Analisis Kelayakan Pengolahan Susu Kedelai di Kota Medan Studi Kasus Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, dan Kecamatan Medan Tembung

(1)

No sampel Umur (Tahun)

Pendidikan (Tahun)

Lama Usaha

Sumber Modal Usaha

1 62 15 10 Milik Sendiri

2 27 16 2 Milik Sendiri

3 34 12 3 Milik Sendiri

4 38 12 8 Milik Sendiri

5 56 9 3 Milik Sendiri

6 32 12 3 Milik Sendiri

7 45 12 3 Milik Sendiri

Total 294 88 32

Rataan 42 12,57 4,57


(2)

Sampel (Kg) (Kg) (Liter) (Lbr) (sdt)

1 208 208 1524,9 156 130

2 312 312 2087,8 182 260

3 18 18 131,4 72 24

4 150 120 1095 180 120

5 45 36 330 180 60

6 180 144 1095 210 120

7 39 21 286 156 52

Total 952 859 6.550,1 1.136 766

Rataan 136 122,71 935,73 162,28 109,43

Lampiran 3. Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No

Sampel

Kacang Kedelai (Kg)

Gula Putih (Kg)

Air (Liter)

Pandan (Lbr)

Garam (Sdt)

1 48 48 350 72 70

2 60 60 438 72 100

3 12 12 87,6 60 18

4 36 29 263 96 55

5 12 10 88 60 20

6 48 39 350 84 65

7 12 8 88 70 20

Total 228 206 1.577 514 348


(3)

Lampiran 4. Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No

Sampel

Kacang Kedelai (Kg)

Gula Putih (Kg)

Air (Liter)

Pandan (Lbr)

Garam (sdt)

1 36 36 262,8 72 53

2 48 48 350,4 72 70

3 12 12 87,6 60 18

4 24 19 175,2 96 35

5 12 10 87,6 60 18

6 48 39 350,4 84 70

7 12 8 87,6 70 18

Total 192 172 1401,6 514 282


(4)

Lampiran 5. Biaya Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau No Sampel Harga Kedelai (Rp/Kg) Kacang Kedelai (Rp) Harga Gula Putih (Rp/Kg) Gula Putih (Rp) Harga Air (Rp/L) Air (Rp) Harga Pandan (Rp/6Lbr) Pandan (Rp) Harga Garam (Rp/sdt) Garam (Rp) Total (Rp)

1 8.000 1.664.000 12.500 2.600.000 27 41.600 100 2.600 20 2.600 4.310.800

2 8.000 2.496.000 12.500 3.900.000 27 56.940 100 3.033 20 5.200 6.461.173

3 8.000 144.000 13.000 234.000 27 3.584 100 1.200 20 480 383.264

4 9.000 1.350.000 12.500 1.500.000 27 29.864 100 3.000 20 2.400 2.885.264

5 8.000 360.000 12.500 450.000 27 9.000 100 3.000 20 1.200 823.200

6 8.000 1.440.000 12.500 1.800.000 27 29.864 100 3.500 20 2.400 3.275.764

7 8.000 312.000 12.500 262.500 27 7.800 100 2.600 20 1040 585.940

Total 57.000 7.766.000 88.000 10.746.500 189 178.652 700 18.933 140 15.320 18.725.405 Rataan 8.142 1.109.428 12.571 1.535.214 27 25.521 100 2.704 20 2.188 2.675.057


(5)

Lampiran 6. Biaya Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai Per Bulan di Musim Hujan No Sampel Harga Kedelai (Rp/Kg) Kacang Kedelai (Rp) Harga Gula Putih (Rp/Kg) Gula Putih (Rp) Harga Air (Rp/L) Air (Rp) Harga Pandan (Rp/6Lbr) Pandan (Rp) Harga Garam (Rp/Sdt) Garam (Rp) Total (Rp)

1 8.000 384.000 12.000 576.000 27 9.500 100 1.200 20 1.400 972.100

2 8.000 480.000 12.000 720.000 27 12.000 100 1.200 20 2.000 1.215.200

3 8.000 96.000 12.500 150.000 27 2.400 100 1.000 20 360 249.760

4 9.000 324.000 12.000 348.000 27 7.200 100 1.600 20 1.100 681.900

5 8.000 96.000 12.500 125.000 27 2.400 100 1.000 20 400 224.800

6 8.000 384.000 12.000 468.000 27 9.500 100 1.400 20 1.300 864.200

7 8.000 96.000 12.000 96.000 27 2.400 100 1.100 20 400 195.900

Total 57.000 1.860.000 85.000 2.483.000 189 45.400 700 8.500 140 6.960 4.403.860 Rataan 8.142 265.714 12.143 354.714 27 6.486 100 1.214 20 994 629.123


(6)

Lampiran 7. Biaya Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No Sampel Harga Kedelai (Rp/Kg) Kacang Kedelai (Rp) Harga Gula Putih (Rp/Kg) Gula Putih (Rp) Harga Air (Rp/L) Air (Rp) Harga Pandan (Rp/6Lbr) Pandan (Rp) Harga Garam (Rp/Sdt) Garam (Rp) Total (Rp)

1 7.500 270.000 11.000 396.000 27 7.096 100 1.200 20 1.060 675.356

2 7.500 360.000 11.000 528.000 27 9.461 100 1.200 20 1.400 900.061

3 7.300 87.600 11.000 132.000 27 2.365 100 1.000 20 360 223.325

4 7.700 184.800 11.000 209.000 27 4.730 100 1.600 20 700 400.830

5 7.500 90.000 11.000 110.000 27 2.365 100 1.000 20 360 203.725

6 7.500 360.000 11.000 429.000 27 9.461 100 1.400 20 1.400 801.261

7 7.500 90.000 11.000 88.000 27 2.365 100 1.100 20 360 181.825

Total 52.500 1.442.400 77.000 1.892.000 189 37.843 700 8.500 140 5.640 3.386.383 Rataan 7.500 206.057 11.000 270.286 27 5.406 100 1.214 20 806 483.769


(7)

Lampiran 8a. Biaya Investasi Pengolahan Susu Kedelai di Kota Medan

No Sampel

Mesin Penggiling Kedelai

Blender Dandang Kompor Baskom

Jumlah Harga Jumlah Harga Jumlah Harga Jumlah Harga Jumlah Harga

1 1 2.500.000 - - 4 600.000 2 800.000 4 200.000

2 4 10.000.000 - - 10 1.500.000 5 2.000.000 8 400.000

3 - - 1 400.000 1 180.000 1 350.000 4 200.000

4 1 2.000.000 - - 3 480.000 1 300.000 4 200.000

5 - - 1 400.000 2 300.000 1 300.000 4 200.000

6 1 2.000.000 - - 3 510.000 2 800.000 4 200.000

7 1 2.300.000 - - 1 150.000 1 300.000 4 200.000

Total 8 18.800.000 2 800.000 24 3.720.000 13 4.850.000 32 1.600.000 Rataan 1,14 2.685.714 0,286 114.285 3,43 531.428 1,86 692.857 4,57 228.571


(8)

Lampiran 8b. Biaya Investasi Pengolahan Susu Kedelai di Kota Medan

No Sampel

Gayung Corong Cangkir Pisau Saringan Bangunan Total

Investasi Jumla

h

Harga Jumlah Harga Jumlah Harga Jumlah Harga Jumlah Harga

1 2 30.000 3 4.500 3 3.000 2 10.000 2 20.000 100.000.000 104.170.500

2 8 120.000 5 7.500 5 5.000 5 25.000 4 40.000 100.000.000 114.102.500

3 2 30.000 2 3.000 2 2.000 2 10.000 1 10.000 50.000.000 51.185.000

4 2 30.000 2 3.000 2 2.000 2 10.000 2 20.000 50.000.000 53.045.000

5 2 30.000 3 4.500 3 3.000 2 10.000 1 10.000 75.000.000 75.857.500

6 2 30.000 2 3.000 2 2.000 2 10.000 2 20.000 100.000.000 103.575.000

7 2 30.000 2 3.000 2 2.000 2 10.000 1 10.000 75.000.000 78.005.000

Total 20 300.000 19 28.500 19 19.000 17 85.000 13 130.000 550.000.000 580.332.500 Rataan 2,86 42.857 2,71 4.071 2,71 2.714 2,43 12.142 1,86 18.571 78.571.428 82.904.643


(9)

Lampiran 9a. Biaya Penyusutan Pengolahan Susu Kedelai Per Bulan No

Sampel

Mesin Penggiling Kedelai Blender Dandang

Harga (Rp) Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

Harga (Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

Harga (Rp) Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

1 2.500.000 5 41.667 - - - 600.000 3 16.667

2 10.000.000 5 166.667 - - - 1.500.000 3 41.667

3 - - - 400.000 3 11.111 180.000 2 7.500

4 2.000.000 5 33.333 - - - 480.000 2 20.000

5 - - - 400.000 2 16.667 300.000 3 8.333

6 2.000.000 5 33.333 - - - 510.000 3 14.167

7 2.300.000 5 38.333 - - - 150.000 3 4.167

Total 18.800.000 25 313.333 800.000 5 27.778 3.720.000 19 112.501 Rataan 2.685.714 3,6 44.761 114.285 0,71 3.968 531.428 2,71 16.071


(10)

Lampiran 9b. Biaya Penyusutan Pengolahan Susu Kedelai Per Bulan No

Sampel

Kompor Baskom Gayung

Harga (Rp) Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

Harga (Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

Harga (Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

1 800.000 5 13.333 200.000 2 8.333 30.000 2 1.250

2 2.000.000 5 33.333 400.000 2 16.667 120.000 2 5.000

3 350.000 4 7.292 200.000 2 8.333 30.000 2 1.250

4 300.000 4 6.250 200.000 2 8.333 30.000 2 1.250

5 300.000 4 6.250 200.000 2 8.333 30.000 2 1.250

6 800.000 5 13.333 200.000 2 8.333 30.000 2 1.250

7 300.000 5 5.000 200.000 2 8.333 30.000 2 1.250

Total 4.850.000 32 84.791 1.600.000 14 66.665 300.000 14 12.500


(11)

