Implementasi oleh Notaris. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.

83

b. Implementasi oleh Notaris.

Hasil wawancara langsung yang dilakukan dengan Notaris diwakili oleh 3 tiga orang Notaris dengan kondisi yang berbeda- beda yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1 Notaris Tri Isdiyanti, SH, Notaris Kota Semarang , wawancara dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 bertempat di kantor Notaris yang bersangkutan di jalan Sultan Agung 15 A Semarang dan didapat informasi sebagai berikut : a Yang bersangkutan sudah mengikuti pelatihan pembekalan perkoperasian yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI selama 1 satu hari pada tanggal 9 Pebruari 2005, bertempat di Hotel Ibis Jakarta. b Sesuai dengan ketentuan pasal 5 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi , yang bersangkutan sudah ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pelayanan Kopersi dan UKM RI Nomor 573 122 X 2005, tanggal 16 Oktober 2005 dengan cara mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM RI melalui Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, yang mana permohonan tersebut dilampiri dengan : 84 1 Surat Pengangkatan sebagai Notaris 2 Sertifikat tanda bukti telah mengikuti pembekalan perkoperasian yang ditanda tangani oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM RI . 3 Alamat kantor beserta contoh tanda tangan , contoh paraf dan cap stempel notaris. c Berkaitan dengan ketentuan pasal pasal 12 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi yang bersangkutan tidak bersedia memberikan jasa pembuatan akta tanpa memungut biaya kepada pemohon akta yang dinyatakan tidak mampu oleh Lurah setempat. d Sejak yang bersangkutan ditetapkan sebagai Notaris pembuat Akta Koperasi sebagaimana butir b sampai dengan akhir tahun 2007 atau selama 26 bulan telah membuat akta pendirian badan hukum koperasi atas permintaan masyarakat yang akan mendirikan koperasi berjumlah 4 empat akta pendirian badan hukum koperasi, dan sesuai dengan ketentuan pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 7 ayat 1, bahwa akta pendirian badan hukum koperasi akan mempunyai kekuatan hukum apabila disahkan oleh pejabat yang berwenang, dalam hal ini Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. Dari ke 85 4 empat akta pendirian koperasi yang dibuat oleh Notaris Tri Isdiyanti, SH dalam kurun waktu 26 bulan tersebut semuanya sudah mendapatkan pengesahan dari Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. e Bahwa dalam pembuatan akta pendirian badan hukum koperasi , masih dalam bentuk draft yang bersangkutan selalu berusaha untuk mengkoordinasikan terlebih dahulu materi akta agar tidak salah atau sesuai dengan ketentuan Undang- Undang nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, sehingga dapat disahkan oleh Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. f Dalam membuat akta pendirian koperasi maka yang bersangkutan akan mempersiapkan syarat syarat untuk membuat akta pendirian badan hukum koperasi antara lain : 1 Identitas dari para penghadap yang akan membuat akta pendirian koperasi, Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku. 2 Berita acara rapat pembentukan koperasi yang bermaterai cukup dan ditandatangani para anggota koperasi. 3 Susunan badan pendiri dan susunan pengurus koperasi dan masa kerjanya. 86 4 Nama dan tempat kedudukan koperasi secara lengkap di jalan mana, KelurahanDesa, Kecamatan, Kabupaten dan Propinsi. 5 Tujuan pembentukan koperasi dan bidang usaha kerja 6 Landasan dan asas. 7 Ketentuan tentang jangka waktu berdirinya koperasi. 8 Ketentuan besarnya simpanan pokokwajib bagi para anggota. 9 Besar modal dasar yang disetor pada saat pendirian koperasi yang berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib dan modal penyetoran dari para anggota. g Sedangkan dalam penyususnan akte pendirian badan hukum koperasi yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan perkoperasian sesuai dengan materi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian antara lain : 1 Anggaran dasar yang memuat ketentuan-ketentuan pokok yang merupakan dasar bagi tata kehidupan koperasi, sehingga di dalamnya dibuat hal-hal yang harus disusun secara ringkas, singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh siapapun. 2 Ketentuan pokok yang harus dimuat dalam anggaran dasar meliputi : 87 a Struktur organisasi b Kegiatan usaha c Modal dan keuangan d Manajemen 3 Pengaturan struktur organisasi koperasi, mengenai : a Nama dan tempat kedudukan b Maksud dan tujuan c Landasan dan asas d Keanggotaan e Perangkat oranisasi f Rapat-rapat termasuk rapat anggota g Jangka waktu berdirinya koperasi h Daftar nama pendiri koperasi i Ketentuan mengenai sanksi 4 Pengaturan kegiatan usaha, meliputi : a Kegiatan usaha yang diajukan koperasi b Pendapatan koperasi, Sisa Hasil Usaha SHU dan pembagiannya 5 Pengaturan modal dan keuangan, meliputi a Modal sendiri b Modal pinjaman, dan c Modal penyertaan 6 Pengaturan manajemen meliputi : 88 a Wewenang, hak, tugas, kewajiban dan tanggung jawab dari perangkat organisasi dan pengelola koperasi b Hubungan kerja antar perangkat organisasi dan antara perangkat organisasi dengan pengelolaan usaha koperasi c Laporan keuangan dan neraca h Proses Penyimpanan Minit Akta Koperasi Yang bersangkutan selaku Notaris wajib membuat minit dari semua akta yang dibuat dihadapannya termasuk akta koperasi, dimana jika tidak dilakukan demikian akta tersebut tidak mempunyai kekuatan otentik dan notaris wajib mengganti biaya, kerugian dan bunga kepada yang berkepentingan apabila ada pihak yang dirugikan karena hal tersebut. Penyimpanan minit akta koperasi oleh notaris tidak berbeda dengan penyimpanan