Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Cincau Hitam Di Kota Medan (Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan)

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI CINCAU

HITAM DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan)

SKRIPSI

OLEH : RIDHO ISLAMI

110304083 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI CINCAU

HITAM DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan)

SKRIPSI

OLEH : RIDHO ISLAMI

110304083 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. M. Mozart B. Darus, M.Sc) (Ir. Iskandarini , M.M) NIP : 196210951987031005 NIP: 196405051994032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

RIDHO ISLAMI (110304083): Studi Kelayakan Usaha Agroindustri Cincau Hitam di Kota Medan (Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota medan), dibimbing oleh Bapak Ir. M. Mozart B. Darus, M.Sc dan Ibu Ir. Iskandarini , M.M.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) dan untuk menganalisis usaha agroindustri cincau hitam layak diusahakan atau tidak secara finansial di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

Metode penelitian: Daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Metode penentuan sampel menggunakan metode sensus dimana sampel yang diambil adalah pengusaha cincau hitam di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan yang berjumlah 4 industri kecil/sampel. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan finansial, analisis deskriptif dan analisis kelayakan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai Net Present Value (NPV) > 0, nilai

Internal Rate of Return (IRR) > suku bunga bank, nilai Net Benefit Cost Ratio

(Net B/C) > 1 yang berarti usaha agroindustri cincau hitam layak untuk diusahakan.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, nikmat serta limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dalam bentuk dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. M. Mozart B. Darus. Selaku ketua komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Ir. Iskandarini, M.Si. Selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua dan Sekretaris Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.


(5)

5. Ayahanda tercinta H. Rahman dan Ibunda tercinta Hj. Sujirah serta kakak-kakak tercinta dr. Rahmahayani dan dr. Nelly Rahayu Serta adik tercinta Luvi Anggraily yang telah memberikan bantuan, doa dan begitu banyak perhatian, cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.

6. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat selama penyelesaian skripsi ini dan Meinia Singgar Niari yang selalu memberi semangat dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman yang luar biasa, Aziz Adriansyah SP, M. Arryan Hanafi T SP,

M. Adi Kurniawan SP, Alditra Dwiky Junidwan Amd, Ayub Azhari, Abdul Halim Lubis, Imam Sudrajat, Zulfadli Adha Nasution, Sri Wahyuni, dan semua yang telah mendukung dan mendoakan selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis stambuk 2011 serta abang dan kakak stambuk yang telah banyak memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

9. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan sebagai tempat penulis melakukan penelitian skripsi.

10. Para Pengusaha Cincau Hitam di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan yang telah membantu memberikan data untuk menyelesaikan skripsi.

Akhirnya penulis mendoakan agar Allah SWT menerima seluruh amal dan ibadah mereka dengan membalas budi baik mereka dengan pahala berlipat ganda, semoga segala usaha dan niat baik yang telah dilakukan mendapat Ridho Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi


(6)

maupun redaksinya oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal’alamin.

Medan, Maret 2015


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tolan 1 pada tanggal 29 Januari 1993, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, seorang putra dari Ayahanda H. Rahman dan Ibunda Hj Sujirah.

Jenjang Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 112235 Tolan 1, masuk tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005.

2. Sekolah Menengah Pertama di MTSN Binjai, masuk tahun 2005 dan lulus tahun 2008.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Model Binjai, masuk tahun 2008 dan lulus tahun 2011.

4. Tahun 2011 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan juli 2014 di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

6. Melaksanakan Penelitian pada bulan Februari 2015 di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera Utara.


(8)

Pengalaman Organisasi :

1. Pengurus Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 - 2014.

2. Asisten Laboratorium Koperasi dan Penyuluhan Pertanian Universitas Sumatera Utara Tahun 2013-2014

3. Koordinator Asisten Laboratorium Koperasi dan Penyuluhan Pertanian Universitas Sumatera Utara Tahun 2014-2015


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

RIWAYAT HIDUP ...v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...3

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.4 Kegunaan Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 5

2.2 Landasan Teori ... 6

2.2.1 Teori Pendapatan ... 6

2.2.2 Teori Produksi ... 8

2.2.3 Teori Harga ... 8

2.2.4 Analisis Finansial ... 9

2.3 Penelitian Terdahulu ... 16

2.4 Kerangka Pemikiran ... 17

2.5 Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 20


(10)

3.4 Metode Analisis Data ... 21

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 23

3.5.1 Definisi ... 23

3.5.2 Batasan Operasional ... 24

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 25

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 26

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 27

4.1.4 Fasilitas Industri ... 28

4.2 Karakteristik Responden ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ketersedian Input Produksi ... 31

5.1.1 Ketersediaan Daun Cincau Hitam ... 31

5.1.2 Ketersediaan Alat Operasional ... 32

5.1.3 Ketersediaan Tepung Tapioka ... 36

5.1.4 Ketersediaan Modal ... 37

5.1.5 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 38

5.2 Pendapatan Usaha Agroindustri Cincau Hitam ... 39

5.2.1 Biaya Bahan Baku ... 39

5.2.2 Total Biaya ... 40

5.3 Rancangan Keuangan ... 42

5.3.1 Rancangan Investasi ... 42

5.3.2 Rancangan Penerimaan ... 43

5.3.3 Rancangan Pengeluaran Biaya ... 44

5.4 Analisis Studi Kelayakan Usaha ... 48

5.4.1 Net Present Value (NPV) ... 48

5.4.2 Internal Rate Of Return (IRR) ... 49


(11)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 55 6.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Sampel Cincau Hitam ... 2

