
301 sampai dengan 319. Setelah diterbitkan Keputusan Menteri dimaksud terjadi
penurunan yang cukup tajam terhadap pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi yakni rata-rata dalam kurun waktu 1
satu tahun hanya mencapai 17 sd 18 akta saja. Sedangkan mengenai Notaris didapat informasi
bahwa jumlah Notaris se Jawa Tengah adalah 723 orang, dari jumlah tersebut 152 orang belum pernah mengikuti
pembekalan perkoperasian dari Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI, sedangkan dari 571 Notaris yang pernah
mengikuti pembekalan perkoperasian hanya 118 orang Notaris yang mempunyai kewenangan untuk membuat akta –
104 akta Koperasi. Sisanya sejumlah 453 orang belum berhak dan tidak
berwenang untuk membuat akta-akta koperasi sehubungan belum mengimplementasikan pasal 5 dan 6 Keputusan Menteri Negara
Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi yakni :
1 Sesuai dengan pasal 5, mereka belum mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM RI untuk
ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi. 2 Sesuai dengan pasal 6, secara otomatis tidak bisa dilaksanakan
karena berkaitan dengan persyaratan pada butir 1. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Dinas Pelayanan
Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah berkaitan dengan kewajiban Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa
Tengah dalam mengimplementasikan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M. KUKMIX 2004
tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi , didapat informasi sebagai berikut :
1 Melakukan sosialisasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 98 Kep M. KUKM IX 2004 tentang
Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi kepada masyarakat melalui diklat dengan sasaran 5000 lima ribu yang
dilaksanakan melalui Anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah, diklat pembekalan perkoperasian kepada Notaris Pembuat Akta
105 Koperasi sebanyak 723 orang, pembuatan leaflet tentang
standart operasional permohonan pengesahan badan hukum koperasi serta melalui media televisi melalui dialog interaktif,
yang semuanya dibiayai oleh APBD Provinsi Jawa Tengah. 2 Dalam proses pengesahan badan hukum koperasi, Dinas
Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah selaku pihak yang berwenang mengesahkan badan hukum koperasi
akan memproses permohonan badan hukum koperasi dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a Verifikasi persyaratan bagi pemohon akta pendirian koperasi yang meliputi :
1 Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi diajukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pelayanan
Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. 2 Permintaan pengesahan badan hukum koperasi harus
melampirkan : a 1 satu salinan akta pendirian koperasi bermeterai
cukup. b Data
akta pendirian
koperasi yang
dibuat ditandatangani oleh notaries pembuat akta koperasi.
c Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok dan
wajib yang harus dilunasi oleh pendiri koperasi
106 untuk unit simpan pinjam minimal sebesar Rp.
15.000.000,-, sedangkan untuk Koperai Simpan Pinjam senilai Rp 50.000.000,-
d Rencana kegiatan usaha koperasi minimal 3 tiga tahun kedepan dan Rencana Anggaran Belanja dan
Pendapatan Koperasi. e Materi
anggaran dasar
yang dimohonkan
pengesahannya yang memuat antara lain : 1. Daftar nama pendiri yang memuat nama,
pekerjaan, alamat, yang ditulis secara lengkap dan jelas dari orang-orang yang hadir pada rapat
pertama pembentukan koperasi dengan ketentuan bahwa orang-orang dimaksud adalah orang-orang
yang : - memenuhi persyaratan menjadi anggota
koperasi sesuai dengan jenis koperasi atau kegiatan usaha koperasi yang akan dijalankan.
- mempunyai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mendirikan dan menjalankan organisasi
dan usaha
koperasi sesuai
dengan kepentingan
seluruh anggota
koperasi tersebut.