minit-minit akta lain yang telah dibuat oleh danatau dihadapan notaris, karena setiap notaris berkewajiban untuk menyimpan tidak hanya minit-minit akta yang dibuat oleh danatau dihadapan notaris itu sendiri, akan tetapi juga berlaku untuk minit-minit yang diambil alih dari notaris lain. Selain minit juga daftar-daftar, repertorium- 89 repertorium dan klaper-klaper harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti yang ditentukan bagi minit-minit. Notaris Pembuat Akta Koperasi berkewajiban membuat akta dalam bentuk minit akta dan menyimpannya sebagian dari protokol notaris yang merupakan dokumen Negara. Hal tersebut telah disebutkan pada pasal 16 ayat 1 huruf b Undang-Undang Jabatan Notaris yang berbunyi sebagai berikut : Notaris berkewajiban membuat akta dalam bentuk minit akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol Notaris. Undang-undang tidak hanya mengatur cara penyimpanannya, akan tetapi juga mengatur tempat penyimpanannya. Tempat penyimpanannya itu harus mudah dicapai dan aman serta tempatnya harus dapat dikunci. Minit-minit akta termasuk minit akta koperasi, repertorium dan lain-lainnya itu harus diamankan oleh notaris dari kerusakan yang disebabkan kebakaran dan pengaruh- pengaruh dari luar, seperti misalnya kelembaban dan binatang-binatang yang dapat merusaknya serta dari bahaya pencurian. Seorang klien yang membuat akta yang berkaitan dengan koperasi pada waktu membayar honorarium notaris, klien yang bersangkutan dengan sendirinya mengharapkan 90 dari notaris sekalipun tidak secara tegas dinyatakan bahwa akta-akta akan memperoleh pengamanan dari pihak notaris yang bersangkutan. i Proses Membacakan Akta Koperasi Oleh Notaris Akta pendirian koperasi, perubahan anggaran dasar koperasi dan pembubaran koperasi sebelum ditandatangani oleh para penghadap dan saksi serta notaris, aktanya harus dibacakan oleh notaris sendiri tidak diperkenankan dibacakan oleh orang lain. Pembacaan akta tersebut merupakan bagian dari yang dinamakan “verlijden” pembacaan dan penandatanganan dari akta. Pembacaan akta oleh seorang Notaris di hadapan para penghadap sebelum aktanya ditandatangani oleh para penghadap adalah wajib dilakukan, hal tersebut disebutkan pada Pasal 16 ayat 1 huruf 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang berbunyi sebagai berikut : Membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap saksi dan notaris. Mengenai pembacaan akta koperasi yang dibuat oleh- danatau dihadapan notaris harus diberitahukan pada penutup 91 akta. Sebaliknya apabila penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui dan memahami isinya. Hal tersebut juga harus dinyatakan pada penutup akta serta pada setiap halaman minit akta diparaf oleh penghadap, saksi dan notaris. j Proses Pengiriman Laporan Tahunan Ke Menteri Dan Cara Mengisi Repertoriumnya. Notaris pembuat akta koperasi berkewajiban untuk mengirimkan laporan tahunan mengenai akta-akta yang dibuatnya kepada menteri dengan tembusan kepada pejabat yang berwenang di wilayah kerjanya paling lambat pada bulan Pebruari, setelah berakhirnya tahun yang telah berjalan. Hal tersebut berdasarkan pasal 14 Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 98KEPM.KUKMIX2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi. Berdasarkan ketentuan tersebut menimbulkan polemik dikalangan notaris karena di satu sisi harus melaporkan akta- akta yang dibuatnya kepada yang berwenang untuk itu berdasarkan undang-undang jabatan notaris dan dilain pihak notaris pembuat akta koperasi harus melaporkan akta-akta yang dibuatnya kepada menteri dalam hal ini kepada menteri 92 yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi urusan perkoperasian. Cara pengisian repertorium dalam hal pembuatan akta koperasi tidak berbeda dengan cara pengisian dengan pembuatan akta notariil lainnya yaitu setiap pembuatan akta yang berkaitan dengan koperasi harus menuliskan data-data yang tersedia pada kolom repertorium yaitu nomor urut, nomor bulanan, tanggal akta, sifat akta dan nama-nama dari para penghadap. Perbedaan repertorium untuk akta-akta yang dibuat dihadapan notaris adalah untuk memberikan keyakinan tentang adanya akta yang telah dibuat oleh notaris dan tanggal dari akta itu sendiri serta untuk memudahkan pencarian akta. k Proses mengeluarkan Salinan Akta Koperasi Kewajiban notaris yang lainnya adalah mengeluarkan salinan akta koperasi, hal tersebut berdasarkan Pasal 16 ayat 1 huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Salinan akta koperasi adalah salinan dari akta yang dikeluarkan oleh notaris setelah minit akta koperasi ditandatangani oleh para penghadap kemudian dikeluarkan salinan yang sama bunyinya dengan minit tersebut yang 93 hanya ditandatangani oleh notaris di atas materai dan di cap dengan jabatan notaris. Salinan akta dikeluarkan oleh notaris adalah untuk kepentingan para penghadap sebagai bukti telah dilakukan suatu perbuatan hukum yang berkaitan dengan koperasi dan sebagai salah satu syarat untuk pendirian koperasi. Koperasi memperoleh status sebagai badan hukum setelah mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang untuk itu. Hal tersebut berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Koperasi diakui sebagai badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum dan memang diperlukan keberadaannya sehingga disebut legal entity, oleh karena itu disebut antificial personrechts person. Pengesahan akta pendirian Koperasi ditetapkan dengan keputusan Menteri dalam jangka waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap. Surat keputusan pengesahan dan akta pendirian koperasi yang telah mendapat pernyataan pengesahan disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat 94 tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung sejak keputusan pengesahan ditetapkan. Menurut doktrin pengakuan sebagai badan hukum pada umumnya berlaku ex runct yang berarti segala tindakan hukum yang dilakukan atas nama badan hukum tersebut sebelum pengakuan sebagai badan hukum beralih kepada badan hukum tersebut kecuali undang-undang menentukan lain. l Proses pengajuan pengesahan akta pendirian koperasi kepada Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. Persyaratan yang harus dilampirkan untuk pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi adalah : a Rancangan akta pendirian koperasi rangkap dua, satu diantaranya bermaterai. b Berita Acara Rapat pembentukan koperasi termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan permintaan pengesahan apabila ada. c Rencana awal kegiatan usaha koperasi yang didukung dengan studi kelayakan usaha yang layak secara ekonomi. d Surat bukti penyetoran modal dari setiap pendiri kepada koperasinya dengan jumlah sekurang-kurangnya sebesar 95 simpanan pokok untuk memulai kegiatan usaha yang akan dilakukannya. m Hal yang harus dipersiapkan Notaris supaya akta koperasi yang dibuatnya dapat disahkan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.. Supaya akta koperasi yang dibuat Notaris dapat disahkan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah maka akta koperasi yang dibuat harus memuat hal-hal sebagai berikut : 1 Anggaran dasar yang memuat ketentuan-ketentuan pokok yang merupakan dasar bagi tata kehidupan koperasi, sehingga didalamnya dibuat hal-hal yang harus disusun secara ringkas, singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh siapapun. 2 Ketentuan pokok yang harus dimuat dalam anggaran dasar meliputi: a Struktur organisai b Kegiatan usaha c Modal dan keuangan d Manajemen 3 Pengaturan struktur organisasi koperasi, mengenai : a Nama dan tempat kedudukan b Maksud dan tujuan 96 c Landasan dan asas d Keanggotaan e Perangkat organisasi f Rapat-rapat termasuk rapat anggota g Jangka waktu berdirinya koperasi h Daftar nama pendiri koperasi i Sanksi 4 Pengaturan kegiatan usaha, meliputi : a Kegiatan usaha yang dijalankan koperasi b Pendapatan koperasi. Sisa Hasil Usaha SHU dan pembagiannya c Tanggungan d Tahun buku koperasi 5 Pengaturan modal dan keuangan yang meliputi : a Modal sendiri b Modal pinjaman, dan c Modal penyertaan 6 Pengaturan manajemen, mengenai : a Wewenang, hak, tugas, kewajiban dari perangkat organisasi dan pengelolaan koperasi b Hubungan kerja antar perangkat organisasi dan antara perangkat organisasi dengan pengelolaan usaha koperasi 97 c Laporan keuangan dan neraca n Akta koperasi yang dibuat oleh Notaris dinyatakan tidak lengkap atau keliru Akta koperasi yang dibuat oleh notaris dinyatakan tidak lengkap atau keliru apabila dibuat tidak sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh undang-undang, apabila terjadi hal yang demikian maka para pendiri atau kuasanya diberi kesempatan untuk mengajukan pengesahan lagi dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Dalam hal permintaan pendirian koperasi ditolak, keputusan penolakan serta alasannya berikut berkas permintaannya disampaikan secara tertulis kepada para pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya pengesahan secara lengkap. 2 Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri atau kuasanya dapat mengajukan permintaan ulang pengesahan atas akta pendirian koperasi. Dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak diterimanya pemberitahuan penolakan dengan melampirkan berkas sebagai berikut : a Dua rangkap akta pendirian koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup 98 b Berita acara rapat pembentukan koperasi c Surat kuasa d Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok yang wajib dilunasi oleh para pendiri e Rancangan kegiatan usaha koperasi minimal tiga tahun kedepan f Susunan pengurus dan pengawas g Daftar hadir rapat pembentukan h Untuk koperasi primer melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk dari para pendiri i Untuk koperasi sekunder melampirkan keputusan rapat anggota masing-masing koperasi pendiri tentang persetujuan pembentukan koperasi sekunder dan foto kopi akta pendirian serta anggaran dasar masing- masing koperasi pendiri 3 Terhadap pengajuan permintaan ulang yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut di atas Dinas Pelayanan Koperasi akan memberikan tanda terima kepada pendiri dan kuasanya. Dinas Pelayanan Koperasi memberikan keputusan terhadap permintaan ulang sebagaimana angka 2 di atas dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung 99 sejak diterimanya permintaan ulang pengesahan secara lengkap Dalam hal pengesahan atas akta pendirian koperasi diberikan, Dinas Pelayanan Koperasi menyampaikan surat keputusan pengesahan dan akta pendirian koperasi yang telah mendapatkan pernyataan pengesahan kepada pendiri dan kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung sejak keputusan pengesahan ditetapkan. 