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014 ...26

3. Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014 ...27

4. Karakteristik Responden ...29

5. Sumber Daun Cincau di Daerah Penelitian ...31

6. Sumber Alat Operasional di Daerah Penelitian ...33

7. Sumber Tepung Tapioka di Daerah Penelitian ...36

8. Kepemilikan Modal Usaha Cincau Hitam ...37

9. Penggunaan TKDK dan TKLK usaha Cincau Hitam ...38

10.Rata-Rata Penggunaan Bahan Baku pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...39

11.Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Baku pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...39

12.Rata-Rata Total Biaya pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...40

13.Rata-Rata Pendapatan Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...41

14.Rancangan Investasi Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...42

15.Rancangan Penerimaan Cincau Hitam ...43

16.Rata-Rata Rancangan Total Biaya Produksi Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...44

17.Rata-Rata Rancangan Biaya Operasional Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...45


(13)

18.Rata-Rata Rancangan Biaya Tenaga Kerja Usaha Agroindustri Cincau

Hitam ...46

19.Rata-Rata Rancangan Biaya Penyusutan Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...47

20.Net Present Value (NPV) Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...48

21.Internal Rate Of Return (IRR) Usaha Agroindustri Cincau Hitam ...49


(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran ...18

2. Daun Cincau Hitam ...32

3. Ember dan Gayung ...33

4. Drum ...34

5. Loyang ...34

6. Kain ...35

7. Kalo/Alat Pengaduk ...35


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Rata-Rata Penggunaan Bahan Baku pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam 2. Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Baku pada Usaha Agroindustri Cincau

Hitam

3. Rata-Rata Total Biaya pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam 4. Rata-Rata Pendapatan Usaha Agroindustri Cincau Hitam 5. Net Present Value (NPV) Usaha Agroindustri Cincau Hitam 6. Internal Rate Of Return (IRR) Usaha Agroindustri Cincau Hitam


(16)

ABSTRAK

RIDHO ISLAMI (110304083): Studi Kelayakan Usaha Agroindustri Cincau Hitam di Kota Medan (Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota medan), dibimbing oleh Bapak Ir. M. Mozart B. Darus, M.Sc dan Ibu Ir. Iskandarini , M.M.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) dan untuk menganalisis usaha agroindustri cincau hitam layak diusahakan atau tidak secara finansial di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

Metode penelitian: Daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Metode penentuan sampel menggunakan metode sensus dimana sampel yang diambil adalah pengusaha cincau hitam di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan yang berjumlah 4 industri kecil/sampel. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan finansial, analisis deskriptif dan analisis kelayakan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai Net Present Value (NPV) > 0, nilai

Internal Rate of Return (IRR) > suku bunga bank, nilai Net Benefit Cost Ratio

(Net B/C) > 1 yang berarti usaha agroindustri cincau hitam layak untuk diusahakan.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya terdiri dari petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting. Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Selain itu, sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usahatani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktivitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat (Rahim dan Diah, 2008).

Cincau hitam merupakan bahan pangan berbentuk gel yang dihasilkan dari ekstrak tanaman cincau hitam (Mesona palustris BL) dan termasuk dalam suku Labiatae. Tanaman cincau hitam berbentuk perdu tingginya antara 30-60 cm dan tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 75-2300 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia tanaman cincau hitam banyak terdapat di Sumatera Utara, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Sulawesi.

Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan cukup besar dalam mengadakan penilaian terhadap kegiatan usaha/proyek yang akan dilaksanakan. Demikian pula terhadap para pengusaha ekonomi lemah, pada


(18)

umumnya masalah yang dihadapi para pengusaha, selain keterbatasan modal juga keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang dikembangkan. Hal ini merupakan masalah baru yang memerlukan pemecahan secara terpadu untuk pengembangan usaha. Bertitik tolak pada permasalahan diatas, untuk meningkatkan peranan para pengusaha ekonomi lemah dalam perekonomian nasional, selain mengatasi masalah permodalan juga diperlukan peningkatan sumberdaya melalui penataran, terutama dalam hal studi kelayakan (Ibrahim, 2003).

Saat ini hampir setiap sektor usaha yang akan didirikan, dikembangkan, dan diperluas ataupun dilikuidasi selalu didahului dengan satu kegiatan yang disebut Studi Kelayakan. Apalagi sektor industri dan perdagangan yang lebih bersifat komersial dan padat modal. Kekeliruan atau kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan kerugian dan resiko yang besar. Penilaian investasi termasuk dalam studi kelayakan yang bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjuran investasi yang tidak menguntungkan karena usaha tidak layak (Subagyo, 2008).