Lampiran 9c. Biaya Penyusutan Pengolahan Susu Kedelai Per Bulan No

Sampel

Corong Cangkir Pisau

Harga (Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

Harga (Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

Harga (Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

1 4.500 2 188 3.000 2 125 10.000 3 278

2 7.500 2 313 5.000 2 208 25.000 3 694

3 3.000 2 125 2.000 2 83 10.000 3 278

4 3.000 2 125 2.000 2 83 10.000 3 278

5 4.500 2 188 3.000 2 125 10.000 3 278

6 3.000 2 125 2.000 2 83 10.000 3 278

7 3.000 2 125 2.000 2 83 10.000 3 278

Total 28.500 14 1.189 19.000 14 790 85.000 21 2.362


(12)

Lampiran 9d. Biaya Penyusutan Pengolahan Susu Kedelai Per Bulan No

Sampel

Saringan Bangunan Total

Penyusutan (Rp) Harga

(Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

Harga (Rp) Umur Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan (Rp)

1 20.000 2 833 100.000.000 10 833.333 916.007

2 40.000 2 1.667 100.000.000 10 833.333 1.099.549

3 10.000 2 417 50.000.000 10 416.667 453.056

4 20.000 2 833 50.000.000 10 416.667 487.152

5 10.000 2 417 75.000.000 10 625.000 666.841

6 20.000 2 833 100.000.000 10 833.333 905.068

7 10.000 2 417 75.000.000 10 625.000 682.986

Total 130.000 14 5.417 550.000.000 70 4.583.333 5.210.659


(13)

Lampiran 10. Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) No

Sampel

Harga Bangunan (Rp)

Biaya PBB

Per Tahun Per Bulan

1 100.000.000 25.000 2.083

2 100.000.000 25.000 2.083

3 50.000.000 15.000 1.250

4 50.000.000 15.000 1.250

5 75.000.000 20.000 1.667

6 100.000.000 25.000 2.083

7 75.000.000 20.000 1.667

Total 550.000.000 145.000 12.083


(14)

Lampiran 11. Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau No

Sampel

Pengolahan Kemasan Pemasaran Total

(Rp) TKDK TKLK Biaya (Rp) TKDK TKLK Biaya (Rp) TKDK TKLK Biaya (Rp)

1 1 - - - 1 800.000 1 - - 800.000

2 - 2 2.000.000 - 2 1.800.000 - 3 1.800.000 5.600.000

3 1 - - - 1 - - -

4 1 - - - 1 - - -

5 1 - - 2 - - 2 - - -

6 1 - - - 1 - - -

7 1 - - 1 - - 2 - - -

Jumlah 6 2 2.000.000 3 3 2.600.000 8 3 1.800.000 6.400.000

Rata-rata 0,86 0,29 285.714 0,43 0,43 371.428 1,14 0,43 257.142 914.285

Lampiran 12. Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan dan Bulan Ramadhan No

Sampel

Pengolahan Kemasan Pemasaran Total

(Rp) TKDK TKLK Biaya (Rp) TKDK TKLK Biaya (Rp) TKDK TKLK Biaya (Rp)

1 1 - - - 1 184.600 1 - - 184.600

2 - 2 923.000 - 2 831.000 - 3 831.000 1.754.000

3 1 - - - 1 - - -

4 1 - - - 1 - - -

5 1 - - 2 - - 2 - - -

6 1 - - - 1 - - -

7 1 - - 1 - - 2 - - -

Jumlah 6 2 923.000 3 3 1.015.600 8 3 831.000 1.938.600


(15)

Lampiran 13. Biaya Operasional Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau No Sampel Air/Listrik

(Rp) Kemasan (Rp) BBM Transportasi (Rp) Gas (Rp) Total (Rp)

1 500.000 1.434.400 260.000 270.000 2.464.400

2 800.000 1.650.000 520.000 350.000 3.320.000

3 120.000 110.000 120.000 108.000 458.000

4 300.000 1.180.000 240.000 270.000 1.990.000

5 200.000 300.000 240.000 108.000 848.000

6 300.000 1.200.000 600.000 270.000 2.370.000

7 200.000 300.000 100.000 108.000 708.000

Total 2.420.000 6.174.400 2.080.000 1.484.000 12.158.400

Rataan 345.714 882.057 297.142 212.000 1.736.914

Lampiran 14. Biaya Operasional Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No Sampel Air/Listrik

(Rp) Kemasan (Rp) BBM Transportasi (Rp) Gas (Rp) Total (Rp)

1 200.000 331.200 120.000 72.000 723.200

2 250.000 350.000 150.000 90.000 840.000

3 80.000 73.200 60.000 36.000 249.200

4 150.000 282.600 96.000 48.000 576.600

5 85.000 75.000 60.000 36.000 256.000

6 210.000 319.200 120.000 72.000 721.200


(16)

Lampiran 15. Biaya Operasional Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No Sampel Air/Listrik

(Rp)

Kemasan (Rp)

BBM Transportasi (Rp)

Gas (Rp)

Total (Rp)

1 150.000 248.400 120.000 80.000 598.400

2 225.000 254.400 150.000 100.000 729.400

3 80.000 87.840 60.000 40.000 267.840

4 120.000 188.400 96.000 60.000 464.400

5 85.000 75.000 60.000 40.000 260.000

6 180.000 319.200 120.000 100.000 719.200

7 80.000 73.000 50.000 40.000 243.000

Total 1.055.000 1.246.240 656.000 460.000 3.282.240


(17)

Lampiran 16. Total Biaya Tetap Pengolahan Susu Kedelai Per Bulan No

Sampel

Biaya Penyusutan (Rp)

Pajak (Rp)

Total Biaya Tetap (Rp)

1 916.007 2.083 918.090

2 1.099.549 2.083 1.101.632

3 453.056 1.250 454.306

4 487.152 1.250 488.402

5 666.841 1.667 668.508

6 905.068 2.083 907.151

7 682.986 1.667 684.653

Total 5.210.659 12.083 5.222.742


(18)

Lampiran 17. Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau No Sampel Biaya Bahan Baku

(Rp)

Biaya Operasional (Rp)

Biaya Tenaga Kerja (Rp)

Total Biaya Variabel (Rp)

1 4.310.800 2.464.400 800.000 7.575.200

2 6.461.173 3.320.000 5.600.000 15.381.173

3 383.264 458.000 - 841.264

4 2.885.264 1.990.000 - 4.875.264

5 823.200 848.000 - 1.671.200

6 3.275.764 2.370.000 - 5.645.764

7 585.940 708.000 - 1.293.940

Total 18.725.405 12.158.400 6.400.000 37.283.805

Rataan 2.675.057 1.736.914 914.285 5.326.258

Lampiran 18. Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No Sampel Biaya Bahan Baku

(Rp)

Biaya Operasional (Rp)

Biaya Tenaga Kerja (Rp)

Total Biaya Variabel (Rp)

1 972.100 723.200 184.600 1.879.900

2 1.215.200 840.000 1.754.000 3.809.200

3 249.760 249.200 - 498.960

4 681.900 576.600 - 1.258.500

5 224.800 256.000 - 480.800

6 864.200 721.200 - 1.585.400

7 195.900 239.000 - 434.900

Total 4.403.860 3.605.200 1.938.600 9.947.660


(19)

Lampiran 19. Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No Sampel Biaya Bahan Baku

(Rp)

Biaya Operasional (Rp)

Biaya Tenaga Kerja (Rp)

Total Biaya Variabel (Rp)

1 675.356 598.400 184.600 1.458.356

2 900.061 729.400 1.754.000 3.383.461

3 223.325 267.840 - 491.165

4 400.830 464.400 - 865.230

5 203.725 260.000 - 463.725

6 801.261 719.200 - 1.520.461

7 181.825 243.000 - 424.825

Total 3.386.383 3.282.240 1.938.600 8.607.223


(20)

Lampiran 20. Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau No Sampel Total Biaya Tetap

(Rp)

Total Biaya Variabel (Rp)

Total Biaya (Rp)

1 918.090 7.575.200 8.493.290

2 1.101.632 15.381.173 16.482.805

3 454.306 841.264 1.295.570

4 488.402 4.875.264 5.363.666

5 668.508 1.671.200 2.339.708

6 907.151 5.645.764 6.552.915

7 684.653 1.293.940 1.978.593

Total 5.222.742 37.283.805 42.506.547

Rataan 746.106 5.326.258 6.072.364

Lampiran 21. Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No Sampel Total Biaya Tetap

(Rp)

Total Biaya Variabel (Rp)

Total Biaya (Rp)

1 918.090 1.879.900 2.797.990

2 1.101.632 3.809.200 4.910.832

3 454.306 498.960 953.266

4 488.402 1.258.500 1.746.902

5 668.508 480.800 1.149.308

6 907.151 1.585.400 2.492.551

7 684.653 434.900 1.119.553

Total 5.222.742 9.947.660 15.170.402


(21)

Lampiran 22. Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No Sampel Total Biaya Tetap

(Rp)

Total Biaya Variabel (Rp)

Total Biaya (Rp)

1 918.090 1.458.356 2.376.446

2 1.101.632 3.383.461 4.485.093

3 454.306 491.165 945.471

4 488.402 865.230 1.353.632

5 668.508 463.725 1.132.233

6 907.151 1.520.461 2.427.612

7 684.653 424.825 1.109.478

Total 5.222.742 8.607.223 13.829.965


(22)