107 -
menyatakan kesediaannya untuk menjadi anggota koperasi yang aktif
- menyatakan kesediaannya secara tertulis
untuk membayar tunai simpanan pokok, dan simpanan wajib yang telah ditetapkan atas
kesepakatan bersama. 2. Nama dan tempat kedudukan ditulis jelas, legkap
dam mudah dibaca dengan syarat bahwa nama koperasi
tidak menggunakan
nama yang
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan atau bertentangan dengan perundangan yang
berlaku, ataupun mempunyai nama yang sama dengan nama suatu organisasi massa, organisasi
politik, agama, suku dan ras . Sedangkan tempat kedudukan koperasi harus disebutkan lengkap
dan jelas sebagai alamat kantor tetap koperasi. 3. Landasan, asas dan prinsip koperasi
4. Maksud dan tujuan serta bidang usaha koperasi yang akan dilaksanakan perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut : -
usaha yang akan dijalankan oleh koperasi harus berkaitan langsung dengan kepentingan
ekonomi dan usaha para anggotanya atau
108 usaha yang mendukung kemajuan usaha dan
kepentingan anggota. -
Koperasi harus memiliki usaha pokok dan dapat melaksanakan usaha lain sebagai usaha
penunjang, berkaitan dengan usaha pokok koperasinya
5. Ketentuan mengenai keanggotaan, Bahwa
anggota adalah
pendukung, pemilik dan pengguna jasa kopersi. Dalam
ketentuan keanggotaan
diatur persyaratan
keanggotaan, hak, kewajiban, tanggungan dan sanksi bagi anggota yang melakukan pelanggaran
a. Anggota koperasi
harus memenuhi
persyaratan sekurang-kurangnya
sebagai warga Negara Indonesia yang mampu
melakukan perbuatan
hukum, memiliki
kesamaan kepentingan ekonomi, membayar lunas simpanan pokok dan wajib dan sanggup
melaksanakan dan mentaati seluruh ketentuan yang telah ditetapkan koperasi.
b. Koperasi dapat juga mempunyai anggota luar biasa yang persyaratan, hak dan kewajibannya
antara lain :
109 1 Warga Negara Indonesia atau Warga
Negara Asing yang mempunyai Kartu Izin Menentap.
2 tidak memiliki hak suara dalam anggota akan tetapidapat mengajukan usul, saran
maupun pendapat. 3 tidak memiliki hak memilih maupun
dipilih menjadi anggota, pengurus ataupun pengawas
4 membayar lunas simpanan pokok maupun simpanan wajib
5 berhak mendapat pelayanan dari koperasi. c. Koperasi dapat menerima calon anggota
dengan persayaratan, hak dan kewajiban antara lain sebagai berikut :
1 warga Negara Indonesia
2 mampu melakukan perbuatan hukum
3 mempunyai kepentingan ekonomi yang
terkait dengan usaha koperasi 4
telah membayar
simpanan pokok
maupun wajib
tetapi secara
administrative belum memenuhi syarat sebagai anggota
110 5
tidak memiliki hak suara, hak pilih dan dipilih menjadi pengurus atau pengawas
6 dapat memberikan saran dan pendapat
7 dapat memperoleh pelayanan usaha dari
koperasi d. Keanggotaan koperasi dicatat dalam Buku
Daftar Anggota dan diberikan Kartu Tanda Anggota.
e. Dalam pengaturan
mengenai kewajiban
anggota , ditentukan antara lain : 1 mematuhi anggaran dasar koperasi dan
anggaran rumah tangga serta keputusan lain yang telah disepakati dalam rapat
anggota 2 berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang
diselenggarakan oleh koperasi 3 mengembangkan
dan memelihara
kebersamaan dalam
pelaksanaan organisasi dan usaha koperasi berdasarkan
asas kekeluargaan 4 menanggung kerugian secara terbatas pada
waktu terjadi pembubaran yaitu sebatas simpanan pokok, simpanan wajib ataupun
111 modal penyertaan yang dimiliki atau
mungkin juga tidak terbatas sesuai dengan keputusan rapat anggota.
f. Dalam pengaturan mengenai hak suara bagi anggota dapat pula ditentukan antara lain hak
untuk: 1 menghadiri, menyatakan pendapat dan
menggunakan hak suara dalam Rapat Anggota.