Di Kota Medan memiliki industri kecil cincau hitam yakni di Kecamatan Medan Tembung. Hal ini dapat di lihat pada Tabel 1 :

Tabel 1. Sampel Cincau Hitam

Sumber : Analisis Data Primer

No Kecamatan Unit Keterangan


(19)

Sampel cincau hitam yang terdapat di kecamatan medan tembung kota medan sebanyak 4 industri kecil, hal ini berdasarkan analisis data primer di daerah penelitian. Menurut analisis data primer pada tahun 2010 – tahun 2012 di kecamatan medan tembung, kota medan industri kecil cincau hitam sebanyak 6 industri kecil. sehingga terjadi penurunan jumlah industri di daerah penelitian tersebut yang dikarenakan manajemen yang buruk terhadap usaha cincau hitam. Khasiat cincau untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu kandungan serat di dalam cincau juga tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan terhadap cincau mengungkapkan terdapat 6,23 gram per 100 gram kandungan serat kasar dalam gel cincau. Ini berarti bila cincau dikonsumsi bersama dengan buah dan sayur mayur sehari-hari bisa memadai untuk memenuhi kebutuhan serat harian sebesar 30 gram sehingga bisa membantu memerangi penyakit degeneratif seperti jantung koroner. Sementara itu kalori yang terkandung di dalamnya adalah 122 kalori dan protein sebesar 6 gram. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang analisis kelayakan usaha agroindustri cincau hitam di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana ketersediaan input (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) untuk usaha cincau hitam di daerah penelitian?


(20)

2. Apakah usaha cincau hitam layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi ketersediaan input (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) untuk usaha cincau hitam di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui apakah usaha cincau hitam layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai wacana dan sumber informasi bagi pengusaha cincau hitam dan masyarakat umum.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pemerintah dalam hal pengambil kebijakan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Menurut sistematika secara taksonomi Tanaman cincau hitam (Mesona palustris) ini dibagi dalam :

Divisi : pterydophyta

Kelas : dycotiledonae

Famili : labialae

Genus : Mesona

Spesies : Mesona palustris (Tanaman cincau hitam).

Tanaman cincau hitam sebagai bahan baku cincau hitam banyak tumbuh secara liar dihutan hutan, akan tetapi dengan semakin meningkatnya permintaan akan potongan kering tanaman cincau hitam atau biasa disebut sebagai simplisia kering, maka petani banyak yang membudidayakannya. Tanaman cincau hitam yang telah dipanen selanjutnya dikeringkan dengan cara dihamparkan di atas permukaan tanah, sehingga warnanya berubah dari hijau menjadi berwarna cokelat tua. Simplisia yang dipotong-potong kemudian dimasukkan kedalam karung dan ditekan sehingga menjadi padat. Simplisia kering inipun siap dipasarkan (Widyanigsih, 2007).

Tanaman cincau hitam dapat dibudidayakan dengan cara generatif maupun vegetatif. Cara generatif yaitu dengan menggunakan biji sedangkan dengan vegetatif menggunakan stek batang, tunas akar, dan cara merunduk. Proses


(22)

pembibitan secara generatif tingkat keberhasilan kecambahnya hanya 1-2% saja dengan waktu 2 bulan. Hal ini menyebabkan pembibitan cara ini jarang dilakukan.

Tanaman cincau hitam dapat dibudidayakan dengan cara generatif maupun vegetatif. Cara generatif yaitu dengan menggunakan biji sedangkan dengan vegetatif menggunakan stek batang, tunas akar, dan cara merunduk. Proses pembibitan secara generatif tingkat keberhasilan kecambahnya hanya 1-2% saja dengan waktu 2 bulan. Hal ini menyebabkan pembibitan cara ini jarang dilakukan (Sunanto, 1995).

Adapun kandungan serat di dalam cincau juga tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan terhadap cincau mengungkapkan terdapat 6,23 gram per 100 gram kandungan serat kasar dalam gel cincau. Ini berarti bila cincau dikonsumsi bersama dengan buah dan sayur-mayur sehari-hari bias memadai untuk memenuhi kebutuhan serat harian sebesar 30 gram sehingga bias membantu memerangi penyakit degeneratif seperti jantung koroner. Kalori yang terkandung di dalamnya adalah 122 kalori dan protein sebesar 6 gram. Karena kandungan seratnya yang tinggi dan kalorinya yang rendah sehingga baik dikonsumsi sehari-hari (Pitojo, 1998).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Pendapatan

Pendapatan (revenue) dapat mendefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada


(23)

dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktik ini biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan (Anonimus, 2014).

Dalam ekonomi modern terdapat dua cabang utama teori yaitu teori harga dan teori pendapatan. Teori pendapatan termasuk dalam ekonomi makro yaitu teori yang mempelajari hal-hal sebagai berikut :

- Perilaku jutaan rupiah pengeluaran konsumen - Investasi dunia usaha

- Pembelian yang dilakukan pemerintah

Menurut pelopor ilmu ekonomi klasik, Adam Smith dan David Ricardo distribusi pendapatan digolongkan dalam tiga kelas sosial yang utama : pekerja, pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan 3 faktor produksi yaitu tenaga kerja, modal dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor dianggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terlatih terhadap pendapatan nasional. Teori mereka meramalkan bahwa begitu masyarakat makin maju para tuan tanah akan relatif lebih baik keadaannya dan para kapitalis (pemilik modal) menjadi relatif lebih buruk keadaannya.

