I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Megophrys montana merupakan salah satu jenis katak yang terdapat di Indonesia dengan penyebaran yang masih belum banyak diketahui. Sejauh ini
penyebaran katak tersebut hanya diketahui di Pulau Jawa, sedangkan untuk di luar Pulau Jawa hanya tercatat dari Sumatera Barat, tetapi identitasnya masih
dipertanyakan Iskandar 1988. Pergerakan adalah suatu strategi dari individu ataupun populasi untuk
menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup dan berkembang biak secara normal Alikodra 2002. A
rah pergerakan untuk amfibi dipengaruhi oleh kondisi habitat Duellman dan Trueb 1986.
Penelitian mengenai pergerakan amfibi telah banyak dilakukan, namun hampir semuanya dilaporkan di luar negeri, diantaranya adalah Martof 1953;
Dole 1965; Bheskove dan Jameson 1980; Daugherty dan Sheldon 1982; Pope dan Matthews 1999; Lemckert dan Brassil 2000; Schwarzkopf dan Alford
2002; Roznik et al 2009. Pada umumnya penelitian tersebut merupakan katak yang memiliki habitat akuatik dan terestrial.
Penelitian tentang katak terestrial sendiri dilakukan oleh
Dole 1965; Daugherty dan Sheldon 1982; Schwarzkopf dan Alford 2002, Lemckert dan Brassil 2000 dan Roznik et al 2009.
Penelitian mengenai pergerakan katak di Indonesia sangat sedikit, dimana tercatat hanya dua yang dilakukan di Indonesia yaitu oleh Sholihat 2007 mengenai
Pola Pergerakan Harian dan Penggunaan Ruang Katak Pohon Bergaris Polypedates
leucomystax di Kampus IPB Darmaga dan yang terbaru Muliya 2010 mengenai Pola Pergerakan Harian dan Penggunaan Mikrohabitat Katak Pohon Jawa
Rhacophorus margaritifer di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango .
Penelitian-penelitian pergerakan amfibi di luar negeri pada umumnya menggunakan peralatan canggih, salah satunya adalah radio tracking.
Namun dari berbagai penelitian di luar negeri, penelitian mengenai pergerakan amfibi dapat
dilakukan tanpa mengunakan alat radio tracking, salah satu diantaranya ialah dengan menggunakan metode tali atau spool track lihat dole 1965 mengenai
pergerakan musiman Rana pipiens dan Lemckert dan Brassil 2000 mengenai
pergerakan M iterates. Lemckert dan Brassil 2000 juga mendapatkan bahwa
spool track tidak memberikan pengaruh negatif terhadap pergerakan katak. Penggunaan metode spool track oleh Lemckert dan Brassil 2000 dilakukan
karena penelitian pergerakan dengan metode radio tracking tidak menghasilkan data yang lengkap pada pergerakan malam hari.
Penelitian mengenai pergerakan amfibi di Indonesia sebelumnya Sholihat 2007 dan Muliya 2010 tidak
menggunakan radio tracking sebagai alat penelaah pergerakan tetapi menggunakan metode spool track. Salah satu alasan menggunakan spool track
dalam menelaah pergerakan katak karena alat ini lebih sederhana dan lebih murah. Hilangnya dan fragmentasi habitat saat ini merupakan ancaman paling
serius bagi hidupan liar di seluruh dunia, sehingga menjadi sangat penting untuk memahami bagaimana pola dan perubahan-perubahan yang terjadi pada bentang
alam serta tanggapan satwa terhadap perubahan alam ini Blumstein Fernandez- Juricic 2004.
Hal ini juga yang mendasari pentingnya mengetahui pola pergerakan harian katak bertanduk sehingga kelestarian katak ini di masa yang
datang akan tetap terjaga. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki daya tarik sebagai
tempat riset penelitian. Namun, penelitian tentang amfibi masih kurang di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Data mengenai amfibi di kawasan ini diawali
dengan penelitian yang dilakukan oleh Liem 1974 lalu tidak ada laporan mengenai amfibi sampai tahun 2005 Kusrini 2007.
Penelitian mengenai pola pergerakan dan penggunaan mikrohabitat M. montana belum pernah dilakukan
dan perlu dikaji mengingat informasi ekologinya dapat mendukung bagi upaya
konservasi jenis amfibi di masa datang. Dengan minimnya data mengenai amfibi di kawasan ini, bila terjadi suatu perubahan lingkungan maka dapat mengancam
konservasi jenis amfibi yang ada termasuk katak bertanduk di kawasan ini. Sebagai langkah awal dalam konservasi jenis amfibi terutama katak bertanduk
maka dilakukan penelitian ini.
1.2. Tujuan