2 memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus dan pengawas
3 meminta diadakan rapat anggota luar biasa, yang sekurang-kurangnya disetujui
oleh 10 jumlah anggota koperasi primer yang bukan anggota luar biasa atau calon
anggota . Bagi koperasi sekunder rapat anggota luar biasa dapat diadakan atas
permintaan sekurang-kurangnya 50 dari jumlah anggota.
4 mengemukakan pendapat, atau saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik
diminta maupun tidak diminta.
112 5 memanfaatkan koperasi dan mendapatkan
pelayanan 6 memperoleh pembagian sisa hasil usaha
sesuai jasa atau transaksi 7 mendapatkan
keterangan mengenai
perkembangan koperasi g. Pengaturan tentang berakhirnya keanggotaan
koperasi dapat ditetapkan berdasarkan alasan : 1 Meninggal dunia, atau
2 Berhenti atas permintaan sendiri, atau 3 Diberhentikan pengurus karena :
- Melanggar ketentuan atau
- Tidak memenuhi kewajiban
- Melanggar peraturan perundang-
undangan dan
keputusan rapat
anggota -
Melakukan tindak pidana -
Mencemarkan nama baik koperasi 4 Anggota yang berhenti sesuai angka 3
dicoret dari Buku Daftar Anggota dan keanggotaannya hapus sejak tanggal
pencoretan.
113 5 Anggota yang berhenti, wajib segera
menyelesaikan hutang piutangnya dan tidak
dibenarkan lagi
hadir atau
memberikan suaranya
dalam Rapat
Anggota h. Ketentuan mengenai rapat anggota
Hal-hal yang harus diatur dalam ketentuan mengenai Rapat Anggota adalah hal-hal
sebagai berikut : 1 Rapat Anggota merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam organisasi Koperasi
2 Dalam Rapat Anggota setiap anggota mempunyai hak suara yang sama yaitu
satu anggota satu suara. 3 Rapat
Anggota diadakan
sekurang- kurangnya satu kali dalam satu tahun.
4 Sahnya Rapat Anggota dan sahnya keputusan Rapat Anggota ditentukan oleh
quorum yang ditentukan oleh Rapat Anggota.
Besarnya jumlah
quorum tersebut
harus dicantumkan
dalam Anggaran
Dasar Koperasi
yang
114 bersangkutan, sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku. 5 Dalam hal Rapat Anggota tidak dapat
dilaksanakan karena tidak memenuhi quorum yang ditetapkan, maka dapat
ditetapkan bahwa Rapat Anggota tersebut ditunda yang batas waktunya juga
ditetapkan oleh Rapat Anggota. 6 Keputusan dalam Rapat Anggota diambil
berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam hal mufakat tidak dapat
tercapai, maka keputusan diambil berdasar suara terbanyak dari jumlah anggota yang
hadir. 7 Pengaturan Rapat Anggota antara lain
mengenai tugas, fungsi dan wewenang Rapat Anggota tahunan antara lain
menetapkan : a.
rencana kerja rencana pendapatan dan
belanja koperasi,
serta pengesahan laporan keuangan.
b kewenangan
pengesahan pertanggung jawaban pengurus dan
115 pengawas
dalam pelaksanaan
tugasnya. c.
kewenangan pembagian SHU 8 Semua keputusan Rapat Anggota harus
dibuat dalam Berita Acara Keputusan Rapat Anggota dan disahkan oleh Rapat
Anggota. i. Ketentuan mengenai pengurus
Pengurus mempunyai peran yang strategis dalam manajemen koperasi dan tanggung
jawab dalam menjalankan organisasi dan usaha koperasi sesuai mandat yang diberikan
oleh Rapat Anggota, dengan pengaturan : 1 Pengurus dipilih dari dan oleh anggota
dalam rapat anggota 2 Cara pemilihan pengurus dilakukan secara
demokratis. 3 Persayaratan menjadi pengurus ditentukan
oleh kemampuan, kejujuran, pengalaman kerja, dan berdedikasi tinggi.