Pendapatan atau income masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki pada sektor produksi dan sektor ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi. Selain itu pendapatan adalah selisih antara Total Penerimaan (TR) dengan Total Biaya (TC) (Sumitro, 1991).


(24)

2.2.2. Teori Produksi

Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah jika memberikan manfaat yang baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan suatu usaha dengan mengkombinasikan beberapa masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dengan biaya yang efisien (Putong, 2002).

Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut. Dengan demikian produksi tidak terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Komoditi bukan hanya berbentuk barang tetapi bisa juga berbentuk jasa. Produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input menjadi output beberapa barang atau jasa (Salvatore, 2001).

2.2.3. Teori Harga

Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix

(4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.


(25)

Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan (Anonimus, 2014).

Salah satu gejala ekonomi yang penting bagi petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Suatu barang mempunyai harga karena dua sebab, yaitu barang itu berguna dan jumlahnya terbatas.Suatu barang merupakan barang ekonomi dalam ilmu ekonomi dinyatakan barang tersebut mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna, sedangkan barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas.

2.2.4. Analisis Finansial

Studi kelayakan (feasibility study) pada akhir-akhir ini telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama yang bergerak dalam bidang dunia usaha. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam dunia usaha telah menuntut untuk menilai sejauh mana peluang tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) apabila dilaksanakan. Kegiatan menilai sejauh mana manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha disebut dengan studi kelayakan bisnis (Ibrahim, 2003).

Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan suatu usaha. Layak atau tidak layak dijalankannya


(26)

sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan kedalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu.

Tujuan dalam melakukan studi kelayakan usaha ialah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Karena usaha investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang.

Kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), secara umum tujuan adanya studi kelayakan agar usaha atau proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan kata lain tidak membuang uang, tenaga, waktu dan pikiran secara percuma serta tidak akan menimbulkan masalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Bahkan dengan adanya usaha atau proyek akan memberikan berbagai keuntungan serta manfaat kepada berbagai pihak. Paling tidak ada lima tujuan dilakukan studi kelayakan sebelum suatu usaha atau proyek dilaksanakan, yaitu :

1. Menghindari risiko kerugian

Untuk mengatasi risiko kerugian di masa yang akan datang, karena di masa yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa


(27)

dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan, baik risiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan

Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. Yang jelas dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pengembangan usaha, mulai dari usaha dikembangkan sampai waktu tertentu.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dapat dilaksanakan secara sistematis, sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan. 4. Memudahkan Pengawasan

Dengan telah dilaksanakan suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. Pelaksanaan pekerjaan bisa sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu.


(28)

5. Memudahkan Pengendalian

Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan bisa dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan akan tercapai.

Menurut Ibrahim (2003), aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis antara lain:

a. Aspek Pasar

Peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan usaha merupakan variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar dan pemasaran.

Aspek pasar sekurang-kurangnya harus melingkupi peluang pasar, perkembangan pasar, penetapan pangsa pasar dan langkah-langkah yang diperlukan disamping kebijaksanaan yang diperlukan. Dalam aspek pasar juga harus diuraikan mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pemasaran, seperti pesaing, kekuatan dan kelemahannya, serta menguraikan keunggulan-keunggulan dari usaha yang direncanakan.

b. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah usaha tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.


(29)

Analisis secara teknis berhubungan dengan usaha (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan kerangka kerja usaha harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti Aspek-aspek lain dari analisa usaha hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan, walaupun asumsi-asumsi teknis dari suatu perencanaan usaha mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana aspek-aspek yang lain diteliti secara terperinci.

Faktor utama yang harus dimuat dalam aspek teknis adalah lokasi usaha/pabrik yang akan dikembangkan. Faktor lain yang perlu dijelaskan dilihat dari segi bahan baku, keadaan pasar, penyediaan tenaga kerja, transportasi dan fasilitas tenaga listrik, serta penanganan limbah bila diperlukan.

c. Aspek Manajemen

Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam usaha dan manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan usaha adalah proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar usaha yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya.

Pelaksanaan pembangunan usaha tersebut bisa pihak yang mempunyai ide usaha itu, umumnya diserahkan pada beberapa pihak lain. Siapapun yang akan melaksanakan usaha tersebut, perusahaan yang mempunyai ide membuat usaha perlu mengetahui kapan usaha itu akan mulai bisa beroperasi


(30)

secara komersial. Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan usaha operasional.

Dalam aspek manajemen yang perlu diuraikan adalah bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari gagasan usaha/proyek yang direncanakan secara efisien. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara teknis (jenis pekerjaan yang dilakukan) dan berdasarkan pada struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan pada struktur organisasi yang ditetapkan, kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan.

d. Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan

Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisis ekonomi penting dilakukan unutuk proyek-proyek yang berskala besar, yang menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup berarti.

Didalam aspek sosial yang perlu dievaluasi adalah seberapa jauh respon masyarakat sekitar bisnis terhadap dilaksanakannya usaha. Berapa banyak masyarakat yang setuju, menentang, dan tidak memberikan pendapat atas pelaksanaan bisnis tersebut. Untuk mengatasi masalah sosial yang mungkin timbul dalam masyarakat sehubungan dilaksanakannya proyek, sebaiknya


(31)

sejak dini masyarakat diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara mengajak wakil mereka untuk turut serta dalam perencanaan.

e. Aspek Keuangan

Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk membuat keputusan keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Keputusan investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal, kebijakan modal kerja dan kebijakan investasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang lebih luas.

Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial, yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut.

Analisis finansial didasarkan pada keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan data harga yang sebenarnya ditemukan dilapangan (real price). Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan apa adanya. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan juga dapat segera melakukan penyesuaian (adjustment), bilamana proyek tersebut berjalan meyimpang dari rencana semula (Kadariah, 1999).


(32)

Dalam kelayakan investasi ini beberapa indikator finansial yang digunakan yaitu perhitungan terhadap NPV ( net present value ), IRR (internal rate of return ) dan Net Benefit-cost ratio (Net B/C ratio).

NPV adalah metode penilaian yang dapat menciptakan cash in flow dibandingkan dengan opportunity cost dari capital yang ditanamkan. Jika hasil perhitungan NVP > 0 maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan menghasilkan

cash in flow dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan opportunity cost-nya.

IRR merupakan suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan

discount factor. Jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank.

Net Benefit-cost ratio (Net B/C ratio ) dapat dikatakan sebagai ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha. Jika ratio menunjukkan hasil nol maka dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian juga jika ratio menunjukkan angka kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan (Rahim dan Diah, 2008).

2.3.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan adalah Nur’aidah Nasution (2014) dengan judul Strategi Pemasaran Cincau Hitam Di Kota Medan Dengan hasil penelitian bahwa strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran industri


(33)

cincau hitam di daerah penelitian adalah strategi turn around atau strategi WO (weakness opportunities) yaitu meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

2.4.Kerangka Pemikiran

Usaha cincau hitam merupakan usaha yang dilakukan oleh pengusaha dengan mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuan untuk memperoleh hasil (produksi). Biaya-biaya produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya-biaya usaha cincau hitam adalah biaya-biaya pembelian daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, tenaga kerja dan berupa modal untuk memulai usaha mempengaruhi produksi atau hasil yang diterima.

Selanjutnya akan dilakukan analisis finansial yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha cincau hitam. Adapun kriteria investasi yang dipakai dalam analisis ini yakni B/C ratio, NPV, dan IRR. Bila kriteria tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan usaha tersebut layak diusahakan. Jika usaha dikatakan layak artinya usaha tersebut memberikan keuntungan/manfaat secara finansial, namun bila dikatakan tidak layak artinya usaha tersebut tidak memberikan keuntungan/manfaat secara finansial sehingga pengusaha cincau hitam dapat melakukan tindakan penyesuaian (adjustment) karena usaha yang dikerjakan meyimpang dari tujuan semula.


(34)

Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Keterangan :

: Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Usaha Cincau

Hitam

Input Produksi :

- Daun Cincau

Hitam

- Tepung Tapioka - Alat dan Bahan

Operasional

- Modal

- Tenaga Kerja

Produksi

Penerimaan Biaya Produksi

Harga Jual

Pendapatan Usaha Cincau Hitam

Kriteria investasi : • Analisis NPV • Analisis IRR • Analisis Net

B/C


(35)

2.5.Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut : cincau hitam layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu di Kota Medan yakni di Kecamatan Medan Tembung. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Medan Tembung merupakan tempat produksi cincau hitam di daerah penelitian.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode sensus, yaitu semua populasi dijadikan sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan sampel.

Setelah melakukan pra survey, adapun keseluruhan banyaknya sampel yang akan dijadikan penelitian ini sebanyak 4 industri kecil cincau hitam yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengusaha cincau hitam dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi, seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian Pemprov Sumatera Utara dan kantor Kecamatan di daerah penelitian.


(37)

3.4. Metode Analisis Data

Identifikasi Masalah 1 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input ( daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja ) di daerah penelitian.

Identifikasi Masalah 2 diuji dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Adapun kriteria penilaian invastasi adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), maupun Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Net Present Value (NPV), adalah metode yang digunakan untuk menghitung antara nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan kas di masa yang akan datang, dengan rumus sebagai berikut :

NPV =

1

(1

)

n i t t

NB

i

=

+

Keterangan:

NB = Net Benefit = Benefit - Cost i = Discount factor

n = Tahun (Waktu) Kriteria Penilaian :

Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima, Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak,

Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak.