Lampiran 23. Total Penerimaan Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau No Sampel Jumlah Produksi

(Bungkus)

Harga (Rp)

Penerimaan (Rp)

1 10.400 1.500 15.600.000

2 15.600 1.500 23.400.000

3 900 2.000 1.800.000

4 7.500 1.500 11.250.000

5 2.250 1.500 3.375.000

6 9.000 1.500 13.500.000

7 1.950 1.500 2.925.000

Total 47.600 11.000 71.850.000

Rataan 6.800 1.571 10.264.285

Lampiran 24. Total Penerimaan Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No Sampel Jumlah Produksi

(Bungkus)

Harga (Rp)

Penerimaan (Rp)

1 2.400 1.500 3.600.000

2 3.600 1.500 5.400.000

3 600 2.000 1.200.000

4 1.800 1.500 2.700.000

5 720 1.500 1.080.000

6 2.400 1.500 3.600.000

7 720 1.500 1.080.000

Total 12.240 11.000 18.660.000


(23)

Lampiran 25. Total Penerimaan Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No Sampel Jumlah Produksi

(Bungkus)

Harga (Rp)

Penerimaan (Rp)

1 1.800 1.500 2.700.000

2 2.400 1.500 3.600.000

3 720 2.000 1.440.000

4 1.200 1.500 1.800.000

5 720 1.500 1.080.000

6 2.400 1.500 3.600.000

7 720 1.500 1.080.000

Total 9.960 11.000 15.300.000


(24)

Lampiran 26. Pendapatan Produsen Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau No Sampel Penerimaan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

Pendapatan (Rp)

1 15.600.000 8.493.290 7.106.710

2 23.400.000 16.482.805 6.917.195

3 1.800.000 1.295.570 504.430

4 11.250.000 5.363.666 5.886.334

5 3.375.000 2.339.708 1.035.292

6 13.500.000 6.552.915 6.947.085

7 2.925.000 1.978.593 946.407

Total 71.850.000 42.506.547 29.343.453

Rataan 10.264.285 6.072.364 4.191.921

Lampiran 27. Pendapatan Produsen Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No Sampel Penerimaan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

Pendapatan (Rp)

1 3.600.000 2.797.990 802.010

2 5.400.000 4.910.832 489.168

3 1.200.000 953.266 246.734

4 2.700.000 1.746.902 953.098

5 1.080.000 1.149.308 -69.308

6 3.600.000 2.492.551 1.107.449

7 1.080.000 1.119.553 -39.553

Total 18.660.000 15.170.402 3.489.598


(25)

Lampiran 28. Pendapatan Produsen Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No Sampel Penerimaan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

Pendapatan (Rp)

1 2.700.000 2.376.446 323.554

2 3.600.000 4.485.093 -885.093

3 1.440.000 945.471 494.529

4 1.800.000 1.353.632 446.368

5 1.080.000 1.132.233 -52.233

6 3.600.000 2.427.612 1.172.388

7 1.080.000 1.109.478 -29.478

Total 15.300.000 13.829.965 1.470.035


(26)

Lampiran 29. Perhitungan R/C Ratio Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau No Sampel Total Penerimaan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

R/C Ratio

1 15.600.000 8.493.290 1,84

2 23.400.000 16.482.805 1,42

3 1.800.000 1.295.570 1,39

4 11.250.000 5.363.666 2,09

5 3.375.000 2.339.708 1,44

6 13.500.000 6.552.915 2,06

7 2.925.000 1.978.593 1,48

Total 71.850.000 42.506.547 1,69

Rataan 10.264.285 6.072.364 1,69

Lampiran 30. Perhitungan R/C Ratio Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No Sampel Total Penerimaan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

R/C Ratio

1 3.600.000 2.797.990 1,3

2 5.400.000 4.910.832 1,1

3 1.200.000 953.266 1,2

4 2.700.000 1.746.902 1,5

5 1.080.000 1.149.308 0,9

6 3.600.000 2.492.551 1,4

7 1.080.000 1.119.553 0,9

Total 18.660.000 15.170.402 1,2


(27)

Lampiran 31. Perhitungan R/C Ratio Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No Sampel Total Penerimaan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

R/C Ratio

1 2.700.000 2.376.446 1,1

2 3.600.000 4.485.093 0,8

3 1.440.000 945.471 1,5

4 1.800.000 1.353.632 1,3

5 1.080.000 1.132.233 0,9

6 3.600.000 2.427.612 1,4

7 1.080.000 1.109.478 0,9

Total 15.300.000 13.829.965 1,1


(28)

Lampiran 32. Perhitungan Break Event Point (BEP) Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau No Sampel Total Biaya

(Rp)

Harga Jual (Rp/bks)

Total Produksi (Bungkus)

BEP Volume Produksi BEP Harga Produksi

1 8.493.290 1.500 10.400 5.662 817

2 16.482.805 1.500 15.600 10.989 1.057

3 1.295.570 2.000 900 647.785 1439.52

4 5.363.666 1.500 7.500 3.576 715

5 2.339.708 1.500 2.250 1.560 1.040

6 6.552.915 1.500 9.000 4.369 728

7 1.978.593 1.500 1.950 1.319 1.015

Total 42.506.547 11.000 47.600 3.864 893


(29)

Lampiran 33. Perhitungan Break Event Point (BEP) Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No Sampel Total Biaya

(Rp)

Harga Jual (Rp/bks)

Total Produksi (Bungkus)

BEP Volume Produksi BEP Harga Produks

1 2.797.990 1.500 2.400 1.865 1.165

2 4.910.832 1.500 3.600 3.274 1.364

3 953.266 2.000 600 477 1588

4 1.746.902 1.500 1.800 1.165 970

5 1.149.308 1.500 720 766 1.596

6 2.492.551 1.500 2.400 1.662 1038

7 1.119.553 1.500 720 746 1.555

Total 15.170.402 11.000 12.240 1.380 1.239


(30)

Lampiran 34. Perhitungan Break Event Point (BEP) Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No Sampel Total Biaya

(Rp)

Harga Jual (Rp/bks)

Total Produksi (Bungkus)

BEP Volume Produksi BEP Harga Produks

1 2.376.446 1.500 1.800 1.584 1.320

2 4.485.093 1.500 2.400 2.990 1.869

3 945.471 2.000 720 473 1.313

4 1.353.632 1.500 1.200 902 1.128

5 1.132.233 1.500 720 756 1.573

6 2.427.612 1.500 2.400 1.618 1.012

7 1.109.478 1.500 720 740 1.541

Total 13.829.965 11.000 9.960 1.258 1.389


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Adisti, F. Nst. 2015. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Batu Bata Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar (Studi Kasus: Desa Jentera Stabat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara.

Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015, Pukul 20.00 WIB. Anonimusb.2016.

Diakses pada tanggal 15 Januari 2016, Pukul 20.00 WIB.

Astawan, M. 2009. Ssehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2015.

20.00 WIB.

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. 2014. Diakses pada tanggal 4 Mei 2016, Pukul 20.00 WIB.

Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.

Johan, S. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta. Medan Daily Bisnis. 2015. Harga Kedelai Impor Turun. Dalam

WIB.

.2016. Pernah Swasembada Kini RI Jadi Importir Kedelai Dalam tanggal 4 Mei 2016, Pukul 20.00 WIB.

Milla, A.N. 2010. Mengenal Potensi Pertanian Indonesia. CV Citralab. Tangerang.


(32)

Permatasari, D. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Gula Tumbu (Kasus: Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus). Skripsi. Universitas Diponegoro. pada tanggal 22 Oktober 2015, Pukul 20.00 WIB.

Soekartawi. 1994. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

. 2000. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Suprapto. 2001. Bertanam Kedelai. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Theodorus M. Tuanakotta. 2000. Teori Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.


(33)

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu di Kota Medan yakni di Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, dan Kecamatan Medan Tembung. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, dan Kecamatan Medan Tembung merupakan tempat produksi susu kedelai dan dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah metode aksidental yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun yang dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data yang sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian. Berdasarkan prasurvey yang dilakukan besar sampel yang diperoleh adalah sebanyak 7 sampel. Adapun sebaran usaha pengolahan susu kedelai yaitu di Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, dan Kecamatan Medan Tembung adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Sebaran Usaha Pengolahan Susu Kedelai

No Kecamatan Usaha Pengolahan (Unit)

1. Medan Amplas 4

2. Medan Denai 2


(34)

TC = TFC + TVC 3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengusaha susu kedelai dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan dan Kantor Kecamatan di daerah penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Identifikasi Masalah 1 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input (kedelai, gula putih, pandan, garam, alat dan bahan operasional, serta modal dan tenaga kerja) di daerah penelitian.

Identifikasi Masalah 2 diuji dengan menggunakan analisis secara sederhana yaitu dengan menghitung total pendapatan yang diperoleh dari usaha industri susu kedelai, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

TC = Total Cost (Rp) TFC = Total Fix Cost (Rp) TVC = Total Variable Cost (Rp)

Untuk menghitung pemerimaan dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:


(35)

Pd = TR - TC Y = Jumlah Produksi

Py = Harga Produk (Rp)

Selanjutnya, jumlah pendapatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp)

TC = Total Cost (Rp) (Anonimusb, 2016).

Identifikasi Masalah 3 diuji dengan memperhitungkan R/C Ratio dan Break Event Point (BEP) dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. R/C Ratio (Return Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya.

R/C =

2. Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama

Revenue (R)

Cost (C) Keterangan:

R = Revenue = Penerimaan (Rp) C = Biaya (Rp)

Kriteria Penilaian :

Jika R/C > 1, maka usaha industri susu kedelai layak dilaksanakan. Jika R/C < 1, maka usaha industri susu kedelai tidak layak dilaksanakan. Jika R/C = 1, maka usaha industri susu kedelai dalam keadaan impas.