4 Perlu ditetapkan tentang jangka waktu jabatan kepengurusan.
116 5 Perlu ditentukan jumlah dan susunan
pengurus 6 Susunan anggota pengurus dicantumkan
dalam buku
daftar pengurus
dan ditandatangani
oleh masing-masing
pengurus. 7 Tugas pengurus adalah mengorganisasikan
koperasi dan usahanya 8 Wewenang pengurus antara lain :
- Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan
- Melakukan kegiatan usaha dalam upaya peningkatan dan pemanfaatan koperasi
9 Pengurus dapat mengangkat pengelola untuk kemajuan koperasinya
j. Ketentuan mengenai pengawas 1 Persyaratan untuk menjadi pengawas
antara lain
menyebutkan mengenai
kemampuan, kejujuran, pengalaman kerja, dedikasi tinggi dan telah menjadi anggota
koperasi paling sedikit beberapa tahun dan sebagainya;
117 2 Masa jabatan pengawas diatur agar masa
jabatan seluruh anggota pengawas tidak berakhir pada waktu yang bersamaan;
3 Perlu ditentukan pula penetapan periode jabatan pengawas untuk dapat dipilih
kembali; 4 Perlu ditentukan pula mengenai pengisian
jabatan pengawas yang lowong karena diberhentikan, meninggal dunia atau
mengundurkan diri
sebelum masa
jabatannya berakhir; 5 Susunan anggota pengawas dicantumkan
dalam, buku daftar pengawas dan ditanda tangani oleh masing – masing anggota
pengawas; 6 Tugas dan kewajiban anggota pengawas
harus jelas
dicantumkan, sehingga
kewenangan dan tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan jelas;
7 Tugas pengawas antara lain : a Mengelola
pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan
dan pengelolaan koperasi;
118 b Membuat laporan tertulis tentang hasil
pengawasan. 8 Pengawas berwenang :
a Meneliti catatan yang ada pada koperasi;
b Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
9 Pengawas wajib
merahasiakan hasil
pengawasan pada pihak ketiga; 10 Apabila diperlukan dan sesuai dengan
tingkat perkembangan koperasi dapat ditetapkan adanya kewajiban audit yang
dapat dilakukan dengan jasa akuntan publik untuk keperluan laporan keuangan
koperasi; 11 Dalam hal koperasi tidak mengangkat
pengawas, maka
fungsi pengawas
dilakukan oleh pengurus. k. Ketentuan mengenai permodalan
Modal koperasi
mempunyai kedudukan yang sangat menentukan dalam
menjalankan organisasi dan usahanya. Oleh karena itu sebagai badan usaha, status modal
119 koperasi harus jelas yaitu adanya equiti yang
merupakan modal
sendiri dan
modal pinjaman.
Dalam pengaturan permodalan perlu ditetapkan hal – hal antara lain sebagai
berikut: 1 Sesuai dengan kegiatan usaha yang akan
dijalankan oleh koperasi, maka besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib
ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Anggota;
2 Cara pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib;
3 Setelah simpanan pokok dan simpanan wajib dapat ditetapkan pula adanya
ketentuan mengenai modal penyertaan dan obligasi oleh koperasi;
4 Ketentuan mengenai batas pinjaman yang dilakukan oleh Pengurus atau pengelola
atau Rapat Anggota; 5 Setiap unit usaha harus memiliki modal
kerja tersendiri, apabila terdapat kelebihan kapasitas modal dapat dialokasikan pada
120 kegiatan-kegiatan usaha produktif lainnya
sesuai dengan kebutuhan anggota dan non anggota.
l. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya koperasi
1 Pada dasarnya jangka waktu berdirinya koperasi tidak ditentukan batas waktunya,
namun penetapan jangka waktu dalam Anggaran Dasar diperlukan dalam rangka
menunjukan keberadaan koperasi dalam kehidupan ekonomi sehari-hari, oleh
karena itu perlu dicantumkan ketentuan “tidak terbatas” atau terbatas
yang merupakan jangka waktunya;
2 Dalam hal jangka waktu sebagaimana ditetapkan telah berakhir maka pengurus
wajib mengajukan
permohonan perpanjangan atau pembubaran diri atas
nama Rapat Anggota. m. Ketentuan mengenai Sisa Hasil Usaha
1 Sebagai badan usaha, pendapatan hasil usaha sangat menentukan besar kecilnya
sisa hasil usaha;
121 2 Pembagian dan penggunaan sisa hasil
usaha diatur berdasarkan keputusan Rapat Anggota;
3 Bagian sisa hasil usaha yang diperuntukan kepada anggota dapat disimpan dalam
bentuk simpanan
anggota yang
bersangkutan atau
dapat diberikan
langsung kepada anggota. n. Ketentuan mengenai sanksi
1 Pengaturan mengenai sanksi diperlukan untuk menegakkan disiplin organisasi dan
menjamin kepastian
pelaksanaan organisasi dan usaha koperasi;
2 Pengaturan sanksi sebagaimana dimaksud angka 14 huruf a antara lain berupa :
a Sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban oleh anggota, pengurus,
pengawas, dan pengelola; b Sanksi terhadap pelanggaran atas
penyalahgunaan wewenang dan tugas yang
telah dibebankan
kepada Pengurus, Pengawas dan Pengelola
Koperasi;
122 c Sanksi terhadap kesengajaan dan atau
kelalaian yang
dilakukan oleh
Pengurus, Pengawas dan Pengelola Koperasi yang menimbulkan kerugian
Koperasi. d Pelaksanaan sanksi antara lain, berupa
teguran baik lesan maupun tertulis, pemberhentian sementara, pemecatan,
ganti rugi yang diajukan dimuka pengadilan
baik didalam
perkara pidana maupun perdata.
o. Ketentuan mengenai pembubaran 1 Pengaturan mengenai pembubaran dapat
dilakukan atas keputusan Rapat Anggota atau Pemerintah berdasarkan alasan yang
sah; 2 Ketentuan
pembubaran oleh
Rapat Anggota Koperasi, diatur antara lain :
a Alasan pembubaran
dengan memperhatikan
kepentingan pihak
lain, agar haknya tidak dirugikan; b Alasan sehubungan dengan jangka
waktu berdirinya telah berakhir;
123 c Ketentuan penyelesaian pembubaran
oleh suatu Tim Penyelesaian yang dibentuk oleh Rapat Anggota;
d Ketentuan mengenai hak, wewenang dan kewajiban Tim Penyelesai yaitu :
1 melakukan segala
perbuatan hukum untuk dan atas nama
“Koperasi dalam penyelesaian”; 2 mengumpulkan segala keterangan
yang diperlukan; 3 memanggil pengurus, anggota dan
bekas anggota
tertentu yang
diperlukan baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
4 memperoleh, memeriksa
dan menggunakan segala catatan dan
arsip koperasi; 5 menetapkan
dan melaksanakan
segala kewajiban pembayaran yang didahulukan
dari pembayaran
hutang lainnya;
124 6 menggunakan
sisa kekayaan
koperasi untuk penyelesaian sisa kewajiban koperasi;
7 membagikan sisa
hasil penyelesaian kepada anggota;
8 membuat Berita
Acara Penyelesaian.
e Ketentuan mengenai
kewajiban Pengurus
untuk menyampaikan
pembubaran kepada Pemerintah; f Ketentuan
mengenai tanggungan
anggota, apabila koperasi menanggung kerugian
maka koperasi
tersebut dibubarkan, mengenai penyelesaian
hutang piutang menjadi tanggungan anggota.