(38)

2. Metode Internal rate of Return (IRR) merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam mengembangkan usaha sesungguhnya untuk memberikan tingkat keuntungan, semakin tinggi IRR yang dapat dicapai semakin baik pengembangan usaha pengolahan cincau hitam untuk direalisasikan,dengan menggunakan rumus ;

*(

)

NPVIr

IRR Ir

It Ir

NPVIr NPVIt

= +

Keterangan :

NPV Ir = NPV Pada bunga ril

NPV It = NPV Pada bunga pembanding It = Bunga tinggi

Ir = Bunga Rendah Kriteria Penilaian :

IRR > suku bunga, maka usaha tersebut diterima atau bisa dilaksanakan IRR < suku bunga , maka usaha tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan IRR = suku bunga yang ditetapkan, maka usaha tersebut dilaksanakan atau tidak terserah pengambilan keputusan.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), adalah perbandingan antara proses dari tahun-tahun bersangkutan yang telah dipresent valuekan dengan biaya bersih, yang dapat di rumuskan sebagi berikut:

Net B/C =

1

( )

( )

n i i i

PV

PV

+


(39)

Keterangan :

PV (+) = Present Value yang telah didiscount positif PV (-) = Present Value yang telah didiscount negatif i = Discount Factor

n = Tahun ( Waktu) Kriteria Penilaian :

B/C > 0 maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan B/C = 0 maka usaha tersebut tidak untung tidak rugi (marginal) sehingga usaha tersebut dilanjutkan atau tidak tergantung pengambil keputusan

B/C < 0 maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk diusahakan (Kasmir dan Jakfar, 2003).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Definisi

3. Usaha cincau hitam adalah pengusaha yang mengusahakan cincau hitam. 4. Input produksi adalah faktor-faktor yang mendukung produksi cincau hitam di

daerah penelitian seperti daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja.

5. Produksi adalah semua hasil olahan industri cincau hitam baik untuk di jual maupun untuk dikonsumsi sendiri.

6. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi hingga menghasilkan produk (cincau hitam).


(40)

7. Pendapatan usaha cincau hitam adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi.

8. Penerimaan adalah jumlah produksi cincau hitam dikalikan dengan harga cincau hitam di pasaran.

9. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh pengusaha cincau hitam.

10. Analisis kelayakan usaha adalah untuk menganalisis suatu usaha layak atau tidak layak dikembangkan secara finansial.

11. Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas.

12. Analisis NPV adalah untuk menghitung antara nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan kas di masa yang akan datang.

13. Analisis IRR adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mengembangkan usaha sesungguhnya untuk memberikan tingkat keuntungan.

14. Analisis Net B/C adalah perbandingan antara proses dari tahun-tahun bersangkutan yang telah dipresent valuekan dengan biaya bersih.

15. Layak adalah usaha tersebut memberikan keuntungan/manfaat secara finansial 16. Tidak Layak adalah usaha tersebut tidak memberikan keuntungan/manfaat

secara finansial.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Tembung. 2. Sampel dalam penelitian ini adalah pengusaha usaha cincau hitam. 3. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Medan Tembung adalah daerah pintu gerbang Kota Medan di sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang atau daerah lainnya melalui transportasi darat, dengan penduduknya berjumlah : 134.643 jiwa. Kecamatan Medan Tembung mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan

Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bantan memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 1,51 km sedangkan Kelurahan Tembung mempunyai luas terkecil yakni 0,64 km. Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh 134.643 orang dimana penduduk terbanyak di Kelurahan Bantan yakni sebanyak 29.881 orang dan jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Tembung sebanyak 9.884 orang.

Perusahaan industri di Medan Tembung sudah mulai ramai, terutama industri rumah tangga. Tercatat pada tahun 2013 terdapat sebanyak 45 industri kecil dan 261 industri rumah tangga di Kecamatan Medan Tembung.


(42)

4.1.2. Keadaan Penduduk

Demografi di Kecamatan Medan Tembung dari tahun ke tahun terus bertambah. Hal ini dikarenakan letak wilayah Kecamatan Medan Tembung berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang sehingga penduduk yang datang atau pindah ke Kecamatan Medan Tembung setiap tahun bertambah. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

NO Jenis Kelamin 2012 2013

1 Laki-laki 65.417 65.761

2 Perempuan 68.424 68.882

3 Jumlah Penduduk 133.841 134.643

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

Dari Tabel 2, menunjukkan bahwa komposisi berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah jenis kelamin perempuan dimana jumlah tahun 2013 adalah 68.882 perempuan, sedangkan jumlah penduduk laki-laki tahun 2013 adalah 65.761. Berdasarkan kelompok umur, penduduk kecamatan medan tembung lebih didominisasi oleh penduduk usia produktif.

Kecamatan Medan Tembung dipimpin oleh seorang camat, saat ini terdiri dari 7 kelurahan yang terbagi atas 95 lingkungan, serta 298 blok sensus.


(43)

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kecamatan Medan Tembung saat ini dinilai cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik sarana angkutan, sarana pendidikan dana sarana sosial. Daerah ini dapat dicapai dengan angkutan roda empat maupun roda dua. Keadaan sarana dan prasarana di Kecamatan Medan Tembung dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 3. Sarana Dan Prasarana Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

NO Sarana dan Prasarana 2012 2013

1. Paud - 14

2. TK Swasta 31 32

3. SD Negeri 11 11

4. SD Swasta 28 29

5. Posyandu 69 69

6. Praktek Dokter 38 36

7. Praktek Bidan 32 28

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tembung Tahun 2014

Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Medan Tembung dapat dikatakan sudah merata disetiap kelurahan walaupun dengan jumlah yang sangat terbatas dan hamper disetiap kelurahan di Kecamatan Medan Tembung ini terdapat sarana ibadah tiap-tiap agama. Sarana olahraga sudah ada disetiap kelurahan kecuali kelurahan Bantan Timur. Pada tahun 2013, penyediaan listrik dan PLN dan penyediaan air dari PAM sudah mulai membaik. Tercatat sebanyak 27282 Rumah Tangga yang berlangganan listrik PLN di Kecamatan Medan Tembung.