2 Notaris Elizabeth Estiningsih SH, Notaris di Kabupaten Blora, wawancara dilakukan pada tanggal 17 Januari 2007 bertempat di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah setelah yang bersangkutan mengikuti Sosialisasi Pemantapan Peran Notaris Sebagai Pembuat Akte Koperasi didapat informasi sebagai berikut : a Yang bersangkutan sudah mengikuti pelatihan pembekalan perkoperasian yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI selama 1 satu hari pada tanggal 9 Pebruari 2005, bertempat di Hotel Ibis Jakarta. b Sesuai dengan ketentuan pasal 5 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat 100 Akta Koperasi , yang bersangkutan sudah ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pelayanan Kopersi dan UKM Provinsi Jawa Tengah Nomor : 573 575 III 2006, tanggal 19 Maret 2006. c Selama kurun waktu bulan Maret 2006 sampai dengan akhir Desember 2007 atau dalam kurun waktu 18 delapan belas bulan bulan , yang bersangkutan sudah membuat 17 tujuh belas Akta Pendirian Badan Hukum Koperasi . Dari 17 tujuh belas akta yang dibuat, semuanya tidak ada yang memenuhi syarat untuk dapat disahkan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah yang dikarenakan materi yang terdapat dalam akta pendirian badan hukum koperasi tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor : 25 Tahun: 1992 tentang Perkoperasian . Dengan kondisi demikian yang akta yang sudah ditandatangani oleh Notaris sesuai dengan pasal 9 Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyatakan bahwa Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akte pendiriannya disahkan oleh Pemerintah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akta yang sudah dibuat oleh 101 Notaris tidak secara otomatis merupakan dasar hukum berdirinya suatu koperasi. 3 Notaris Sunarto, SH, Notaris di Kota Surakarta, wawancara langsung dilakukan pada tanggal dilakukan pada tanggal 17 Januari 2007 bertempat di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah setelah yang bersangkutan mengikuti Sosialisasi Pemantapan Peran Notaris Sebagai Pembuat Akte Koperasi didapat informasi sebagai berikut : a Yang bersangkutan sudah mengikuti pelatihan pembekalan perkoperasian yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI selama 1 satu hari pada tanggal 9 Pebruari 2005, bertempat di Hotel Ibis Jakarta. b Sampai dengan wawancara dilakukan yang bersangkutan belum mengimplementasikan pasal 4, 5 dan 6 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi sehingga yang bersangkutan tidak berhak membuat akta – akta yang berkaitan dengan perkoperasian. c Alasan yang disampaikan oleh yang bersangkutan adalah karena sampai saat wawancara dilakukan yang bersangkutan belum memahami materi yang berkaitan 102 dengan perkoperasian , yang dalam hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. c. Implementasi oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Tengah sebagai wakil dari Pemerintah. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3 tiga hari dari tanggal 3 sd 5 januari 2007 di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dibawah ini hasil wawancara dan pengisian kuesioner yang penulis lakukan dengan informna atas nama Safitri Handayani, SH.MH, selaku Kepala Sub Bagian Hukum dan Kelembagaan pada Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Januari 2007 di Kantor Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah didapatkan informasi sebagai berikut : Diperoleh data bahwa permohonan pengesahan akta badan hukum koperasi setelah diterbitkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98KepM.KUKMIX2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi mengalami penurunan yang signifikan yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini : 103 Tabel : 1. Pengajuan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Tahun Pengajuan Pengesahan Keterangan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 301 319 113 - 28 29 301 319 113 - 17 18 sd akhir Sep. 04 Tidak sesuai UU No. 25 1992 Sumber : Subag Hukum dan Kelembagaan Disyankop dan UKM Prov. Jateng Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum diterbitkannya keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi, pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi rata-rata dalam 1 satu tahun mencapai antara 301 sampai dengan 319. Setelah diterbitkan Keputusan Menteri dimaksud terjadi penurunan yang cukup tajam terhadap pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi yakni rata-rata dalam kurun waktu 1 satu tahun hanya mencapai 17 sd 18 akta saja. Sedangkan mengenai Notaris didapat informasi bahwa jumlah Notaris se Jawa Tengah adalah 723 orang, dari jumlah tersebut 152 orang belum pernah mengikuti pembekalan perkoperasian dari Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI, sedangkan dari 571 Notaris yang pernah mengikuti pembekalan perkoperasian hanya 118 orang Notaris yang mempunyai kewenangan untuk membuat akta – 104 akta Koperasi. Sisanya sejumlah 453 orang belum berhak dan tidak berwenang untuk membuat akta-akta koperasi sehubungan belum mengimplementasikan pasal 5 dan 6 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M.KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi yakni : 1 Sesuai dengan pasal 5, mereka belum mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM RI untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi. 2 Sesuai dengan pasal 6, secara otomatis tidak bisa dilaksanakan karena berkaitan dengan persyaratan pada butir 1. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah berkaitan dengan kewajiban Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Tengah dalam mengimplementasikan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep M. KUKMIX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi , didapat informasi sebagai berikut : 1 Melakukan sosialisasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 98 Kep M. KUKM IX 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi kepada masyarakat melalui diklat dengan sasaran 5000 lima ribu yang dilaksanakan melalui Anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah, diklat pembekalan perkoperasian kepada Notaris Pembuat Akta 105 Koperasi sebanyak 723 orang, pembuatan leaflet tentang standart operasional permohonan pengesahan badan hukum koperasi serta melalui media televisi melalui dialog interaktif, yang semuanya dibiayai oleh APBD Provinsi Jawa Tengah. 