p. Ketentuan mengenai perubahan anggaran dasar
1 Perubahan Anggaran Dasar dilaksanakan apabila
diperlukan sesuai
dengan perkembangan
koperasi yang
bersangkutan;
125 2 Ketentuan mengenai perubahan Anggaran
Dasar antara lain, memuat : a alasan diadakan perubahan anggaan
dasar; b quorum sahnya Rapat Anggota dan
quorum sahnya
keputusan Rapat
Perubahan Anggaran Dasar. q. Ketentuan
mengenai Anggaran
Rumah Tangga dan Peraturan khusus
1 Anggaran Dasar Koperasi pada dasarnya hanya
memuat ketentuan
pokok, sedangkan penjelasan atau penjabaran
lebih lanjut dapat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ART dan atau peraturan
khusus; 2 Ketentuan tentang ART dan peraturan
khusus antara lain memuat: a Penjabaran lebih lanjut ketentuan
dalam anggaan dasar koperasi; b Pengaturan lebih lanjut hal-hal yang
telah ditetapkan dalam Anggaan Dasar Koperasi
126 3 Pengaturan lain yang dianggap lebih
perlu dan belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar.
r. Ketentuan mengenai pengelolaan usaha 1 Pada
dasarnya pengelolaan
usaha koperasi
dilakukan oleh
Pengurus sebagai eksekutif tetapi berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan profesionalisme, efisiensi, efektivitas,
dan pengembangan
koperasi yang
bersangkutan, maka tugas pengelolaan tersebut dapat didelegasikan Pengurus
kepada pengelola usaha yang diangkat oleh pengurus;
2 Dalam mengatur
mengenai pengelolaan usaha koperasi, baik yang
dilaksanakan oleh Pengurus, maupun oleh Pengelola ditetapkan ketentuan-
ketentuan antara
lain tentang
penyusunan rencana operasional usaha, maupun anggaran biaya usaha yang
bersangkutan, mencarikan dana atau pinjaman yang dibebankan kepadanya,
127 pengangkatan
dan pemberhentian
tersebut secara tehnis diatur dalam Anggaran Rumah Tangga atau peraturan
khusus untuk itu.
3 Melakukan pengecekan terhadap koperasi yang akan didirikan terutama
yang berkaitan
dengan domisili
alamat, kepengurusan, usaha yang dijalankan dan keanggotaannya
4 Melakukan penilaian terhadap kelayakan koperasi 5 Mengesahkan akta pendirian koperasi oleh Dinas Pelayanan
Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah bila dari hasil penilaian koperasi tersebut layak untuk disahkan dalam jangka
waktu selambat-lambatnya tiga bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap.
6 Mencatat dalam Buku Daftar Umum Koperasi 7 Menyampaikan Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian
Koperasi secara langsung kepada pendiri atau kuasa pendiri. 8 Mengirimkan tembusan Surat Keputusan Pengesahan Akta
Pendirian Koperasi kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM.
9 Mengumumkan Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dalam Berita Negara Republik Indonesia melalui
Kementrian Negara Koperasi dan UKM.
128 10 Menolak secara tertulis permintaan pengesahan Akta Pendirian
Koperasi yang tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundangan dengan menyampaikan alasan penolakan kepada
pendiri atau kuasa pendiri dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya
permintaan pengesahan secara lengkap.
d. Permasalahan yang dihadapi Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dan solusinya
Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98
Kep.MKUKM2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi adalah :
1. Dari sisi masyarakat pemohon akta pendirian badan hukum koperasi , permasalahan yang dihadapi adalah :
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang berhubungan dengan perkoperasian menyebabkan lambatnya
proses pendirian koperasi, solusi yang dapat dilakukan atas permasalahan tersebut adalah diadakannya sosialisasi secara
terus-menerus melalui kegiatan – kegiatan di tingkat RT, RW, maupun melalui pelatihan perkoperasian di UPTD Balai
Latihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dengan dukungan dana APBD Propinsi maupun kabupaten kota.
