Habitat dan Penyebaran Aspek Perilaku

Tabel 1 Beberapa Ukuran SVL dan Berat M. montana dari Berbagai Penelitian No. Lokasi Jenis Kelamin SVL mm Beratg Tahun Peneliti 1. Sukamantri Jantan 45,38± 6,4 8,6±3,04 2006 Kusrini 2. Sukamantri Betina 68,39±12,7 34,10±1,13 2006 Kusrini 3. TNGGP Jantan 38,44± 2,9 5,9±0,5 2007 Kusrini 4. Cilember Jantan 39,92± 4,2 6,9±2,3 2007 Kusrini Spesimen muda katak tanduk berwarna merah bata, tetapi yang tua biasanya coklat, coklat kemerahan sampai coklat tua, dan jarang berwarna coklat kekuningan. Terdapat suatu bercak segitiga berwarna lebih gelap terdapat di belakang mata. Biasanya terdapat sepasang benjolan atau bercak gelap di belakang dekat lekukan lengan. Warna pada bagian bawah campuran antara coklat dan krem kotor Iskandar 1998.

2.3. Habitat dan Penyebaran

Katak merupakan satwaliar yang dapat dijumpai di seluruh bagian di dunia mulai dari daerah tropis sampai pada daerah padang pasir Duellman dan Trueb, 1994. Katak tersebar mulai dari daerah dataran rendah sampai daerah pegunungan Iskandar 1998. Megophrys montana biasanya terdapat di hutan dan diam tanpa bergerak di antara serasah dedaunan dan menyaru daun-daun dengan sempurna. Megophrys montana dapat ditemukan di Jawa dan kemungkinan berada di Sumatera Barat, Indonesia; terdapat catatan di Thailand tenggara sampai Sumatera, Natuna, Borneo, dan Filipina yang diduga memiliki nama yang sama dan spesies yang tidak diketahui Frost 2009. Di Jawa Barat, katak M. montana dapat ditemukan di Gunung Gede Liem 1974 dan Kusrini et al. 2005, Gunung Halimun Mumpuni 2002 dan Kurniati 2003, dan Gunung Salak Kusrini dan Fitri 2006. Katak ini hanya berada di Pulau Jawa sehingga katak ini termasuk endemik Jawa Gambar 1. Gambar 1 Peta Penyebaran Megophrys montana di Dunia. Sumber data: IUCN, Conservation International and Nature Serve 2009

2.4. Aspek Perilaku

K ebutuhan katak untuk memperoleh makanan, kawin dan tempat berlindung, menghindari pemangsa dan mempertahankan kondisi fisiologis yang memadai dapat mempengaruhi aktivitas harian amfibi Dole 1965. Selama satu hari, katak ini berlindung di bawah serasah atau batang pohon dan batu besar. Mereka bergerak lebih aktif pada malam hari. Katak bertanduk bergerak lambat dan bukan perenang yang handal Iskandar 1998. Katak ini memakan beberapa serangga, tetapi juga kaki seribu dan kadang- kadang kalajengking. Mereka juga tercatat memakan keong kecil Inger dan Stuebing 1997 Setiap jenis katak berkembangbiak melalui proses metamorfosa tetapi pada beberapa jenis katak dari genus Philautus dan Oreophryne yang berkembangbiak tanpa melalui proses metamorfosa Iskandar 1998. Fertilisasi pada katak serasah umumnya terjadi diluar tubuhnya dan berkembangbiak melalui proses metamorfosa Iskandar 1998. Lokasi peletakan telur umumnya sangat bervariasi, hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan antar individu. Kebanyakan katak meletakkan telurnya di air yang bersih Stebbins dan Cohen 1995. Hanya sedikit catatan mengenai perilaku kawin katak ini di alam. Oleh karena itu, katak bertanduk sering diumpamakan dengan kerabat dekatnya yaitu M. nasuta. Dalam spesies ini, katak dewasa bergerak dari hutan ke pinggiran sungai kecil dan sungai beraliran lambat untuk kawin, dimana aliran rendah sampai sedang Inger dan Stuebing 1997. Telur berada di pinggir kolam dan berudu hidup di bagian kolam yang tenang, dan dapat ditemukan di antara akar tanaman yang berada di dalam air. Berudu berbentuk ramping dan gelap dengan tanda-tanda kehitam-hitaman di ekornya Inger dan Stuebing 1997. Lokasi peletakan telur merupakan penentu keberhasilan dalam proses metamorfosa. Selain aman dari serangan predator, air yang bersih serta kandungan mineral yang sesuai merupakan kebutuhan dalam proses metamorfosa. Secara umum katak serasah merupakan satwa nokturnal yang aktif pada malam hari Duelman dan Trueb 1994. Sedangkan pada siang hari mereka bersembunyi di tempat yang lembab dengan tujuan untuk menghindari kondisi suhu yang tinggi dengan kelembaban atmosfer yang rendah Duelman dan Trueb 1994.

2.5. Pergerakan Amfibi