7 penderita  endometriosis  mencapai  kehamilan  tanpa  penanganan,
sehingga penyakit itu tidak sempat terdiagnosis.
3
2.1.2. Etiologi dan Patogenesis Endometriosis .
Insidensi endometriosis
meningkat dengan
adanya penundaan  kehamilan,  riwayat  penyakit  yang  sama  di  keluarga,
penurunan  insidensi  pada  penggunaan  kontrasepsi  oral,  dan paparan terhadap toksin tertentu seperti dioksin.
7
Adhesi  sel  eksfoliata  ke  permukaan  peritoneal  akan menyebabkan pertumbuhan endometriosis. Sejumlah protein adhesif
dan  proteoglikan  terlibat  dalam  proses  ini.Sejumlah  penelitian membuktikan bahwa darah  menstruasi mengandung  zat  yang dapat
mengubah  morfologi  mesotelium  peritoneal  menjadi  tempat  adesi  di sel  peritoneal.  Setelah  itu,  sel  eksfoliataakan  berproliferasi  dan
menginvasi  jaringan  peritoneal.  Perkembangan  endometriosis  akan didukung dengan proses vaskularisasi.
8,9
Penyebab  dan  patofisiologi  terjadinya  endometriosis  masih belum pasti. Beberapa hipotesa dibuat oleh para peneliti, yaitu:
1. Teori CoelomicMetaplasia .
Pada  awalnya  teori  ini  diungkapkan  oleh  Mayer.Diketahui bahwa  peritoneum  pelvis,  epitel  germinal  dari  ovarium,  dan
duktus  mullerian  berasal  dari  epitelium  coelomic.Berdasarkan hipotesis
Mayer,  endometriosis timbul  akibat  pengaruh
Universitas Sumatera Utara
8 transformasi  bergantung  hormon  dari  sel  yang  berjalan  antara
peritoneum  ke  mullerian.Mayer  juga  menyatakan  adanya  infeksi atau  stimulus  lainnya  dapat  menyebabkan  metaplasia  dan
menyebabkan  endometrioisis  di  pelvis.  Hipotesis  ini  semakin diperkuat dengan adanya penemuan endometriosis pada wanita
prepubertas,  wanita  dengan  ameorea  primer,  dan  kasus endometriosis yang jauh misalnya pada rongga pleura.
10,11
2. Teori Induksi .
Teori  ini  merupakan  kelanjutan  dari  teori  metaplasia yangmenyatakan  faktor  imunologi  atau  substansia  biokemikal
endogen  dapat  menginduksi  sel  undiferensiasi  menjadi  sel diferensiasi  pada  jaringan  endometrium.  Teori  ini  dikemukakan
oleh  Levander  dan  Normann  yang  menanamkan  potongan dinding  uterus  yang  diambil  dari  kelinci  yang  hamil  ke  jaringan
subkutan kelinci betina berusia 2 bulan dan kemudian distimulasi dengan gonadotropin.
10,11
3. Teori penyebaran darah dan limfe .
Endometriosis  pada  daerahnya  yang  jauh  seperti  pleura, umbilikus,  rongga  retroperitoneal  dan  ekstremitas  bawah  sering
dihubungkan  dengan  penyebaran  melalui  darah.  Endometriosis pada  vagina  dan  serviks  berhubungan  dengan  penyebaran
melalui saluran limfe.
10,11
Universitas Sumatera Utara
9
4. Teori Dmowski .
Teori  ini  menyatakan  wanita  dengan  defisit  sel  imun terutama
reduksi limfosit
T cenderung
menderita endometriosis.
10,11
5.Teori Menstruasi Retrograde .
Teori ini menyatakan bahwa darah menstrusi pada saat haid masuk kedalam kavum peritoneum melalui tuba akibat kontraksi
yang  tidak  adekuat.  Potongan  endometrium  tersebut  kemudian mengimplantasikan  dalam  mesotelium.Teori  ini  tidak  dapat
mejelaskan endometriosis letak jauh.
10,11
Teori  yang  paling  luas  diterima  pada  saat  ini  adalah  teori implantasi  yang  diusulkan  oleh  Sampson  pada  pertengahan  tahun  1920-
an  yang  dapat  menjelaskan  mekanisme  yang  logis  untuk  terjadinya kebanyakan  lesi  endometriosis  tetapi  tidak  dapat  menjelaskan  mengapa
endometriosis  terjadi  pada  sebagian  kecil  wanita  tetapi  tidak  terjadi  pada kebanyakan wanita. Kebanyakan wanita mengalami menstruasi retrograde
76-90  ke  dalam  kavum  peritoneum  tetapi  endometriosis  terjadi  hanya 5-10  saja
3
.  Oleh  karena  itu,    perkembangan  endometriosis kemungkinan  tidak  hanya  melibatkan  menstruasi  retrograd  tetapi
melibatkan  faktor-faktor  lain  pada  tingkat  molekuler  yaitu  defek  genetik atau sistem imun atau kedua seperti adesi dan invasi sel-sel endometrium,
proliferasi,  angiogenesis  dan  lepasnya  dari  pengawasan  sistem  imun.
Universitas Sumatera Utara
10 Lebih  lanjut  predisposisi  genetik  tampaknya  terlibat    dalam  patogenesis
endometriosis .
43
Gambar 1.Patofisiologi Endometriosis
4
2.1.3. Klasifikasi Endometriosis .