(44)

4.1.4. Fasilitas Industri

Fasilitas industri cincau hitam di daerah penelitian meliputi seluruh peralatan dan perlengkapan yang terdapat dalam untuk memperlancar kegiatan produksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada usaha cincau hitam di lokasi penelitian terdapat fasilitas-fasilitas yang mendukung jalannya produksi yaitu: 1. Fasilitas Produksi

Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi cincau hitam adalah:

− Drum kaleng sebagai tempat atau wadah dalam proses perebusan daun cincau hitam (bahan baku).

− Saringan(kain) untuk menyaring daun cincau hitam yang masih kotor karena tercampur material lain seperti tanah.

− Ember plastik sebagai tempat atau wadah untuk mengaduk tepung tapioka sebelum di masukkan ke dalam drum yang berisi bahan baku

− Kayu/kalo untuk mengaduk daun cincau hitam setelah di masukkan tepung tapioka.

-Gayung plastik untuk menuangkan daun cincau hitam yang sudah mulai mengental ke dalam loyang kaleng.

− Loyang kaleng untuk mencetak cincau hitam yang sudah dimasak.

2. Fasilitas Transportasi

Industri cincau hitam di Kecamatan Medan Tembung memiliki 1 mobil pick-up


(45)

4.2. Karakteristik Responden

Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan jumlah tangunggan. Karakter responden dapat dilihat pada Tabel 4. di bawah ini :

Tabel 4. Karakteristik Responden

NO Uraian Satuan Rataan

1. Umur Tahun 50

2. Tingkat Pendidikan Tahun 12,25

3. Lama Berusaha Tahun 4

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 3

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa umur rata-rata pengusaha cincau hitam adalah 50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha sampel tergolong pada usia yang produktif sehingga dapat dikatakan masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk menjalankan usaha cincau hitam.

Tingkat pendidikan yang dimiliki pengusaha sampel adalah rata-rata 12,25 yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan pengusaha sampel cincau hitam adalah setingkat dengan pendidikan SLTA.

Pengalaman berbudidaya pengusaha sampel rata-rata 4 tahun. Lama usaha cincau hitam sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan keahlian serta mnajemen mereka dalam mengelola dan mengatasi permasalahan yang timbul sehingga kemungkinan dapat meningkatkan jumlah produksi cincau hitam untuk ke depannya.


(46)

Jumlah tanggungan keluarga pengusaha cincau hitam rata-rata 3 jiwa, jumlah tanggungan yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga untuk dapat membantu dalam kegiatan usaha budidaya cincau hitam.


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Ketersediaan Input Produksi

5.1.1. Ketersediaan Daun Cincau Hitam

Untuk ketersediaan daun cincau hitam, para pengusaha cincau hitam memperoleh daun cincau hitam yang berasal dari daerah Bukit Lawang dan dari luar pulau sumatera yaitu Pulau Jawa. Harga daun cincau hitam beragam, tergantung dari mana para pengusaha cincau hitam mendapatkannya. Biasanya pembelian daun cincau hitam dipesan melalui telpon atau menggunakan media internet antara pengusaha cincau hitam dengan petani daun cincau hitam. Daun cincau hitam yang berasal dari daerah Bukit Lawang dihargai dengan Rp 21.000,- per kilonya, sedangkan daun cincau hitam yang berasal dari Pulau Jawa dijual seharga Rp 23.000,-. Untuk memperbesar usaha produksi cincau hitam ini, para pengusaha cincau hitam biasanya sudah memesan daun cincau hitam untuk minggu berikutnya untuk keteresediaan daun cincau hitam.

Tabel 5. Sumber Daun Cincau Hitam di Daerah Penelitian No Sampel Produksi

Sendiri

Membeli di Daerah Penelitian

Membeli di Luar Daerah Penelitian

1 - - 

2 - - 

3 - - 

4 - - 

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa semua sampel memperoleh daun cincau hitam berasal dari daerah luar penelitian, yaitu daerah bukit lawang dan pulau jawa karena sejak memulai usaha, semua sampel sudah membeli daun cincau hitam


(48)

dari daerah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa daun cincau hitam cukup tersedia di daerah penelitian.

Gambar 2. Daun Cincau Hitam

5.1.2. Ketersediaan Alat Operasional

Untuk ketersediaan Alat Operasional yaitu Drum, Ember, Gayung, Kalo, Loyang, dan kain, para pengusaha cincau hitam memperoleh Alat Operasional diatas yang berasal dari pasar/pajak yang terdapat di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Biasanya pembelian Alat Operasional dipesan melalui telpon dan diantar langsung atau membeli langsung ke pasar/pajak yang terdapat di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Alat Operasional mempunyai harga yang bervariasi yaitu Drum Rp. 100.000,- /buah, Ember Rp. 55.000 – 60.000,- /buah, Gayung Rp. 15.000,- /buah, Kalo Rp. 50.000,- /buah, Loyang Rp. 6.000 – 7000,- /buah, dan Kain Rp. 6.000 – 7000,- /meter. Untuk memperbesar usaha produksi cincau hitam ini, para pengusaha cincau hitam biasanya sudah memesan atau membeli Alat Operasional untuk minggu berikutnya untuk keteresediaan Alat Operasional.


