Rancangan Penerimaan Internal Rate of Return IRR

5.3.2. Rancangan Penerimaan

Rata-rata permintaan Cincau Hitam pada tahun 2015 adalah 198.900 Kgtahun. Diasumsikan kenaikan permintaan Cincau Hitam setiap tahunnya adalah sebesar 10 yaitu 19.890 kg. Sedangkan kenaikan harga jual Cincau Hitam diasumsikan naik sebesar Rp 300,- untuk setiap kilogram dalam setiap tahun. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Rancangan penerimaan Cincau Hitam dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rancangan Penerimaan Cincau Hitam Tahun Penjualan Volume kgtahun Harga Rp Total PenerimaanRp 2015 198.900 3.000 596.700.000 2016 218.790 3.300 722.007.000 2017 238.680 3.600 859.248.000 2018 258.570 3.900 1.008.423.000 2019 278.460 4.200 1.169.532.000 Dari Tabel 15 dapat dilihat rancangan penjualan Cincau Hitam untuk ke depannya bahwa total penerimaan setiap tahun akan mengalami peningkatan. Penerimaan dapat diperoleh dari jumlah produksi dikalikan dengan harga masing-masing Cincau Hitam. Dari hasil penerimaan Cincau Hitam tersebut akan diperoleh pendapatan. 5.3.3. Rancangan Pengeluaran Biaya 5.3.3.1. Rancangan Biaya Bahan Baku Bahan baku untuk agroindustri Cincau Hitam terdiri dari beras daun cincau hitam dan tepung tapioka. Kenaikan harga bahan baku dan penggunaan bahan baku Cincau Hitam setiap tahunnya diasumsikan sebesar 10. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Rancangan pengeluaran biaya bahan baku Cincau Hitam selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-Rata Rancangan Total Biaya Produksi Usaha Agroindustri Cincau Hitam Tahun Total Biaya Rp 2015 296.400.000 2016 326.040.000 2017 358.644.000 2018 394.508.400 2019 433.959.240 Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya produksi yang harus dikeluarkan pengusaha Cincau Hitam untuk memproduksi Cincau Hitam tersebut mengalami peningkatan setiap tahun. Semakin tinggi harga bahan baku pembuatan Cincau Hitam maka semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan untuk total biaya produksi Cincau Hitam tersebut.

5.3.3.2. Rancangan Biaya Operasional

Biaya operasional pada usaha agroindustri Cincau Hitam berupa biaya dari air dan listrik, kayu bakar dan bensin. Biaya operasional diasumsikan naik 2 setiap tahunnya. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Jumlah biaya operasional selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Rata-Rata Rancangan Biaya Operasional Usaha Agroindustri Cincau Hitam Tahun Biaya Rp 2015 25.005.000 2016 25.505.100 2017 26.015.202 2018 26.535.506 2019 27.066.216 Dari tabel 17 dapat diketahui bahwa rata-rata rancangan biaya operasional usaha agroindustri Cincau Hitam mengalami peningkatan setiap tahun. Semakin tinggi harga biaya air dan listrik, kayu bakar dan bensin untuk agroindustri Cincau Hitam maka semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan untuk total biaya operasionalnya.

5.3.3.3. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja dalam usaha agroindustri Cincau Hitam berupa upah pengolahan dan upah pengangkutanpenjualan. Biaya tenaga kerja diasumsikan naik sebesar 5 setiap tahun. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Rancangan biaya tenaga kerja selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Rata-Rata Rancangan Biaya Tenaga Kerja Usaha Agroindustri Cincau Hitam Tahun Biayabulan Rp Biayatahun Rp 2015 4.875.000 58.500.000 2016 5.118.750 61.425.000 2017 5.374.687,5 64.496.250 2018 5.643.422 67.721.064 2019 5.925.593 71.107.116 Dari Tabel 18 dapat dilihat rata-rata rancangan biaya tenaga kerja ataupun upah tenaga kerja dalam per bulan dan per tahun pada usaha agroindustri Cincau Hitam akan mengalami peningkatan setiap tahun.

5.3.3.4 Rancangan Biaya Penyusutan

Biaya Penyusutan diasumsikan tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan. Hal ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Rancangan biaya penyusutan selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rata-Rata Rancangan Biaya Penyusutan Usaha Agroindustri Cincau Hitam Tahun Biayabulan Rp Biayatahun Rp 2015 1.676.200 20.114.400 2016 1.676.200 20.114.400 2017 1.676.200 20.114.400 2018 1.676.200 20.114.400 2019 1.676.200 20.114.400 Dari Tabel 19 dapat dilihat rata-rata rancangan biaya penyusutan dalam per bulan dan per tahun pada usaha agroindustri Cincau Hitam tidak akan mengalami peningkatan ataupun penurunan setiap tahun. Hal ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. 5.4. Analisis Studi Kelayakan Usaha 5.4.1. Net Present Value NPV Net Present Value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek layak atau tidak. Perhitungan Net Present Value merupakan Net Benefit yang telah didiskon dengan menggunakan discount factor DF. Tabel 20. Net Present Value NPV Usaha Agroindustri Cincau Hitam Tahun Cost Benefit Net Benefit Discount Factor 7,5 Present Value 70.427.989 0 -70.427.989 1 -70.427.989,00 1 400.019.400 596.700.000 196.680.600 0,93 182.912.958,00 2 433.084.500 722,007,000 288.922.500 0,86 248.473.350,00 3 469.269.852 859,248,000 389.978.148 0,8 311.982.518,40 4 508.879.370 1,008,423,000 499.543.630 0,74 369.662.286,20 5 552.246.972 1,169,532,000 617.285.028 0,69 425.926.669,32 NPV 1.468.529.792,92 Sumber : Diolah dari Lampiran 5 Dari Tabel 20 nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 1.468.529.792,92. Nilai NPV tersebut 0 yang artinya usaha agroindustri Cincau Hitam dinyatakan layak untuk diusahakan. Hal ini berarti usaha agroindustri Cincau Hitam akan menguntungkan sampai 5 tahun kedepan.

5.4.2. Internal Rate of Return IRR

Internal Rate of Return IRR digunakan untuk melihat kemampuan usaha agroindustri Cincau Hitam untuk dikembangkan. Nilai IRR untuk usaha agroindustri Cincau Hitam dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Internal Rate of Return IRR Usaha Agroindustri Cincau Hitam Tahun Net Benefit Discount Factor 7,5 Present Value Discount Factor 12 Present Value -70.427.989 1 -70.427.989,00 1 -70.427.989,0 1 196.680.600 0,93 182.912.958,00 0,89 175.045.734,0 2 288.922.500 0,86 248.473.350,00 0,79 228.248.775,0 3 389.978.148 0,8 311.982.518,40 0,71 276.884.485,1 4 499.543.630 0,74 369.662.286,20 0,63 314.712.486,9 5 617.285.028 0,69 425.926.669,32 0,56 345.679.615,7 IRR 1.468.529.792,92 1.270.143.108,0 Sumber : Diolah dari Lampiran 6 IRR = 0,075 + 1.468.529.792,92 1.468.529.792,92 – 1.270.143.108,0 0,12 – 0,075 = 0,075 + 7,40 x 0,045 = 0,408 = 40,8 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai IRR usaha agroindustri Cincau Hitam sebesar 40,8. Tingkat suku bunga Bank yang yang digunakan adalah sebesar 7,5. Suku bunga bank 7,5 merupakan suku bunga yang berlaku di Indonesia yang diperoleh dari Bank Indonesia per tanggal 17 Februari tahun 2015. Sedangkan 12 merupakan suku bunga pembanding. Maka dapat disimpulkan IRR tingkat bunga yang berlaku yang artinya usaha agroindustri Cincau Hitam telah menguntungkan untuk diusahakan.

5.4.3. Net Benefit Cost Ratio Net BC