(36)

BEP Harga Produksi = Total Biaya Produksi Total Produksi

Dengan Kriteria Uji :

a. BEP Volume Produksi < Produksi yang dihasilkan, maka usaha industri susu kedeli layak dilaksanakan.

b. BEP Volume Produksi = Produksi yang dihasilkan, maka usaha industri susu kedelai mencapai titik impas, artinya tidak untung dan tidak rugi. c. BEP Volume Produksi > Produksi yang dihasilkan, maka usaha industri

susu kedelai tidak layak dilaksanakan.

d. BEP Harga Produksi < Harga jual produk, maka usaha industri susu kedelai layak dilaksanakan.

e. BEP Harga Produksi = Harga jual produk, maka maka usaha industri susu kedelai mencapai titik impas, artinya tidak untung dan tidak rugi.

f. BEP Harga Produksi > Harga jual produk, maka usaha industri susu kedelai tidak layak dilaksanakan.

(Soekartawi, 1994).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :


(37)

3.5.1 Definisi

1. Usaha susu kedelai adalah pengusaha yang mengusahakan susu kedelai.

2. Input produksi adalah faktor-faktor yang mendukung produksi susu kedelai di daerah penelitian seperti kedelai, gula putih, pandan, garam, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja.

3. Produksi adalah semua hasil olahan industri susu kedelai baik untuk di jual maupun untuk dikonsumsi sendiri.

4. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi hingga menghasilkan produk (susu kedelai).

5. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh pengusaha susu kedelai.

6. Penerimaan adalah jumlah produksi susu kedelai dikalikan dengan harga susu kedelai di pasaran.

7. Pendapatan usaha susu kedelai adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi.

8. Analisis kelayakan usaha adalah untuk menganalisis usaha susu kedelai layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian.

9. Analisis R/C Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya atau cost.

10.Analisis Break Event Point (BEP) adalah alat analisis yang digunakan untuk menghitung batas nilai produksi atau volume produksi susu kedelai apakah mencapai titik impas yaitu tidak rugi dan tidak untung


(38)

12.Tidak Layak adalah usaha tersebut tidak memberikan keuntungan/manfaat secara ekonomis.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, dan Kecamatan Medan Tembung.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah produsen susu kedelai. 3. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2016.


(39)

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Luas Wilayah, Batas dan Letak Geografis

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan terletak antara 3o 27’ – 3o47’ Lintang Utara dan 98o 35’ – 98o 44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut.

Tahun 2013, penduduk Kota Medan mencapai 2.135.516 jiwa. Penduduk Kota Medan terdiri atas 1.053.393 laki-laki dan 1.082.123 perempuan. Dibanding hasil proyeksi penduduk 2013 terjadi pertambahan penduduk sebesar 12.712 jiwa. Dengan luas wilayah 265,10 km2, kepadatan penduduk mencapai 8.055 jiwa/km2.

Berikut adalah deskripsi kecamatan di Kota Medan yang merupakan wilayah penelitian pengolahan susu kedelai, yaitu Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, dan Kecamatan Medan Tembung.


(40)

Untuk deskripsi wilayah penelitian susu kedelai dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Deskripsi Kecamatan di Wilayah Industri Susu Kedelai di Kota Medan Tahun 2013

No. Kecamatan Batas-batas Wilayah Luas Wilayah 1. Medan Amplas - Sebelah Timur Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Utara Kecamatan Medan Denai - Sebelah Selatan Kabupaten Deli

Serdang

- Sebelah Barat Kecamatan Medan Johor

13,764 km2

2. Medan Denai - Sebelah Timur Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Utara Kecamatan Medan

Tembung

- Sebelah Selatan Kecamatan Medan Amplas

- Sebelah Barat Kecematan Medan Area

9,91 km2

3. Medan Tembung - Sebelah Timur Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Utara Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Selatan Kecamatan Medan

Denai

- Sebelah Barat Kecamatan Medan Perjuangan

7,78 km2

Sumber : Badan Pusat Statistika, 2013

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Amplas memiliki wilayah terluas yaitu 13,764 km2, dan Kecamatan Medan Tembung merupakan kecamatan terkecil dengn luas wilayah adalah 7,78 km2.

4.1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Amplas sebesar 116.922 jiwa, kecamatan Medan Denai sebesar 142.850 jiwa dan Kecamatan Medan Tembung sebesar 134.643 jiwa. Berikut akan disajikan data mengenai komposisi jumlah penduduk di daerah penelitian berdasarkan jenis kelamin.


(41)

Tabel 10. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013

No Kecamatan Laki-laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Medan Amplas 57.918 59.004 116.922

2. Medan Denai 71.750 71.100 142.850

3. Medan Tembung 65.761 68.882 134.643

Sumber : Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung Dalam Angka 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Medan Denai yaitu dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 71.750 jiwa, perempuan 71.100 jiwa sehingga total penduduk di Kecamatan Medan Denai sebesar 142.850 Jiwa. Sementara itu, Kecamatan Medan Amplas merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang sedikit dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 57.918 jiwa, perempuan sebesar 59.004 jiwa sehingga total jumlah penduduk Kecamatan Medan Amplas sebesar 116.922 jiwa.

Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut kelurahan di Kecmatan daerah penelitian di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan di Daerah Penelitian Kota Medan Tahun 2013

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Keluarahan Penduduk Paling Banyak Jumlah Penduduk (Jiwa) Kelurahan Penduduk Paling Sedikit Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. Medan Amplas 116.922 Harjo Sari I 32.357 Bangun Mulia 2.599 2. Medan Denai 142.850 Binjai 44.676 Tegal Sari

Mandala I

10.728 3. Medan Tembung 134.643 Bantan 29.881 Tembung 9.884

Sumber : Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung Dalam Angka 2014


(42)

dibandingkan dengan kelurahan lain yaitu 44.676 jiwa, dan yang paling sedikit di kelurahan Tegal Sari Mandala I yaitu 10.728 jiwa. Kecamatan Medan Amplas merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk sedikit dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Penduduk terbanyak terdapat di keluarahan Harjo Sari I yaitu 32.357 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di keluarahan Bangun Mulia yaitu 2.599 jiwa.

Untuk melihat berapa banyak industri yang terdapat di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Jumlah Industri di Daerah Penelitian di Kota Medan Tahun 2013 No Kecamatan Industri Besar/

Sedang

Industri Kecil Industri Rumah Tangga

1. Medan Amplas 17 23 21

2. Medan Denai 1 67 288

3. Medan Tembung 11 45 261

Sumber : Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung Dalam Angka 2014

Dari tabel 12 dapat diketahui jumlah industri di kecamatan daerah penelitian di Kota Medan. Dari 3 Kecamatan di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Denai merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki industri diantara nya industri besar/sedang sebanyak 1, industri kecil 67 dan industri rumah tangga sebesar 288 industri. Dan Kecamatan Medan Amplas adalah kecamatan paling sedikit memiliki industri yaitu industri besar/sedang 17, indutri kecil 23 dan industri rumah tangga 21 industri.

4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pemilik usaha pembuatan susu kedelai yang berada di Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai dan


(43)

meliputi umur, tingkat pendidikan, dan lama usaha. Secara rinci karakteristik sampel pengusaha susu kedelai dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik Responden Pemilik Usaha Susu Kedelai

No Uraian Satuan Rataan

1. Umur Tahun 42

2. Tingkat Pendidikan Tahun 12

3. Lama Usaha Tahun 4,57

Sumber : Diolah dari lampiran 1

Dari tabel 13 di atas diketahui bahwa rata-rata umur pemilik usaha susu kedelai adalah 42 tahun dengan rentang umur antara 27-62 tahun. Tingkat pendidikan yang dijalani pemilik usaha susu kedelai rata-rata adalah 12 tahun, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pemilik usaha susu kedelai adalah tingkat SMA/sederajat. Selanjutnya pengalaman berusaha di bidang indusstri susu kedelai rata-rata adalah 4,57 tahun dengan rentang 2-10 tahun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha susu kedelai diketahui bahwa produsen susu kedelai awalnya membuat susu kedelai untuk dikonsumsi sendiri dan keluarga. Namun adanya permintaan susu kedelai oleh konsumen yang merupakan tetangga produsen maka produsen berinisiatif untuk menjualkan susu kedelai olahannya di warung-warung sekitar tempat produksi. Pada beberapa produsen susu kedelai sudah memiliki pangsa pasar yang meluas dari yang disekitar rumah sampai ke kecamatan lain di Kota Medan, namun untuk beberapa produsen, pemasaran masih menjadi masalah dikarenakan tidak adanya tenaga kerja untuk memasarkan susu kedelai ke daerah luar tempat produksi. Sistem pemasarannya dengan menitipkan susu kedelai di warung-warung langganan


(44)

susu kedelai tidak terjual habis sehingga produsen mengalami kerugian dikarenakan sistem pemasarannya yaitu menitipkan susu kedelai di warung.

Produsen susu kedelai menjual susu kedelai nya dengan harga jual Rp 1.500 per bungkus yang berukuran 1,5 ons sehingga kalau dikonversikan ke ukuran liter sehingga harga susu kedelai yaitu Rp 10.000 per liter.


(45)

5.1 Proses Pengolahan Susu Kedelai

Dalam pembuatan susu kedelai memerlukan beberapa tahapan, antara lain : Tabel 14. Proses Pengolahan Susu Kedelai

No Waktu Proses Pengolahan

1. 20.00 WIB Proses pertama dalam pengolahan susu kedelai adalah perendaman kacang. Kacang kedelai yang akan diolah direndam ke dalam ember yang berukuran besar. Tujuannya yaitu untuk memudahkan saat proses penggilingan. Kacang kedelai direndam selama 6-8 jam.

2. 04.00 WIB Kacang kedelai yang telah direndam dicuci bersih, karena saat perendaman kulit kacang kedelai ada yang terkelupas. Setelah itu, kacang kedelai digiling dengan menggunakan mesin penggiling kedelai atau blender. Saat proses penggilingan ditambahkan air yang berguna untuk mempermudah proses penggilingan kedelai. Hasil akhir dari penggilingan yaitu kacang kedelai terlihat seperti bubur.

3. 05.00 WIB Tahap ketiga yaitu penyaringan. Susu kedelai yang telah digiling selanjutnya disaring dengan menggunakan saringan atau kain. Tujuannya yaitu agar ampas dari kacang kedelai tidak termasuk ke dalam sari kedelai tersebut.


(46)

disaring selanjutnya direbus atau dimasak sampai mendidih. Dalam proses perebusan, sari kedelai harus terus diaduk hingga mendidih agar sari kedelai tersebut tidak pecah dan tampilan susu kedelai menjadi lebih bagus. Selama perebusan ditambahkan gula, garam dan pandan. Sari kedelai yang telah masak kemudian didinginkan ke dalam ember-ember sebelum dikemas.

5. 06.00 WIB Tahap kelima yaitu pengemasan susu kedelai. Susu kedelai yang telah cukup dingin selanjutnya dikemas dengan menggunkan plastik es yang berukuran 1,5 ons.

6. 07.00 WIB Tahap terakhir dalam pengolahan susu kedelai yaitu pemasaran. Susu yang telah dikemas siap untuk diantar ke warung-warung yang menjadi langganan penitipan susu kedelai oleh produsen susu kedelai. Target utama di pagi hari yaitu warung sarapan pagi.

5.2 Ketersediaan Input Produksi 5.2.1 Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan suatu hal yang sangat penting untuk kelangsungan suatu usaha industri. Selain itu, bahan baku juga harus selalu tersedia setiap kali dibutuhkan dalam pembuatan susu kedelai sehingga dapat menjamin usaha tersebut berlangsung terus menerus. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan susu kedelai adalah kedelai, selain itu bahan baku penunjang yang


(47)

Tabel 15. Sumber Bahan Baku di Daerah Penelitian No Sampel Produksi

Sendiri

Membeli di Daerah Penelitian

Membeli di Luar Daerah Penelitian

1 - √ -

2 - √ -

3 - √ -

4 - √ -

5 - √ -

6 - √ -

7 - √ -

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 15 di atas diketahui bahwa produsen susu kedelai memperoleh bahan baku dengan membeli atau belanja di pasar terdekat dengan daerah tempat industri mereka. Harga kedelai yang dibeli oleh produsen juga beragam mulai dari Rp 8.000 – Rp 9.000. Jenis kedelai yang dibutuhkan dalam pembuatan susu kedelai merupakan kedelai dari berbagai jenis yaitu kedelai lokal ataupun kedelai impor agar ketersediaan kedelai tidak pernah kehabisan dan produsen terus dapat melakukan produksi secara terus menerus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahan baku di daerah penelitian cukup tersedia.


(48)

5.2.2 Ketersediaan Alat dan Mesin Operasional

Ketersediaan alat dan mesin operasional seperti mesin penggiling, blender, dandang, baskom, gayung, saringan, corong, pisau, cangkir, kompor dan tabung gas. Para produsen susu kedelai memproleh alat dan mesin operasional di atas dari pasar/pajak yang dekat dengan daerah penelitian. Umumnya para produsen susu kedelai langsung membeli alat dan mesin operasional tersebut di pasar/pajak yang dekat dengan tempat industri milik produsen.

Tabel 16. Sumber Alat dan Mesin Operasional No Sampel Produksi

Sendiri

Membeli di Daerah Penelitian

Membeli di Luar Daerah Penelitian

1 - √ -

2 - √ -

3 - √ -

4 - √ -

5 - √ -

6 - √ -

7 - √ -

Sumber : Analisis Data Primer

Dari tabel 16 diatas dapat diketahui bahwa semua produsen susu kedelai memperoleh alat operasional tersebut dengan membelinya di pasar/pajak di daerah penelitian atau dekat dengan tempat industri milik produsen susu kedelai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alat operasional di daerah penelitian cukup tersedia.

Untuk melihat alat dan mesin operasional yang digunakan di daerah penelitian, berikut adalah gambar alat dan mesin operasional.


(49)

Gambar 3. Mesin Penggiling Kedelai Bahan Aluminium


(50)

Gambar 6. Baskom dan Dandang 5.2.3 Ketersediaan Modal

Di daerah penelitian usaha industri susu kedelai merupakan usaha industri rumah tangga dan tidak semua masyarakat umum mengkonsumsi susu kedelai sebagai kebutuhan utama. Jumlah produksi yang dihasilakan oleh konsumen juga beragam, dari produksi yang sedikit hingga lumayan banyak. Oleh karena itu, untuk pengolahan susu kedelai para produsen susu kedelai menggunakan modal sendiri.

Tabel 17. Sumber Modal Produsen Susu Kedelai

No Sampel Modal Sendiri Modal Pinjaman

1 √ -

2 √ -

3 √ -

4 √ -

5 √ -

6 √ -

7 √ -

Sumber: Diolah dari Lampiran 1


(51)

mikro yaitu investasi sebesar maksimal Rp 50.000.000 sedangkan investasi dalam penelitian sebesar Rp 82.000.000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia.

5.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang bekerja di usaha industri susu kedelai khusunya dalam pembuatan atau pengolahan kedelai menjadi susu kedelai merupakan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dikarenakan usaha industri susu kedelai masih merupakan usaha industri rumahan atau industri kecil, sehingga cukup dengan memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga untuk proses pengolahannya. Namun untuk pemasaran dan kemasan sebagian produsen susu kedelai menggunakan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK).

Tabel 18. Ketersediaan Tenaga Kerja No Jenis Tahapan

Kerja

Penggunaan Tenaga Kerja (HKO)

Total HKO per Tahapan Kerja

TKDK TKLK

1. Pengolahan 4,8 1,6 6,4

2. Kemasan 2,4 2,4 4,8

3. Pemasaran 8 3 11

Total Tenaga Kerja 15,2 7 22,2

Sumber: Diolah dari Lampiran 11

Berdasarakan tabel 18 di atas dapat diketahui bahwa rataan kebutuhan tenaga kerja untuk 1 bulan adalah TKDK sebanyak 15,2 HKO dan TKLK sebanyak 7 HKO maka total tenaga kerja yang dibutuhkan sebnayak 22,2 HKO.

Produksi kedelai selama satu bulan sebanyak 136 Kg dan jumlah penduduk dalam keadaan produktif sebanyak 245.312 jiwa sehingga diperoleh potensi penggunaan tenaga kerja sebanyak 6 HKO per kilogram per bulan. Sedangkan tenaga kerja


(52)

HKO sementara itu tenaga kerja yang tersedia yaitu sebanyak 1.804 HKO. Sehingga dapat dikatakan tenaga kerja tersedia di daerah penelitian.

5.3 Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Susu Kedelai 5.3.1 Biaya Bahan Baku

Dalam pengolahan susu kedelai bahan baku yang digunakan adalah kedelai, selain itu bahan penunjang yang dibutuhkan yaitu gula putih, garam, pandan, dan air. Dalam pembuatannya harus memperhatikan komposisi bahan baku agar menghasilkan rasa susu kedelai yang enak dan tidak bau. Biasanya produsen susu kedelai menggunakan pandan untuk menghilangkan bau langu pada kedelai setelah diolah menjadi susu kedelai.

Adapun penggunaan bahan baku dalam pengolahan susu kedelai dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 19. Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau

No Uraian Rata-rata Penggunaan Bahan Baku /Produsen/Bulan

1. Kacang Kedelai (Kg) 136

2. Gula (Kg) 122,71

3. Pandan (Lembar) 162,28

4. Air (Liter) 935,73

5. Garam (Sdt) 109,43

Sumber : Diolah dari Lampiran 2

Dapat dilihat pada tabel 19 rata-rata penggunaan bahan baku susu kedelai yaitu kedelai sebagai bahan baku utama selanjutnya pemakaian air, pandan dan gula sebagai bahan baku pendukung dan bahan baku yang paling sedikit digunakan adalah garam. Hal ini dikarenakan untuk membuat susu kedelai tidak dibutuhkan garam yang banyak karena rasa manis yang lebih penting bagi konsumen susu


(53)

Penggunaan bahan baku di atas merupakan rata-rata bahan baku yang dibutuhkan oleh para produsen susu kedelai dalam melakukan produksi dalam waktu satu bulan dengan jumlah produksi sebanyak 26-30 kali produksi.

Tabel 20. Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan

No Uraian Rata-rata Penggunaan Bahan Baku /Produsen/Bulan

1. Kacang Kedelai (Kg) 33

2. Gula (Kg) 29

3. Pandan (Lembar) 73

4. Air (Liter) 225

5. Garam (Sdt) 50

Sumber: Diolah dari Lampiran 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui penggunaan bahan baku di musim hujan. Dimana penggunaan bahan baku di musim hujan lebih sedikit dibandingkan dengan musim kemarau yakni rata-rata penggunaan kedelai saat musim hujan sebanyak 33 Kg, sedangkan di musim kemarau 136 Kg, dan penggunaan bahan baku yang paling sedikit adalah garam yaitu 50 sdt di musim hujan, sedangkan pada saat musim kemarau penggunaan garam sebanyak 109,43 sdt.

Penggunaan bahan baku yang semakin sedikit ini dikarenakan kurangnya minat konsumen untuk mengonsumsi susu kedelai di saat musim hujan karena cuaca yang dingin sehingga konsumen tidak tertarik untuk mengonsumsi susu kedelai dalam keadaan dingin juga. Oleh karena itu, para produsen susu kedelai mengurangi jumlah pemakaian bahan baku dalam proses pembuatan susu kedelai dan proses pembuatan hanya berlangsung tiga kali seminggu atau sebanyak dua belas kali dalam satu bulan.


(54)

Tabel 21. Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan

No Uraian Rata-rata Penggunaan Bahan Baku /Produsen/Bulan

1. Kacang Kedelai (Kg) 27,4

2. Gula (Kg) 24,6

3. Pandan (Lembar) 73

4. Air (Liter) 200

5. Garam (Sdt) 40

Sumber: Diolah dari Lampiran 4

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan bahan baku di bulan Ramadhan. Penggunaan bahan baku tersebut lebih sedikit dibandingkan pada saat musim kemarau dan musim hujan. Penggunaan bahan baku saat musim hujan dan bulan Ramadhan tidak terlalu jauh berbeda karena proses produksi saat musim hujan dan bulan Ramadhan sama yaitu sebanyak dua belas kali dalam satu bulan tetapi produsen mengurangi jumlah penggunaan bahan baku dalam pembuatan susu kedelai di bulan Ramdhan.

Untuk mengetahui biaya rata-rata penggunaan bahan baku pengolahan susu kedelai dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 22. Biaya Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau

No Uraian Rata-rata Biaya Bahan Baku/Produsen/ Bulan (Rp)

1. Kacang Kedelai 1.109.428

2. Gula 1.535.214

3. Pandan 2.704

4. Air 25.521

5. Garam 2.188

Sumber : Diolah dari Lampiran 5

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya rata-rata terbesar yaitu biaya pembelian gula dikarenakan harga gula yang lebih mahal dibandingkan harga


(55)

kedelai atau bahan baku lainnya. Sementara itu biaya rata-rata terkecil yaitu pembelian bahan baku garam.

Tabel 23. Biaya Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan

No Uraian Rata-rata Biaya Bahan Baku/Produsen/ Bulan (Rp)

1. Kacang Kedelai 265.714

2. Gula 354.714

3. Pandan 1.214

4. Air 6.486

5. Garam 994

Sumber : Diolah dari Lampiran 6

Biaya rata-rata penggunaan bahan baku di musim hujan dapat dilihat dari tabel di atas yakni biaya rata-rata terbesar yaitu penggunaan gula dan biaya rata-rata terkecil yaitu penggunaan garam.

Tabel 24. Biaya Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan

No Uraian Rata-rata Biaya Bahan Baku/Produsen/ Bulan (Rp)

1. Kacang Kedelai 206.057

2. Gula 270.286

3. Pandan 1.214

4. Air 5.406

5. Garam 806

Sumber : Diolah dari Lampiran 7

Biaya rata-rata penggunaan bahan baku di musim hujan dapat dilihat dari tabel di atas yakni biaya rata-rata terbesar yaitu penggunaan gula dan biaya rata-rata terkecil yaitu penggunaan garam.

Berdasarkan ketiga tabel di atas dapat disimpulkan bahwa biaya rata-rata penggunaan bahan baku terbesar yaitu pada saat musim kemarau selanjutnya saat


(56)

5.3.2 Total Biaya

Adapun yang termasuk biaya dalam usaha pengolahan susu kedelai adalah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan dan biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), sedangkan biaya variabel terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya operasional. Berikut adalah tabel mengenai biaya tetap dan biaya variabel dalam usaha pengolahan susu kedelai.

Tabel 25. Rata-rata Total Biaya Tetap Pengolahan Susu Kedelai

No Uraian Biaya Rata-rata /Produsen/Bulan (Rp)

1. Biaya Penyusutan 744.380

2. Biaya PBB 1.726

3. Rata-rata Total Biaya Tetap 746.106

Sumber : Diolah dari Lampiran 16

Berdasarkan tabel 25 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya tetap. Besarnya rata-rata total biaya tetap tersebut merupakan penjumlahan dari rata-rata biaya penyusutan yang terdiri atas biaya penyusutan mesin penggiling kedelai, blender, kompor, dandang, pisau, corong, gayung, baskom, cangkir, saringan, serta bangunan dan rata-rata biaya PBB.

Adapun biaya variabel dalam usaha pengolahan susu kedelai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 26. Rata-rata Total Biaya Variabel Per Bulan Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau

No Uraian Biaya Rata-rata/Produsen/Bulan (Rp)

1. Biaya Bahan Baku 2.675.057

2. Biaya Tenaga Kerja 914.285

3. Biaya Operasional 1.736.914

4. Rata-rata Total Biaya Variabel 5.326.258


(57)

Berdasarkan tabel 26 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata total biaya variabel yang diperoleh dari penjumlahan rata-rata biaya bahan baku, rata-rata biaya tenaga kerja dan rata-rata biaya operasional. Biaya operasional terdiri atas biaya air/listrik, kemasan susu kedelai, BBM transportasi dan gas.

Tabel 27. Rata-rata Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan

No Uraian Biaya Rata-rata/Produsen/Bulan (Rp)

1. Biaya Bahan Baku 629.123

2. Biaya Tenaga Kerja 276.943

3. Biaya Operasional 515.029

4. Rata-rata Total Biaya Variabel 1.421.094

Sumber : Diolah dari Lampiran 18

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata total biaya variabel yang diperoleh dari penjumlahan rata-rata biaya bahan baku, rata-rata biaya tenaga kerja dan rata-rata biaya operasional. Biaya operasional terdiri atas biaya air/listrik, kemasan susu kedelai, BBM transportasi dan gas.

Tabel 28. Rata-rata Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan

No Uraian Biaya Rata-rata/Produsen/Bulan (Rp)

1. Biaya Bahan Baku 483.769

2. Biaya Tenaga Kerja 276.943

3. Biaya Operasional 468.891

4. Rata-rata Total Biaya Variabel 1.229.603

Sumber : Diolah dari Lampiran 19

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata total biaya variabel yang diperoleh dari penjumlahan rata-rata biaya bahan baku, rata-rata biaya tenaga kerja dan rata-rata biaya operasional. Biaya operasional terdiri atas biaya


(58)

Berdasarkan data rata-rata biaya tetap dan data rata-rata biaya variabel maka dapat diketahui besar rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh produsen-produsen susu kedelai setiap bulan. Adapun rata-rata total biaya dalam usaha industri susu kedelai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 29. Rata-rata Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau

No Uraian Rata-rata Total Biaya /Produsen /Bulan (Rp)

1. Biaya Tetap 746.106

2. Biaya Variabel 5.326.258

3. Rata-rata Total Biaya 6.072.364

Sumber: Diolah dari Lampiran 20

Dari tabel 29 di atas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata total biaya per produsen susu kedelai per bulan yang diperoleh dengan cara menjumlahkan rata-rata total biaya tetap dan rata-rata-rata-rata total biaya variabel. Dapat dilihat bahwa biaya variabel lebih besar dibandingkan dengan biaya tetap.

Tabel 30. Rata-rata Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan No Uraian Rata-rata Total Biaya /Produsen /Bulan

(Rp)

1. Biaya Tetap 746.106

2. Biaya Variabel 1.421.094

3. Rata-rata Total Biaya 2.167.200

Sumber: Diolah dari Lampiran 21

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata total biaya per produsen susu kedelai per bulan yang diperoleh dengan cara menjumlahkan rata-rata total biaya tetap dan rata-rata total biaya variabel. Dapat dilihat bahwa biaya variabel lebih besar dibandingkan dengan biaya tetap.


(59)

Tabel 31. Rata-rata Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan

No Uraian Rata-rata Total Biaya /Produsen /Bulan (Rp)

1. Biaya Tetap 746.106

2. Biaya Variabel 1.229.603

3. Rata-rata Total Biaya 1.975.709

Sumber: Diolah dari Lampiran 22

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata total biaya per produsen susu kedelai per bulan yang diperoleh dengan cara menjumlahkan rata-rata total biaya tetap dan rata-rata total biaya variabel. Dapat dilihat bahwa biaya variabel lebih besar dibandingkan dengan biaya tetap.

Dari ketiga perhitungan rata-rata total biaya di atas, rata-rata total biaya yang terbesar adalah rata-rata total biaya pada saat musim kemarau yaitu Rp 6.072.364, selanjutnya rata-rata total biaya saat musim hujan yaitu Rp 2.167.200 sedangkan rata-rata total biaya terkecil yaitu pada saat bulan Ramadhan yaitu Rp 1.975.709. 5.3.3 Pendapatan Produsen Susu Kedelai

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi susu kedelai dengan harga jual susu kedelai di tingkat produsen. Harga susu kedelai per bungkusnya Rp 1.500. Pendapatan adalah penerimaan (Rp) dikurangi total biaya produksi (Rp).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan produsen susu kedelai adalah dilihat dari jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing produsen susu kedelai yang dikalikan dengan harga masing-masing susu kedelai tersebut setelah itu dikurangi dengan total biaya produksi masing-masing produsen susu kedelai.


(60)

dalam keadaan dingin sehingga disaat musim hujan terjadi penurunan konsumsi susu kedelai. Oleh karena itu, produsen susu kedelai biasanya mengurangi produksi susu kedelai mereka.

Untuk melihat pendapatan produsen susu kedelai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 32. Rata-rata Pendapatan Produsen Susu Kedelai di Musim Kemarau No Uraian Rata-rata Pendapatan/ Produsen/ Bulan

(Rp)

1. Total Biaya 6.072.364

2. Penerimaan 10.264.285

3. Pendapatan 4.191.921

Sumber : Diolah dari Lampiran 26

Dari tabel 32 dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan produsen susu kedelai dalam satu bulan. Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dikurang total biaya. Penerimaan produsen saat musim kemarau adalah rata-rata jumlah produksi dikali rata-rata harga jual yaitu 6.800 bungkus dikali Rp 1.571 sehingga pendapatan yang diperoleh produsen susu kedelai cukup tinggi dan sangat menguntungkan bagi para produsen susu kedelai.

Tabel 33. Rata-rata Pendapatan Produsen Susu Kedelai di Musim Hujan No Uraian Rata-rata Pendapatan/ Produsen/ Bulan

(Rp)

1. Total Biaya 2.167.200

2. Penerimaan 2.665.714

3. Pendapatan 498.514

Sumber : Diolah dari Lampiran 27

Dari tabel 33 dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan produsen susu kedelai dalam satu bulan di musim hujan. Penerimaan yang diperoleh saat musim hujan diperoleh dari perkalian antara rata-rata jumlah produksi dengan rata-rata


(61)

kedelai sangat rendah dibandingkan dengan pendapatan pada saat musim kemarau.

Tabel 34. Rata-rata Pendapatan Produsen Susu Kedelai di Bulan Ramadhan No Uraian Rata-rata Pendapatan/ Produsen/ Bulan

(Rp)

1. Total Biaya 1.975.709

2. Penerimaan 2.185.714

3. Pendapatan 210.005

Sumber : Diolah dari Lampiran 28

Dari tabel 34 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan produsen susu kedelai di bulan Ramadhan. Penerimaan yang diperoleh saat bulan Ramadhan diperoleh dari perkalian antara rata-rata jumlah produksi dengan rata-rata harga jual yaitu 1.800 kali 1.571. Pendapatan yang diperoleh produsen susu kedelai sangat rendah dibandingkan dengan pendapatan pada saat musim kemarau dan musim hujan. 5.4 Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Susu Kedelai

Untuk melihat usaha susu kedelai layak atau tidak layak maka dapat diukur dengan menggunakan R/C Ratio yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi dalam usaha pengolahan susu kedelai. Adapun kelayakan pengolahan susu kedelai di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 35 dibawah ini.

Tabel 35. Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau

No Uraian Rata-rata R/C Ratio/Produsen/ Bulan (Rp)

1. Penerimaan 10.264.285

2. Total Biaya 6.072.364

3. R/C Ratio 1,69


(62)

disimpulkan bahwa usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan, karena setiap pengeluaran investasi Rp 1 maka akan memperoleh hasil sebesar Rp 1,69.

Tabel 36. Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan

No Uraian Rata-rata R/C Ratio/Produsen/ Bulan (Rp)

1. Penerimaan 2.665.714

2. Total Biaya 2.167.200

3. R/C Ratio 1,2

Sumber : Diolah dari Lampiran 30

Dari tabel 36 diatas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata R/C Ratio sebesar 1,2 dimana R/C Ratio lebih besar dari 1 (1,2>1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan, karena setiap pengeluaran investasi Rp 1 maka akan memperoleh hasil sebesar Rp 1,2.

Dapat dilihat di lampiran 30 bahwa untuk masing-masing usaha pengolahan susu kedelai ada yang tidak memenuhi kriteria kelayakan yaitu nilai R/C lebih kecil dari 1, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan pada saat musim hujan. Tapi secara keseluruhan nilai R/C Ratio lebih besar 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa industri susu kedelai layak untuk dilaksanakan.

Tabel 37. Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan

No Uraian Rata-rata R/C Ratio/Produsen/ Bulan (Rp)

1. Penerimaan 2.185.714

2. Total Biaya 1.975.709


(63)

Berdasarkan tabel 37 di atas dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata R/C Ratio sebesar 1,1 dimana R/C Ratio lebih besar dari 1 (1,1>1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian layak untuk dilaksanakan, karena setiap pengeluaran investasi Rp 1 maka akan memperoleh hasil sebesar Rp 1,1.

Dapat dilihat di lampiran 31 bahwa untuk masing-masing usaha pengolahan susu kedelai ada yang tidak memenuhi kriteria kelayakan yaitu nilai R/C lebih kecil dari 1, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan pada saat bulan Ramadhan. Tapi secara keseluruhan nilai R/C Ratio lebih besar 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa industri susu kedelai layak untuk dilaksanakan.

Selanjutnya kelayakan usaha pengolahan susu kedelai dapat dilihat dengan menghitung nilai BEP (Break Event Point). BEP merupakan keadaan dimana suatu perusahaan atau usaha dalam melakukan produksi tidak untung dan tidak rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima perusahaan. BEP harga produksi dapat dianalisis dengan membandingkan total biaya produksi dengan volume atau jumlah produksi, sedangkan BEP volume produksi dapat dihitung dengan membandingkan total biaya produksi dengan harga jual ditingkat produsen susu kedelai.

Adapun perhitungan BEP harga produksi dan BEP volume produksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(64)

Tabel 38. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Volume Produksi Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau

No Uraian Rata-rata

1. Total Biaya 6.072.364

2. Harga Jual 1.571

3. Jumlah Produksi 6.800

4. BEP Harga Produksi 893

5. BEP Volume Produksi 3.864

Sumber : Diolah dari Lampiran 32

Berdasarkan tabel 38 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata BEP harga produksi sebesar 893 yang artinya BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata harga jual ditingkat produsen yaitu 1.571 (893< 1.571), dan BEP volume produksi sebesar 3.864 yang berarti rata-rata BEP volume produksi lebih lecil

dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar 6.800 (3.864< 6.800). Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan volume

produksi melewati titik impas, yang artinya usaha pengolahan susu kedelai layak untuk dilaksanakan di daerah penelitian.

Tabel 39. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Volume Produksi Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan

No Uraian Rata-rata

1. Total Biaya 2.167.200

2. Harga Jual 1.571

3. Jumlah Produksi 1.749

4. BEP Harga Produksi 1.239

5. BEP Volume Produksi 1.380

Sumber : Diolah dari Lampiran 33

Berdasarkan tabel 39 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata BEP harga produksi sebesar 1.239 yang artinya BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata harga jual ditingkat produsen yaitu 1.571 (1.239< 1.571), dan rata-rata BEP volume produksi sebesar 1.380 yang berarti BEP volume produksi lebih lecil


(65)

1.749). Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan volume produksi melewati titik impas, yang artinya usaha pengolahan susu kedelai layak untuk dilaksanakan di daerah penelitian.

Dapat dilihat dari lampiran 33 bahwa secara masing-masing industri susu kedelai ada yang tidak memenuhi kriteria kelayakan yaitu nilai BEP Volume Produksi > total produksi, dan nilai BEP Harga Produksi > Harga di tingkat produsen sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan pada saat musim hujan. Tapi secara keseluruhan nilai BEP Volume Produksi dan BEP Harga Produksi memenuhi kriteria kelayakan sehingga dapat disimpulkan bahwa industri susu kedelai layak untuk dilaksanakan.

Tabel 40. Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan BEP Volume Produksi Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan

No Uraian Rata-rata

1. Total Biaya 1.975.709

2. Harga Jual 1.571

3. Jumlah Produksi 1.423

4. BEP Harga Produksi 1.389

5. BEP Volume Produksi 1.258

Sumber : Diolah dari Lampiran 34

Berdasarkan tabel 40 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata BEP harga produksi sebesar 1.389 yang artinya BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata harga jual ditingkat produsen yaitu 1.571 (1.389< 1.571), dan rata-rata BEP volume produksi sebesar 1.389 yang berarti BEP volume produksi lebih lecil

dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi yaitu sebesar 1.423 (1.389< 1.423). Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual dan volume


(66)

Dapat dilihat dari lampiran 34 bahwa secara masing-masing industri susu kedelai ada yang tidak memenuhi kriteria kelayakan yaitu nilai BEP Volume Produksi > total produksi, dan nilai BEP Harga Produksi > Harga di tingkat produsen sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan pada saat bulan Ramadhan. Tapi secara keseluruhan nilai BEP Volume Produksi dan BEP Harga Produksi memenuhi kriteria kelayakan sehingga dapat disimpulkan bahwa industri susu kedelai layak untuk dilaksanakan.

Dengan memperhatikan nilai R/C Ratio (>1) dan BEP harga produksi dan BEP volume produksi maka hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan usaha industri susu kedelai layak diusahakan di daerah penelitian dapat diterima.

5.5 Analisis Skala Ekonomi

Teori skala ekonomi menunjukkan gambaran atau fenomena turunnya biaya produksi per unit dari suatu perusahaan yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah produksi (skala usaha). Berikut diperlihatkan perhitungan mengenai skala ekonomi, usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian. Tabel 41. Perhitungan Skala Ekonomi di Musim Kemarau

No Sampel

Total Produksi (Bungkus)

Total Biaya (Rp)

Rata-rata Biaya (Rp)

1. 15.600 16.482.805 1.056

2. 10.400 8.493.855 816

3. 9.000 6.552.915 728

4. 7.500 5.363.666 715

5. 2.250 2.399.708 1.066

6. 1.950 1.978.593 1.104

7. 900 1.295.570 1.439

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sesuai dengan teori skala ekonomi terlihat bahwa ada kecenderungan semakin besar jumlah produksi maka semakin kecil biaya rata-rata. Jumlah produksi sampel 3 sampai dengan 7 terus meningkat


(67)

produksi rata-rata yang paling rendah maka dapat disimpulkan bahwa skala usaha (jumlah produksi) yang paling menguntungkan adalah pada skala 7500 bungkus (sampel 4) karena skala ini memiliki biaya produksi rata-rata yang paling rendah yaitu Rp 715.

Tabel 42. Perhitungan Skala Ekonomi di Musim Hujan No Sampel Total Produksi (Bungkus) Total Biaya (Rp) Rata-rata Biaya (Rp)

1. 3.600 4.910.832 1.364

2. 2.400 2.797.990 1.165

3. 2.400 2.492.551 1.038

4. 1.800 1.746.902 970

5. 720 1.149.308 1.596

6. 720 1.119.553 1.555

7. 600 953.266 1.588

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sesuai dengan teori skala ekonomi terlihat bahwa ada kecenderungan semakin besar jumlah produksi maka semakin kecil biaya rata-rata. Jumlah produksi sampel 2 sampai dengan 7 terus meningkat dari 600 sampai dengan 2.400 bungkus susu kedelai diiringi penurunan biaya produksi rata-rata yang paling rendah maka dapat disimpulkan bahwa skala usaha (jumlah produksi) yang paling menguntungkan adalah pada skala 1.800 bungkus (sampel 4) karena skala ini memiliki biaya produksi rata-rata yang paling rendah yaitu Rp 970.

Tabel 43. Perhitungan Skala Ekonomi di Bulan Ramadhan No Total Produksi

(Bungkus)

Total Biaya (Rp)

Rata-rata Biaya (Rp)

1. 2.400 4.485.093 1.868

2. 2.400 2.427.612 1.011

3. 1.800 2.376.446 1.320

4. 1.200 1.353.632 1.128


(68)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sesuai dengan teori skala ekonomi terlihat bahwa ada kecenderungan semakin besar jumlah produksi maka semakin kecil biaya rata-rata. Jumlah produksi sampel 3 sampai dengan 7 terus meningkat dari 720 sampai dengan 1.800 bungkus susu kedelai diiringi penurunan biaya produksi rata-rata yang paling rendah maka dapat disimpulkan bahwa skala usaha (jumlah produksi) yang paling menguntungkan adalah pada skala 1.200 bungkus (sampel 4) karena skala ini memiliki biaya produksi rata-rata yang paling rendah yaitu Rp 1.128.


(69)

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Input produksi seperti kedelai, gula, pandan, garam, air, alat dan mesin operasional, modal dan tenaga kerja tersedia di daerah penelitian.

2. Pendapatan yang diperoleh oleh produsen susu kedelai di musim kemarau

adalah Rp 4.191.921 per bulan, pendapatan di musim hujan Rp 498.514 per bulan serta pendapatan di bulan Ramadhan Rp 210.005.

3. Usaha pengolahan susu kedelai di daerah penelitian layak untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat di musim kemarau nilai R/C Ratio lebih besar 1 yaitu sebesar 1,69 (1,69 > 1), BEP volume produksi lebih kecil dibandingkan jumlah produksi produsen susu kedelai (3.864 < 6.800), dan BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan harga ditingkat produsen susu kedelai (893 < 1.571). Di musim hujan nilai R/C Ratio lebih besar 1 yaitu 1,3 (1,3>1), BEP volume produksi lebih kecil dibandingkan jumlah produksi produsen susu kedelai (1.380 < 1.749), dan BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan dengan harga ditingkat produsen susu kedelai (1.239 < 1.571). Di bulan Ramadhan nilai R/C Ratio lebih besar 1 yaitu 1,1 (1,1>1), BEP volume produksi lebih kecil dibandingkan jumlah produksi produsen susu kedelai (1.258 < 1.423), dan BEP harga produksi lebih kecil dibandingkan


(70)

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran kepada pihak-pihak berikut ini :

1. Kepada Produsen Pengolahan Susu Kedelai di Kota Medan

Diharapkan kepada produsen susu kedelai untuk tidak melakukan proses produksi pada musim hujan dan pada saat bulan Ramadhan dikarenakan pendapatan yang diperoleh terlalu sedikit. Dan hendaknya meningkatkan produksi saat musim kemarau.

2. Kepada Pemerintah

Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan industri-industri kecil seperti industri susu kedelai dengan cara menjaga stabilitas harga bahan baku pengolahan susu kedelai sehingga produsen-produsen susu kedelai tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku tersebut.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat menganalisis mengenai strategi pemasaran susu kedelai di Kota Medan agar produsen susu kedelai dapat memperbesar skala usaha pengolahan susu kedelai.


(1)

vi

5.1 Proses Pengolahan Susu Kedelai ... 32

5.2 Ketersediaan Input Produksi………33

5.2.1 Ketersediaan Bahan Baku ... 33

5.2.2 Ketersediaan Alat dan Mesin Operasional ... 35

5.2.3 Ketersediaan Modal ... 37

5.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 38

5.3 Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Susu Kedelai ... 39

5.3.1 Biaya Bahan Baku ... 39

5.3.2 Total Biaya ... 43

5.3.3 Pendapatan Produsen Susu Kedelai ... 46

5.4 Analisis Kelayakan Pengolahan Susu Kedelai ... 48

5.5 Analisis Skala Ekonomi... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(2)

vii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1 Perkembangan Konsumsi Kedelai Penduduk 2

Sumatera Utara Tahun 2010-2014

2 Impor Kedelai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 3 3 Daftar Harga Kedelai di Kota Medan Tahun 2011-2014 3 4 Sebaran Usaha Pengolahan Susu Kedelai Tahun 2013 5 5 Sebaran Usaha Pengolahan Susu Kedelai Tahun 2015 5 6 Lama Usaha Produsen Susu Kedelai di Kota Medan 5

7 Komposisi Susu Kedelai 10

8 Sebaran Usaha Pengolahan Susu Kedelai 20

9 Deskripsi Kecamatan di Wilayah Industri Susu Kedelai 27 di Kota Medan Tahun 2013

10 Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 28 Tahun 2013

11 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan di Daerah Penelitian 28 Kota Medan Tahun 2013

12 Jumlah Industri di Daerah Penelitian di Kota Medan 29 Tahun 2013

13 Karakteristik Responden Pemilik Usaha Susu Kedelai 30

14 Proses Pengolahan Susu Kedelai 32

15 Sumber Bahan Baku di Daerah Penelitian 34

16 Sumber Alat dan Mesin Operasional 35

17 Sumber Modal Produsen Susu Kedelai 37

18 Ketersediaan Tenaga Kerja 38

19 Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan 39 Susu Kedelai di Musim Kemarau

20 Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan 40 Susu Kedelai di Musin Hujan

21 Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan 41 Susu Kedelai di Bulan Ramadhan

22 Biaya Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan 41 Susu Kedelai di Musim Kemarau

23 Biaya Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan 42 Susu Kedelai di Musim Hujan


(3)

viii

24 Biaya Rata-rata Penggunaan Bahan Baku Pengolahan 42 Susu Kedelai di Bulan Ramadhan

25 Rata-rata Total Biaya Tetap Pengolahan Susu Kedelai 43 26 Rata-rata Total Biaya Variabel Per Bulan Pengolahan 44

Susu Kedelai di Musim Kemarau

27 Rata-rata Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai 44 di Musin Hujan

28 Rata-rata Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai 44 di Bulan Ramadhan

29 Rata-rata Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai 45 di Musim Kemarau

30 Rata-rata Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai 45 di Musim Hujan

31 Rata-rata Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai 46 di Bulan Ramadhan

32 Rata-rata Pendapatan Produsen Susu Kedelai 47 di Musim Kemarau

33 Rata-rata Pendapatan Produsen Susu Kedelai 47 di Musim Hujan

34 Rata-rata Pendapatan Produsen Susu Kedelai 48 di Bulan Ramadhan

35 Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Susu Kedelai 49 di Musim Kemarau

36 Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Susu Kedelai 49 di Musim Hujan

37 Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Susu Kedelai 50 di Bulan Ramadhan

38 Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan 51 BEP Volume Produksi Usaha Pengolahan Susu Kedelai

di Musim Kemarau

39 Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan 51 BEP Volume Produksi Usaha Pengolahan Susu Kedelai

di Musim Hujan

40 Rata-rata Perhitungan BEP Harga Produksi dan 52 BEP Volume Produksi Usaha Pengolahan Susu Kedelai

di Bulan Ramadhan

41 Perhitungan Skala Ekonomi di Musim Kemarau 54 42 Perhitungan Skala Ekonomi di Musim Hujan 54 43 Perhitungan Skala Ekonomi di Bulan Ramadhan 55


(4)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 2 3 4 5 6

Skema Kerangka Pemikiran Susu Kedelai

Mesin Penggiling Kedelai Bahan Aluminium Mesin Penggiling Kedelai Bahan Besi Kompor dan Gas

Baskom dan Dandang

18 34 36 36 36 37


(5)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Karakteristik Responden (Produsen Susu Kedelai)

2 Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau 3 Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan 4 Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan 5 Biaya Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau 6 Biaya Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan 7 Biaya Penggunaan Bahan Baku Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan 8 Biaya Investasi Pengolahan Susu Kedelai di Kota Medan

9 Total Biaya Penyusutan Pengolahan Susu Kedelai Per Bulan 10 Biaya Pajak Bumi dan Bangunan

11 Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau

12 Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan dan Bulan Ramadhan

13 Biaya Operasional Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau 14 Biaya Operasional Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan 15 Biaya Operasional Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan 16 Total Biaya Tetap Pengolahan Susu Kedelai Per Bulan

17 Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau 18 Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan 19 Total Biaya Variabel Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan 20 Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau

21 Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan 22 Total Biaya Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan 23 Total Penerimaan Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau 24 Total Penerimaan Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan 24 Total Penerimaan Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan 26 Pendapatan Produsen Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau 27 Pendapatan Produsen Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan 28 Pendapatan Produsen Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan


(6)

xi

29 Perhitungan R/C Ratio Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau 30 Perhitungan R/C Ratio Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan 31 Perhitungan R/C Ratio Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan

32 Perhitungan Break Event Point (BEP) Pengolahan Susu Kedelai di Musim Kemarau 33 Perhitungan Break Event Point (BEP) Pengolahan Susu Kedelai di Musim Hujan 34 Perhitungan Break Event Point (BEP) Pengolahan Susu Kedelai di Bulan Ramadhan