Pergerakan Amfibi Penggunaan metode spool track dalam menelaah pola pergerakan harian katak bertanduk (Megophrys montana) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat

serangga, tetapi juga kaki seribu dan kadang- kadang kalajengking. Mereka juga tercatat memakan keong kecil Inger dan Stuebing 1997 Setiap jenis katak berkembangbiak melalui proses metamorfosa tetapi pada beberapa jenis katak dari genus Philautus dan Oreophryne yang berkembangbiak tanpa melalui proses metamorfosa Iskandar 1998. Fertilisasi pada katak serasah umumnya terjadi diluar tubuhnya dan berkembangbiak melalui proses metamorfosa Iskandar 1998. Lokasi peletakan telur umumnya sangat bervariasi, hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan antar individu. Kebanyakan katak meletakkan telurnya di air yang bersih Stebbins dan Cohen 1995. Hanya sedikit catatan mengenai perilaku kawin katak ini di alam. Oleh karena itu, katak bertanduk sering diumpamakan dengan kerabat dekatnya yaitu M. nasuta. Dalam spesies ini, katak dewasa bergerak dari hutan ke pinggiran sungai kecil dan sungai beraliran lambat untuk kawin, dimana aliran rendah sampai sedang Inger dan Stuebing 1997. Telur berada di pinggir kolam dan berudu hidup di bagian kolam yang tenang, dan dapat ditemukan di antara akar tanaman yang berada di dalam air. Berudu berbentuk ramping dan gelap dengan tanda-tanda kehitam-hitaman di ekornya Inger dan Stuebing 1997. Lokasi peletakan telur merupakan penentu keberhasilan dalam proses metamorfosa. Selain aman dari serangan predator, air yang bersih serta kandungan mineral yang sesuai merupakan kebutuhan dalam proses metamorfosa. Secara umum katak serasah merupakan satwa nokturnal yang aktif pada malam hari Duelman dan Trueb 1994. Sedangkan pada siang hari mereka bersembunyi di tempat yang lembab dengan tujuan untuk menghindari kondisi suhu yang tinggi dengan kelembaban atmosfer yang rendah Duelman dan Trueb 1994.

2.5. Pergerakan Amfibi

Menurut Turner 1962 dalam Daugherty dan Sheldon 1982 pergerakan individu suatu hewan merupakan komponen penting untuk ekologi dan evolusi spesies tersebut. Menurut Duellman dan Trueb 1986 arah pergerakan amfibi dipengaruhi oleh kondisi habitatnya. Setelah perkawinan, biasanya pergerakan amfibi berada tidak jauh dari lokasi perkawinan untuk mendapatkan makanan dan tempat berlindung dari kekeringan, pemangsa, dan kedinginan Denton dan Beebee 1993 Menurut Schwarzkof dan Alford 2002 terdapat tiga hal yang potensial dikeluarkan pada saat bergerak, yaitu 1 biaya yang dikeluarkan pada saat predator mendekat; 2 biaya yang dikeluarkan pada saat terjadinya kekeringan yang disebabkan berkurangnya air atau tidak ditemukannya shelter pada saat kekeringan; dan 3 energi yang dikeluarkan pada saat bergerak. Kondisi panas pada siang hari akan membuat katak bergerak mencari tempat yang cocok agar terhindar dari masalah kekeringan. Anura menghabiskan sebagian waktunya di sekitar badan perairan selama musim reproduksi Lemkert dan Brassil, 2000. Sedangkan menurut Duellman dan Trueb 1986 banyak jenis amfibi, terutama jenis amfibi terestrial melakukan reproduksi masih di daerah wilayah jelajahnya. Setelah perkawinan, amfibi dapat bergerak dari 10 atau 100 meter lihat Matthews and Pope 1999 sampai beberapa kilometer dari tempat berkembangbiaknya di tiap tahun Sinsch 1990 Menurut Duellman dan Trueb 1986 wilayah jelajah adalah luas area individu karena aktivitas harian yang normal. Wilayah jelajah setiap spesies berbeda tergantung tempat berlindung dan pakannya. Wilayah jelajah biasanya berupa tempat berlindung, tempat mencari makan dan pada beberapa jenis anura jantan digunakan untuk melakukan panggilan terhadap betinanya calling site. Sedangkan t eritori didefinisikan sebagai suatu daerah pertahanan yang diperluas karena lokasi atau penyerangan dengan sumberdaya yang terbatas untuk bertahan hidup atau berkembangbiak Shepard 2004. III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian