5.3.3.2. Rancangan Biaya Operasional
Biaya operasional pada usaha agroindustri Cincau Hitam berupa biaya dari air dan listrik, kayu bakar dan bensin. Biaya operasional diasumsikan naik 2 setiap
tahunnya. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Jumlah biaya operasional selama
5 tahun dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rata-Rata Rancangan Biaya Operasional Usaha Agroindustri Cincau Hitam
Tahun Biaya Rp
2015 25.005.000
2016 25.505.100
2017 26.015.202
2018 26.535.506
2019 27.066.216
Dari tabel 17 dapat diketahui bahwa rata-rata rancangan biaya operasional usaha agroindustri Cincau Hitam mengalami peningkatan setiap tahun. Semakin tinggi
harga biaya air dan listrik, kayu bakar dan bensin untuk agroindustri Cincau Hitam maka semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan untuk total biaya
operasionalnya.
5.3.3.3. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja dalam usaha agroindustri Cincau Hitam berupa upah pengolahan dan upah pengangkutanpenjualan. Biaya tenaga kerja diasumsikan
naik sebesar 5 setiap tahun. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Rancangan biaya
tenaga kerja selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Rata-Rata Rancangan Biaya Tenaga Kerja Usaha Agroindustri Cincau Hitam
Tahun Biayabulan Rp
Biayatahun Rp
2015 4.875.000
58.500.000 2016
5.118.750 61.425.000
2017 5.374.687,5
64.496.250 2018
5.643.422 67.721.064
2019 5.925.593
71.107.116
Dari Tabel 18 dapat dilihat rata-rata rancangan biaya tenaga kerja ataupun upah tenaga kerja dalam per bulan dan per tahun pada usaha agroindustri Cincau Hitam
akan mengalami peningkatan setiap tahun.
5.3.3.4 Rancangan Biaya Penyusutan
Biaya Penyusutan diasumsikan tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan. Hal ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam
pada daerah penelitian. Rancangan biaya penyusutan selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Rata-Rata Rancangan Biaya Penyusutan Usaha Agroindustri Cincau Hitam
Tahun Biayabulan Rp
Biayatahun Rp
2015 1.676.200
20.114.400 2016
1.676.200 20.114.400
2017 1.676.200
20.114.400 2018
1.676.200 20.114.400
2019 1.676.200
20.114.400
Dari Tabel 19 dapat dilihat rata-rata rancangan biaya penyusutan dalam per bulan dan per tahun pada usaha agroindustri Cincau Hitam tidak akan mengalami
peningkatan ataupun penurunan setiap tahun. Hal ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian.
5.4. Analisis Studi Kelayakan Usaha 5.4.1. Net Present Value NPV
Net Present Value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek layak atau tidak. Perhitungan Net Present Value
merupakan Net Benefit yang telah didiskon dengan menggunakan discount factor DF.
Tabel 20. Net Present Value NPV Usaha Agroindustri Cincau Hitam Tahun
Cost Benefit
Net Benefit Discount
Factor 7,5
Present Value
70.427.989 0 -70.427.989
1 -70.427.989,00
1 400.019.400 596.700.000
196.680.600 0,93
182.912.958,00 2
433.084.500 722,007,000 288.922.500
0,86 248.473.350,00
3 469.269.852 859,248,000
389.978.148 0,8
311.982.518,40 4
508.879.370 1,008,423,000 499.543.630
0,74 369.662.286,20
5 552.246.972 1,169,532,000
617.285.028 0,69
425.926.669,32 NPV
1.468.529.792,92 Sumber : Diolah dari Lampiran 5
Dari Tabel 20 nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 1.468.529.792,92. Nilai NPV tersebut 0 yang artinya usaha agroindustri Cincau Hitam dinyatakan
layak untuk diusahakan. Hal ini berarti usaha agroindustri Cincau Hitam akan menguntungkan sampai 5 tahun kedepan.
5.4.2. Internal Rate of Return IRR