2 Dalam proses pengesahan badan hukum koperasi, Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah selaku pihak yang berwenang mengesahkan badan hukum koperasi akan memproses permohonan badan hukum koperasi dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a Verifikasi persyaratan bagi pemohon akta pendirian koperasi yang meliputi : 1 Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi diajukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. 2 Permintaan pengesahan badan hukum koperasi harus melampirkan : a 1 satu salinan akta pendirian koperasi bermeterai cukup. b Data akta pendirian koperasi yang dibuat ditandatangani oleh notaries pembuat akta koperasi. c Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok dan wajib yang harus dilunasi oleh pendiri koperasi 106 untuk unit simpan pinjam minimal sebesar Rp. 15.000.000,-, sedangkan untuk Koperai Simpan Pinjam senilai Rp 50.000.000,- d Rencana kegiatan usaha koperasi minimal 3 tiga tahun kedepan dan Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan Koperasi. e Materi anggaran dasar yang dimohonkan pengesahannya yang memuat antara lain : 1. Daftar nama pendiri yang memuat nama, pekerjaan, alamat, yang ditulis secara lengkap dan jelas dari orang-orang yang hadir pada rapat pertama pembentukan koperasi dengan ketentuan bahwa orang-orang dimaksud adalah orang-orang yang : - memenuhi persyaratan menjadi anggota koperasi sesuai dengan jenis koperasi atau kegiatan usaha koperasi yang akan dijalankan. - mempunyai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mendirikan dan menjalankan organisasi dan usaha koperasi sesuai dengan kepentingan seluruh anggota koperasi tersebut. 107 - menyatakan kesediaannya untuk menjadi anggota koperasi yang aktif - menyatakan kesediaannya secara tertulis untuk membayar tunai simpanan pokok, dan simpanan wajib yang telah ditetapkan atas kesepakatan bersama. 2. Nama dan tempat kedudukan ditulis jelas, legkap dam mudah dibaca dengan syarat bahwa nama koperasi tidak menggunakan nama yang bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan atau bertentangan dengan perundangan yang berlaku, ataupun mempunyai nama yang sama dengan nama suatu organisasi massa, organisasi politik, agama, suku dan ras . Sedangkan tempat kedudukan koperasi harus disebutkan lengkap dan jelas sebagai alamat kantor tetap koperasi. 3. Landasan, asas dan prinsip koperasi 4. Maksud dan tujuan serta bidang usaha koperasi yang akan dilaksanakan perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut : - usaha yang akan dijalankan oleh koperasi harus berkaitan langsung dengan kepentingan ekonomi dan usaha para anggotanya atau 108 usaha yang mendukung kemajuan usaha dan kepentingan anggota. - Koperasi harus memiliki usaha pokok dan dapat melaksanakan usaha lain sebagai usaha penunjang, berkaitan dengan usaha pokok koperasinya 5. Ketentuan mengenai keanggotaan, Bahwa anggota adalah pendukung, pemilik dan pengguna jasa kopersi. Dalam ketentuan keanggotaan diatur persyaratan keanggotaan, hak, kewajiban, tanggungan dan sanksi bagi anggota yang melakukan pelanggaran a. Anggota koperasi harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya sebagai warga Negara Indonesia yang mampu melakukan perbuatan hukum, memiliki kesamaan kepentingan ekonomi, membayar lunas simpanan pokok dan wajib dan sanggup melaksanakan dan mentaati seluruh ketentuan yang telah ditetapkan koperasi. b. Koperasi dapat juga mempunyai anggota luar biasa yang persyaratan, hak dan kewajibannya antara lain : 109 1 Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing yang mempunyai Kartu Izin Menentap. 2 tidak memiliki hak suara dalam anggota akan tetapidapat mengajukan usul, saran maupun pendapat. 3 tidak memiliki hak memilih maupun dipilih menjadi anggota, pengurus ataupun pengawas 4 membayar lunas simpanan pokok maupun simpanan wajib 5 berhak mendapat pelayanan dari koperasi. c. Koperasi dapat menerima calon anggota dengan persayaratan, hak dan kewajiban antara lain sebagai berikut : 1 warga Negara Indonesia 2 mampu melakukan perbuatan hukum 3 mempunyai kepentingan ekonomi yang terkait dengan usaha koperasi 4 telah membayar simpanan pokok maupun wajib tetapi secara administrative belum memenuhi syarat sebagai anggota 110 5 tidak memiliki hak suara, hak pilih dan dipilih menjadi pengurus atau pengawas 6 dapat memberikan saran dan pendapat 7 dapat memperoleh pelayanan usaha dari koperasi d. Keanggotaan koperasi dicatat dalam Buku Daftar Anggota dan diberikan Kartu Tanda Anggota. e. Dalam pengaturan mengenai kewajiban anggota , ditentukan antara lain : 1 mematuhi anggaran dasar koperasi dan anggaran rumah tangga serta keputusan lain yang telah disepakati dalam rapat anggota 2 berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi 3 mengembangkan dan memelihara kebersamaan dalam pelaksanaan organisasi dan usaha koperasi berdasarkan asas kekeluargaan 4 menanggung kerugian secara terbatas pada waktu terjadi pembubaran yaitu sebatas simpanan pokok, simpanan wajib ataupun 111 modal penyertaan yang dimiliki atau mungkin juga tidak terbatas sesuai dengan keputusan rapat anggota. f. Dalam pengaturan mengenai hak suara bagi anggota dapat pula ditentukan antara lain hak untuk: 1 menghadiri, menyatakan pendapat dan menggunakan hak suara dalam Rapat Anggota. 2 memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus dan pengawas 3 meminta diadakan rapat anggota luar biasa, yang sekurang-kurangnya disetujui oleh 10 jumlah anggota koperasi primer yang bukan anggota luar biasa atau calon anggota . Bagi koperasi sekunder rapat anggota luar biasa dapat diadakan atas permintaan sekurang-kurangnya 50 dari jumlah anggota. 