6
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Endometriosis .
Endometriosis didefinisikan susunan jaringan sel-sel kelenjar dan stroma abnormal mirip endometrium endometrium
– like tissue yang tumbuh di sisi luar kavum uterus dan memicu reaksi
peradangan menahun.
2
2.1.1. EpidemiologiEndometriosis .
Endometriosis merupakan penyakit progresif ginekologi yang sering ditemukan.Endometriosis merupakan penyakit yang jinak
akan tetapi endometriosis memiliki karakteristik keganasan seperti morfologi yang abnormal, invasi selular, dan neoangiogenesis.
Endometriosis juga berpengaruh dengan infertilitas dan tidak dapat diobati yang didiagnosis pada 68 pasien yang menderita
infertilitas.
3
Endometriosis merupakan penyakit yang sering terjadi yaitu sekitar 5 - 10 dari wanita usia reproduktif dan 60-80 dari wanita
infertil atau wanita dengan nyeri pelvis. Dengan usia rata- rata 25 hingga 30 tahun. Banyak sekali penderita endometriosis yang tak
bergejala, sehingga tidak waspada akan keadaannya. Meski endometriosis sering terkait dengan infertilitas, tetapi banyak pula
Universitas Sumatera Utara
7 penderita endometriosis mencapai kehamilan tanpa penanganan,
sehingga penyakit itu tidak sempat terdiagnosis.
3
2.1.2. Etiologi dan Patogenesis Endometriosis .
Insidensi endometriosis
meningkat dengan
adanya penundaan kehamilan, riwayat penyakit yang sama di keluarga,
penurunan insidensi pada penggunaan kontrasepsi oral, dan paparan terhadap toksin tertentu seperti dioksin.
7
Adhesi sel eksfoliata ke permukaan peritoneal akan menyebabkan pertumbuhan endometriosis. Sejumlah protein adhesif
dan proteoglikan terlibat dalam proses ini.Sejumlah penelitian membuktikan bahwa darah menstruasi mengandung zat yang dapat
mengubah morfologi mesotelium peritoneal menjadi tempat adesi di sel peritoneal. Setelah itu, sel eksfoliataakan berproliferasi dan
menginvasi jaringan peritoneal. Perkembangan endometriosis akan didukung dengan proses vaskularisasi.
8,9
Penyebab dan patofisiologi terjadinya endometriosis masih belum pasti. Beberapa hipotesa dibuat oleh para peneliti, yaitu:
1. Teori CoelomicMetaplasia .
Pada awalnya teori ini diungkapkan oleh Mayer.Diketahui bahwa peritoneum pelvis, epitel germinal dari ovarium, dan
duktus mullerian berasal dari epitelium coelomic.Berdasarkan hipotesis
Mayer, endometriosis timbul akibat pengaruh
Universitas Sumatera Utara
8 transformasi bergantung hormon dari sel yang berjalan antara
peritoneum ke mullerian.Mayer juga menyatakan adanya infeksi atau stimulus lainnya dapat menyebabkan metaplasia dan
menyebabkan endometrioisis di pelvis. Hipotesis ini semakin diperkuat dengan adanya penemuan endometriosis pada wanita
prepubertas, wanita dengan ameorea primer, dan kasus endometriosis yang jauh misalnya pada rongga pleura.
10,11
2. Teori Induksi .
Teori ini merupakan kelanjutan dari teori metaplasia yangmenyatakan faktor imunologi atau substansia biokemikal
endogen dapat menginduksi sel undiferensiasi menjadi sel diferensiasi pada jaringan endometrium. Teori ini dikemukakan
oleh Levander dan Normann yang menanamkan potongan dinding uterus yang diambil dari kelinci yang hamil ke jaringan
subkutan kelinci betina berusia 2 bulan dan kemudian distimulasi dengan gonadotropin.
10,11
3. Teori penyebaran darah dan limfe .
Endometriosis pada daerahnya yang jauh seperti pleura, umbilikus, rongga retroperitoneal dan ekstremitas bawah sering
dihubungkan dengan penyebaran melalui darah. Endometriosis pada vagina dan serviks berhubungan dengan penyebaran
melalui saluran limfe.
10,11
Universitas Sumatera Utara
9
4. Teori Dmowski .
Teori ini menyatakan wanita dengan defisit sel imun terutama
reduksi limfosit
T cenderung
menderita endometriosis.
10,11
5.Teori Menstruasi Retrograde .
Teori ini menyatakan bahwa darah menstrusi pada saat haid masuk kedalam kavum peritoneum melalui tuba akibat kontraksi
yang tidak adekuat. Potongan endometrium tersebut kemudian mengimplantasikan dalam mesotelium.Teori ini tidak dapat
mejelaskan endometriosis letak jauh.
10,11
Teori yang paling luas diterima pada saat ini adalah teori implantasi yang diusulkan oleh Sampson pada pertengahan tahun 1920-
an yang dapat menjelaskan mekanisme yang logis untuk terjadinya kebanyakan lesi endometriosis tetapi tidak dapat menjelaskan mengapa
endometriosis terjadi pada sebagian kecil wanita tetapi tidak terjadi pada kebanyakan wanita. Kebanyakan wanita mengalami menstruasi retrograde
76-90 ke dalam kavum peritoneum tetapi endometriosis terjadi hanya 5-10 saja
3
. Oleh karena itu, perkembangan endometriosis kemungkinan tidak hanya melibatkan menstruasi retrograd tetapi
melibatkan faktor-faktor lain pada tingkat molekuler yaitu defek genetik atau sistem imun atau kedua seperti adesi dan invasi sel-sel endometrium,
proliferasi, angiogenesis dan lepasnya dari pengawasan sistem imun.
Universitas Sumatera Utara
10 Lebih lanjut predisposisi genetik tampaknya terlibat dalam patogenesis
endometriosis .
43
Gambar 1.Patofisiologi Endometriosis
4
2.1.3. Klasifikasi Endometriosis .
Klasifikasi berdasarkan American Society of Reproductive Medicine ASRM pada endometriosis dibagi menjadi 4 tahap yaitu
tahap pertama atau minimal, tahap kedua atau ringan, tahap ketiga atau sedang, dan tahap keempat atau berat. Tahap ini didasarkan
pada lokasi, luas dan kedalaman invasi endometriosis, ada tidaknya serta keparahan adhesi endometrium dan ada tidaknya
serta ukuran endometrioma ovarium.
12,13
Universitas Sumatera Utara
11 Pada umumnya wanita dengan endometriosis minimal maupun
ringan akan beradhesi ringan dan implantasi yang superfisial. Endometriosis sedang dan berat dengan karakteristik kista coklat dan
adhesi yang berat. Klasifikasi endometriosis tidak berhubungan dengan gejala yang timbul.
12,13
Gambar 2 . Klasifikasi Endometriosis .
12
Universitas Sumatera Utara
12 Klasifikasi yang dianjurkan oleh American Fertility Society AFS
adalah:
Gambar 3. Lembaran Klasifikasi Endometriosis berdasarkan Klasifikasi American Society for Reproductive Medicine
Universitas Sumatera Utara
13 Berdasarkan hasil laparoskopi diagnostik didapatkan jumlah skor:
1 Stadium I minimal : 1
– 5 2 Stadium II mild
: 6 – 15
3 Stadium III moderate : 16 – 20
4 Stadium IV servere : bila berkisar 40.
12,13
Gambar 4.Lesi Peritoneum Endometriosis.
4
2.1.4. Diagnosis Endometriosis .