129 b. Biaya Notaris yang relatif tinggi dan tidak ada keseragaman
tarif menyebabkan masyarakat enggan untuk membuat akta dihadapan Notaris, solusi yang sudah dilakukan adalah
dikeluarkannya surat Kepala Dinas Pelayanan Koperasi Nomor : 5181902006, tanggal 20 Mei 2006 perihal
himbauan kepada para Notaris Pembuat Akta Koperasi tentang biaya maksimal pembuatan akta-akta koperasi paling
tinggi Rp 1.500.000,-, yang mana jumlah tersebut masih dianggap mahal oleh masyarakat.
c. Adanya anggapan di masyarakat bahwa berhubungan dengan hal-hal yang berbau hukum akan selalu menyulitkan mereka,
sehingga masyarakat yang akan mendirikan koperasi yang mayoritas dari kalangan menengah kebawah enggan untuk
memproses badan hukum yang mengakibatkan kelompok mereka tidak mempunyai landasan hukum yang pasti. Solusi
yang selama ini telah dilakukan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah adalah dengan
diadakannya pelatihan perkoperasian melalui UPTD Balai Latihan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Tengah.
2. Akta yang dibuat Notaris salah Berdasarkan hasil wawancara dengan Notaris Elizabeth
Estiningsih SH., Notaris di Kota Semarang pada tanggal 10 Desember 2008 menyatakan bahwa Notaris belum mendapatkan
130 pembekalan mengenai perkoperasian secara mendalam, sehingga
belum memahami jati diri dan aspek-aspek perkoperasian , pembekalan yang pernah diberikan oleh Kementrian Negara
Koperasi dan UKM RI hanya 1 satu kali dan memakan waktu hanya
satu hari
sehingga hanya
sedikit pengetahuan
perkoperasian yang dapat dipahami. Solusi yang selama ini dilakukan
oleh yang
bersangkutan adalah
dengan mengkoordinasikan dan mengirim terlebih dahulu draft atau
konsep akta notaris yang dibuat atas permintaan masyarakat pemohon akta koperasi sehingga dapat dilakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap konsep sebelum akta ditanda tangani oleh Notaris dan dimintakan pengesahan kepada Pejabat Dinas
Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah untuk memastikan apakah isi akta yang dibuat tidak bertentangan
dengan isi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum
dan kesusilaan . Dengan dikoordinasikan terlebih dahulu dapat meminimalkan kesalahan Notaris dalam penyususnan akta
perkoperasian. Dalam hal koordinasi Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada Notaris untuk mengadakan koordinasi dan tukar pendapat sehingga tercapai kesepahaman. Sedangkan menurut Kasubag
Hukum dan Kelembagaan Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM
131 Provinsi Jawa Tengah untuk meningkatkan pengetahuan Notaris
dalam bidang perkoperasian, pada Tahun Anggaran 2007 diadakan pembekalan tambahan selama 2 hari dengan
narasumber Deputy Bidang Kelembagaan Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI kepada 732 Notaris yang tersebar di
seluruh Jawa Tengah dengan sumber dana dari APBN Tahun Anggaran 2007. Sedangkan dalam rangka menjalin koordinasi
dengan para Notaris pada Tahun Anggaaran 2007 dilakukan rapat berkala setahun 2 dua kali dengan dukungan dana APBD
untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan.
2. Banyak Notaris yang telah mengikuti pembekalan perkopersian dari Kementrian Koperasi yang tidak
berwenang dan berhak untuk membuat akta- akta koperasi karena yang bersangkutan belum mengajukan
permohonan untuk ditetapkan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi.Solusi yang sudah dilakukan adalah
dengan diadakannya sosialisasi tentang peran Notaris dalam pembuatan akta-akta koperasi sekaligus himbauan
untuk segera mengajukan permohonan penetapan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi. Sedangkan informasi
yang didapat dari Notaris Sunarto, SH bahwa yang bersangkutan tidak mau memproses akta pendirian
132 koperasi,
dengan alasan
bahwa Notaris
yang bersangkutan belum memahami benar apa materi
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sehingga takut salah dalam menyusun akta
autentik. Solusi yang telah dilakukan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah
selama ini adalah dengan memberikan kesempatan seluas- luasnya kepada para Notaris untuk mengadakan
koordinasi dan tukar pendapat dengan Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa tengah dalam hal
penyususnan akta Notaris sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
e.
B. Pembahasan