4 mengemukakan pendapat, atau saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta. 112 5 memanfaatkan koperasi dan mendapatkan pelayanan 6 memperoleh pembagian sisa hasil usaha sesuai jasa atau transaksi 7 mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi g. Pengaturan tentang berakhirnya keanggotaan koperasi dapat ditetapkan berdasarkan alasan : 1 Meninggal dunia, atau 2 Berhenti atas permintaan sendiri, atau 3 Diberhentikan pengurus karena : - Melanggar ketentuan atau - Tidak memenuhi kewajiban - Melanggar peraturan perundang- undangan dan keputusan rapat anggota - Melakukan tindak pidana - Mencemarkan nama baik koperasi 4 Anggota yang berhenti sesuai angka 3 dicoret dari Buku Daftar Anggota dan keanggotaannya hapus sejak tanggal pencoretan. 113 5 Anggota yang berhenti, wajib segera menyelesaikan hutang piutangnya dan tidak dibenarkan lagi hadir atau memberikan suaranya dalam Rapat Anggota h. Ketentuan mengenai rapat anggota Hal-hal yang harus diatur dalam ketentuan mengenai Rapat Anggota adalah hal-hal sebagai berikut : 1 Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi Koperasi 2 Dalam Rapat Anggota setiap anggota mempunyai hak suara yang sama yaitu satu anggota satu suara. 3 Rapat Anggota diadakan sekurang- kurangnya satu kali dalam satu tahun. 4 Sahnya Rapat Anggota dan sahnya keputusan Rapat Anggota ditentukan oleh quorum yang ditentukan oleh Rapat Anggota. Besarnya jumlah quorum tersebut harus dicantumkan dalam Anggaran Dasar Koperasi yang 114 bersangkutan, sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. 5 Dalam hal Rapat Anggota tidak dapat dilaksanakan karena tidak memenuhi quorum yang ditetapkan, maka dapat ditetapkan bahwa Rapat Anggota tersebut ditunda yang batas waktunya juga ditetapkan oleh Rapat Anggota. 6 Keputusan dalam Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam hal mufakat tidak dapat tercapai, maka keputusan diambil berdasar suara terbanyak dari jumlah anggota yang hadir. 7 Pengaturan Rapat Anggota antara lain mengenai tugas, fungsi dan wewenang Rapat Anggota tahunan antara lain menetapkan : a. rencana kerja rencana pendapatan dan belanja koperasi, serta pengesahan laporan keuangan. b kewenangan pengesahan pertanggung jawaban pengurus dan 115 pengawas dalam pelaksanaan tugasnya. c. kewenangan pembagian SHU 8 Semua keputusan Rapat Anggota harus dibuat dalam Berita Acara Keputusan Rapat Anggota dan disahkan oleh Rapat Anggota. i. Ketentuan mengenai pengurus Pengurus mempunyai peran yang strategis dalam manajemen koperasi dan tanggung jawab dalam menjalankan organisasi dan usaha koperasi sesuai mandat yang diberikan oleh Rapat Anggota, dengan pengaturan : 1 Pengurus dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota 2 Cara pemilihan pengurus dilakukan secara demokratis. 3 Persayaratan menjadi pengurus ditentukan oleh kemampuan, kejujuran, pengalaman kerja, dan berdedikasi tinggi. 4 Perlu ditetapkan tentang jangka waktu jabatan kepengurusan. 116 5 Perlu ditentukan jumlah dan susunan pengurus 6 Susunan anggota pengurus dicantumkan dalam buku daftar pengurus dan ditandatangani oleh masing-masing pengurus. 7 Tugas pengurus adalah mengorganisasikan koperasi dan usahanya 8 Wewenang pengurus antara lain : - Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan - Melakukan kegiatan usaha dalam upaya peningkatan dan pemanfaatan koperasi 9 Pengurus dapat mengangkat pengelola untuk kemajuan koperasinya j. Ketentuan mengenai pengawas 1 Persyaratan untuk menjadi pengawas antara lain menyebutkan mengenai kemampuan, kejujuran, pengalaman kerja, dedikasi tinggi dan telah menjadi anggota koperasi paling sedikit beberapa tahun dan sebagainya; 117 2 Masa jabatan pengawas diatur agar masa jabatan seluruh anggota pengawas tidak berakhir pada waktu yang bersamaan; 3 Perlu ditentukan pula penetapan periode jabatan pengawas untuk dapat dipilih kembali; 4 Perlu ditentukan pula mengenai pengisian jabatan pengawas yang lowong karena diberhentikan, meninggal dunia atau mengundurkan diri sebelum masa jabatannya berakhir; 5 Susunan anggota pengawas dicantumkan dalam, buku daftar pengawas dan ditanda tangani oleh masing – masing anggota pengawas; 6 Tugas dan kewajiban anggota pengawas harus jelas dicantumkan, sehingga kewenangan dan tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan jelas; 7 Tugas pengawas antara lain : a Mengelola pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi; 118 b Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan. 8 Pengawas berwenang : a Meneliti catatan yang ada pada koperasi; b Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. 9 Pengawas wajib merahasiakan hasil pengawasan pada pihak ketiga; 10 Apabila diperlukan dan sesuai dengan tingkat perkembangan koperasi dapat ditetapkan adanya kewajiban audit yang dapat dilakukan dengan jasa akuntan publik untuk keperluan laporan keuangan koperasi; 11 Dalam hal koperasi tidak mengangkat pengawas, maka fungsi pengawas dilakukan oleh pengurus. k. Ketentuan mengenai permodalan Modal koperasi mempunyai kedudukan yang sangat menentukan dalam menjalankan organisasi dan usahanya. Oleh karena itu sebagai badan usaha, status modal 119 koperasi harus jelas yaitu adanya equiti yang merupakan modal sendiri dan modal pinjaman. Dalam pengaturan permodalan perlu ditetapkan hal – hal antara lain sebagai berikut: 1 Sesuai dengan kegiatan usaha yang akan dijalankan oleh koperasi, maka besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Anggota; 2 Cara pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib; 3 Setelah simpanan pokok dan simpanan wajib dapat ditetapkan pula adanya ketentuan mengenai modal penyertaan dan obligasi oleh koperasi; 4 Ketentuan mengenai batas pinjaman yang dilakukan oleh Pengurus atau pengelola atau Rapat Anggota; 5 Setiap unit usaha harus memiliki modal kerja tersendiri, apabila terdapat kelebihan kapasitas modal dapat dialokasikan pada 120 kegiatan-kegiatan usaha produktif lainnya sesuai dengan kebutuhan anggota dan non anggota. l. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya koperasi 1 Pada dasarnya jangka waktu berdirinya koperasi tidak ditentukan batas waktunya, namun penetapan jangka waktu dalam Anggaran Dasar diperlukan dalam rangka menunjukan keberadaan koperasi dalam kehidupan ekonomi sehari-hari, oleh karena itu perlu dicantumkan ketentuan “tidak terbatas” atau terbatas yang merupakan jangka waktunya; 2 Dalam hal jangka waktu sebagaimana ditetapkan telah berakhir maka pengurus wajib mengajukan permohonan perpanjangan atau pembubaran diri atas nama Rapat Anggota. m. Ketentuan mengenai Sisa Hasil Usaha 1 Sebagai badan usaha, pendapatan hasil usaha sangat menentukan besar kecilnya sisa hasil usaha; 121 2 Pembagian dan penggunaan sisa hasil usaha diatur berdasarkan keputusan Rapat Anggota; 3 Bagian sisa hasil usaha yang diperuntukan kepada anggota dapat disimpan dalam bentuk simpanan anggota yang bersangkutan atau dapat diberikan langsung kepada anggota. n. Ketentuan mengenai sanksi 1 Pengaturan mengenai sanksi diperlukan untuk menegakkan disiplin organisasi dan menjamin kepastian pelaksanaan organisasi dan usaha koperasi; 2 Pengaturan sanksi sebagaimana dimaksud angka 14 huruf a antara lain berupa : a Sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban oleh anggota, pengurus, pengawas, dan pengelola; b Sanksi terhadap pelanggaran atas penyalahgunaan wewenang dan tugas yang telah dibebankan kepada Pengurus, Pengawas dan Pengelola Koperasi; 122 c Sanksi terhadap kesengajaan dan atau kelalaian yang dilakukan oleh Pengurus, Pengawas dan Pengelola Koperasi yang menimbulkan kerugian Koperasi. d Pelaksanaan sanksi antara lain, berupa teguran baik lesan maupun tertulis, pemberhentian sementara, pemecatan, ganti rugi yang diajukan dimuka pengadilan baik didalam perkara pidana maupun perdata. o. Ketentuan mengenai pembubaran 1 Pengaturan mengenai pembubaran dapat dilakukan atas keputusan Rapat Anggota atau Pemerintah berdasarkan alasan yang sah; 2 Ketentuan pembubaran oleh Rapat Anggota Koperasi, diatur antara lain : a Alasan pembubaran dengan memperhatikan kepentingan pihak lain, agar haknya tidak dirugikan; b Alasan sehubungan dengan jangka waktu berdirinya telah berakhir; 123 c Ketentuan penyelesaian pembubaran oleh suatu Tim Penyelesaian yang dibentuk oleh Rapat Anggota; d Ketentuan mengenai hak, wewenang dan kewajiban Tim Penyelesai yaitu : 1 melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama “Koperasi dalam penyelesaian”; 2 mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan; 3 memanggil pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu yang diperlukan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama; 4 memperoleh, memeriksa dan menggunakan segala catatan dan arsip koperasi; 5 menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang didahulukan dari pembayaran hutang lainnya; 124 6 menggunakan sisa kekayaan koperasi untuk penyelesaian sisa kewajiban koperasi; 7 membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota; 8 membuat Berita Acara Penyelesaian. e Ketentuan mengenai kewajiban Pengurus untuk menyampaikan pembubaran kepada Pemerintah; f Ketentuan mengenai tanggungan anggota, apabila koperasi menanggung kerugian maka koperasi tersebut dibubarkan, mengenai penyelesaian hutang piutang menjadi tanggungan anggota. p. Ketentuan mengenai perubahan anggaran dasar 1 Perubahan Anggaran Dasar dilaksanakan apabila diperlukan sesuai dengan perkembangan koperasi yang bersangkutan; 125 2 Ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar antara lain, memuat : a alasan diadakan perubahan anggaan dasar; b quorum sahnya Rapat Anggota dan quorum sahnya keputusan Rapat Perubahan Anggaran Dasar. q. Ketentuan mengenai Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan khusus 1 Anggaran Dasar Koperasi pada dasarnya hanya memuat ketentuan pokok, sedangkan penjelasan atau penjabaran lebih lanjut dapat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ART dan atau peraturan khusus; 2 Ketentuan tentang ART dan peraturan khusus antara lain memuat: a Penjabaran lebih lanjut ketentuan dalam anggaan dasar koperasi; b Pengaturan lebih lanjut hal-hal yang telah ditetapkan dalam Anggaan Dasar Koperasi 126 3 Pengaturan lain yang dianggap lebih perlu dan belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar. r. Ketentuan mengenai pengelolaan usaha 1 Pada dasarnya pengelolaan usaha koperasi dilakukan oleh Pengurus sebagai eksekutif tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan profesionalisme, efisiensi, efektivitas, dan pengembangan koperasi yang bersangkutan, maka tugas pengelolaan tersebut dapat didelegasikan Pengurus kepada pengelola usaha yang diangkat oleh pengurus; 2 Dalam mengatur mengenai pengelolaan usaha koperasi, baik yang dilaksanakan oleh Pengurus, maupun oleh Pengelola ditetapkan ketentuan- ketentuan antara lain tentang penyusunan rencana operasional usaha, maupun anggaran biaya usaha yang bersangkutan, mencarikan dana atau pinjaman yang dibebankan kepadanya, 127 pengangkatan dan pemberhentian tersebut secara tehnis diatur dalam Anggaran Rumah Tangga atau peraturan khusus untuk itu. 3 Melakukan pengecekan terhadap koperasi yang akan didirikan terutama yang berkaitan dengan domisili alamat, kepengurusan, usaha yang dijalankan dan keanggotaannya 4 Melakukan penilaian terhadap kelayakan koperasi 5 Mengesahkan akta pendirian koperasi oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah bila dari hasil penilaian koperasi tersebut layak untuk disahkan dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap. 6 Mencatat dalam Buku Daftar Umum Koperasi 7 Menyampaikan Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi secara langsung kepada pendiri atau kuasa pendiri. 8 Mengirimkan tembusan Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM. 9 Mengumumkan Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dalam Berita Negara Republik Indonesia melalui Kementrian Negara Koperasi dan UKM. 128 10 Menolak secara tertulis permintaan pengesahan Akta Pendirian Koperasi yang tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundangan dengan menyampaikan alasan penolakan kepada pendiri atau kuasa pendiri dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap. d. Permasalahan yang dihadapi Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dan solusinya Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 Kep.MKUKM2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi adalah : 1. Dari sisi masyarakat pemohon akta pendirian badan hukum koperasi , permasalahan yang dihadapi adalah : a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang berhubungan dengan perkoperasian menyebabkan lambatnya proses pendirian koperasi, solusi yang dapat dilakukan atas permasalahan tersebut adalah diadakannya sosialisasi secara terus-menerus melalui kegiatan – kegiatan di tingkat RT, RW, maupun melalui pelatihan perkoperasian di UPTD Balai Latihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dengan dukungan dana APBD Propinsi maupun kabupaten kota. 129 b. Biaya Notaris yang relatif tinggi dan tidak ada keseragaman tarif menyebabkan masyarakat enggan untuk membuat akta dihadapan Notaris, solusi yang sudah dilakukan adalah dikeluarkannya surat Kepala Dinas Pelayanan Koperasi Nomor : 5181902006, tanggal 20 Mei 2006 perihal himbauan kepada para Notaris Pembuat Akta Koperasi tentang biaya maksimal pembuatan akta-akta koperasi paling tinggi Rp 1.500.000,-, yang mana jumlah tersebut masih dianggap mahal oleh masyarakat. c. Adanya anggapan di masyarakat bahwa berhubungan dengan hal-hal yang berbau hukum akan selalu menyulitkan mereka, sehingga masyarakat yang akan mendirikan koperasi yang mayoritas dari kalangan menengah kebawah enggan untuk memproses badan hukum yang mengakibatkan kelompok mereka tidak mempunyai landasan hukum yang pasti. Solusi yang selama ini telah dilakukan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah adalah dengan diadakannya pelatihan perkoperasian melalui UPTD Balai Latihan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Tengah. 2. Akta yang dibuat Notaris salah Berdasarkan hasil wawancara dengan Notaris Elizabeth Estiningsih SH., Notaris di Kota Semarang pada tanggal 10 Desember 2008 menyatakan bahwa Notaris belum mendapatkan 130 pembekalan mengenai perkoperasian secara mendalam, sehingga belum memahami jati diri dan aspek-aspek perkoperasian , pembekalan yang pernah diberikan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI hanya 1 satu kali dan memakan waktu hanya satu hari sehingga hanya sedikit pengetahuan perkoperasian yang dapat dipahami. Solusi yang selama ini dilakukan oleh yang bersangkutan adalah dengan mengkoordinasikan dan mengirim terlebih dahulu draft atau konsep akta notaris yang dibuat atas permintaan masyarakat pemohon akta koperasi sehingga dapat dilakukan penyesuaian- penyesuaian terhadap konsep sebelum akta ditanda tangani oleh Notaris dan dimintakan pengesahan kepada Pejabat Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah untuk memastikan apakah isi akta yang dibuat tidak bertentangan dengan isi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan . Dengan dikoordinasikan terlebih dahulu dapat meminimalkan kesalahan Notaris dalam penyususnan akta perkoperasian. Dalam hal koordinasi Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada Notaris untuk mengadakan koordinasi dan tukar pendapat sehingga tercapai kesepahaman. Sedangkan menurut Kasubag Hukum dan Kelembagaan Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM 131 Provinsi Jawa Tengah untuk meningkatkan pengetahuan Notaris dalam bidang perkoperasian, pada Tahun Anggaran 2007 diadakan pembekalan tambahan selama 2 hari dengan narasumber Deputy Bidang Kelembagaan Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI kepada 732 Notaris yang tersebar di seluruh Jawa Tengah dengan sumber dana dari APBN Tahun Anggaran 2007. Sedangkan dalam rangka menjalin koordinasi dengan para Notaris pada Tahun Anggaaran 2007 dilakukan rapat berkala setahun 2 dua kali dengan dukungan dana APBD untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. 2. Banyak Notaris yang telah mengikuti pembekalan perkopersian dari Kementrian Koperasi yang tidak berwenang dan berhak untuk membuat akta- akta koperasi karena yang bersangkutan belum mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi.Solusi yang sudah dilakukan adalah dengan diadakannya sosialisasi tentang peran Notaris dalam pembuatan akta-akta koperasi sekaligus himbauan untuk segera mengajukan permohonan penetapan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi. Sedangkan informasi yang didapat dari Notaris Sunarto, SH bahwa yang bersangkutan tidak mau memproses akta pendirian 132 koperasi, dengan alasan bahwa Notaris yang bersangkutan belum memahami benar apa materi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sehingga takut salah dalam menyusun akta autentik. Solusi yang telah dilakukan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah selama ini adalah dengan memberikan kesempatan seluas- luasnya kepada para Notaris untuk mengadakan koordinasi dan tukar pendapat dengan Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa tengah dalam hal penyususnan akta Notaris sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. e.

B. Pembahasan