(49)

Tabel 6. Sumber Alat Operasional di Daerah Penelitian No Sampel Produksi

Sendiri

Membeli di Daerah Penelitian

Membeli di Luar Daerah Penelitian 1 -  -

2 -  -

3 -  -

4 -  -

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa semua sampel memperoleh alat operasional berasal dari daerah penelitian, yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. karena sejak memulai usaha, semua sampel sudah membeli alat operasional dari daerah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alat operasional cukup tersedia di daerah penelitian.


(50)

Gambar 4. Drum


(51)

Gambar 6. Kain


(52)

5.1.3. Ketersediaan Tepung Tapioka

Untuk ketersediaan Tepung Tapioka, para pengusaha cincau hitam memperoleh Tepung tapioka yang berasal dari pasar/pajak yang terdapat di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Biasanya pembelian Tepung Tapioka dipesan melalui telpon dan diantar langsung atau membeli langsung ke pasar/pajak yang terdapat di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Tepung Tapioka mempunyai harga yang bervariasi tergangtung merek berkisar antara Rp 7.000,- – 8.000,- per kilonya, Untuk memperbesar usaha produksi cincau hitam ini, para pengusaha cincau hitam biasanya sudah memesan atau membeli Tepung Tapioka untuk minggu berikutnya untuk keteresediaan tepung tapioka.

Tabel 7. Sumber Tepung Tapioka di Daerah Penelitian No Sampel Produksi

Sendiri

Membeli di Daerah Penelitian

Membeli di Luar Daerah Penelitian 1 -  -

2 -  -

3 -  -

4 -  -

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa semua sampel memperoleh tepung tapioka berasal dari daerah penelitian, yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. karena sejak memulai usaha, semua sampel sudah membeli tepung tapioka dari daerah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tepung tapioka cukup tersedia di daerah penelitian.


(53)

Gambar 8. Tepung Tapioka

5.1.4. Ketersediaan Modal

Di daerah penelitian agroindustri cincau hitam bisa dikatakan cukup berkembang dan hampir semua masyarakat umum mengenal tentang cincau hitam. Untuk menjalankan usaha cincau hitam, para pengusaha cincau hitam di daerah penelitian menggunakan modal sendiri. Untuk melanjutkan usaha cincau hitam tersebut, para pengusaha cincau hitam memperoleh modal dari hasil penjualan cincau hitam ke pasar/pajak.

Tabel 8. Kepemilikan Modal Usaha Cincau Hitam

NO Sampel Modal Sendiri Modal Pinjaman

1  -

2  -

3  -

4  -


(54)

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa semua modal pengusaha cincau hitam berasal dari modal sendiri. Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa ketersediaan modal pada usaha agroindustri cincau hitam di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan tersedia.

5.1.5. Ketersediaan Tenaga Kerja

Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya usaha Cincau Hitam. Berdasarkan Tabel 4 diketahui jumlah penduduk di Kecamatan Medan Tembung yaitu kelompok usia produktif (kelompok umur 50) sebesar 134.643 jiwa dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Medan Tembung. Berdasarkan keterangan tersebut dan berdasarkan data total penggunaan tenaga kerja untuk usaha Cincau Hitam dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usaha Cincau Hitam Kecamatan Medan Tembung per Bulan.

No. Sampel

Agroindustri Pengangkutan/Penjualan

TKDK TKLK TKDK TKLK

1 - 4 - 1

2 - 2 - 1

3 - 2 - 1

4 1 - 1 -

Jumlah 1 8 1 3

Rata-rata 1 2.67 1 1

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja hampir seluruhnya menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan hanya satu sampel menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk menjalankan usaha Cincau Hitam di Kecamatan Medan Tembung maka dapat dikatakan ketersediaan tenaga kerja di Kecamatan Medan Tembung cukup tersedia.


(55)

5.2. Pendapatan Usaha Agroindustri Cincau Hitam 5.2.1. Biaya Bahan Baku

Dalam usaha Agroindustri Cincau hitam diperlukan bahan baku berupa daun cincau hitam dan bahan pendukung seperti Tepung Tapioka. Daun cincau hitam yang digunakan adalah daun cincau hitam dengan kualitas baik yang dibeli dari petani lalu di rebus dan diambil getahnya. Sedangkan tepung tapioka digunakan untuk mengentalkan getah hasil rebusan daun cincau hitam.

Adapun penggunaan bahan baku dalam usaha agroindustri Cincau Hitam dapat dilihat dari Tabel 10.

Tabel 10. Rata-Rata Penggunaan Bahan Baku Pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam

No Uraian Pengusaha/Tahun (Kg)

1 2

Daun Cincau Hitam (Kg) Tepung Tapioka (Kg)

10.920 5.850

Sumber : Diolah dari Lampiran 1

Dapat dilihat pada Tabel 10 penggunaan bahan baku daun cincau hitam rata-rata adalah 10.920 kg/tahun, dan Tepung Tapioka yang digunakan rata-rata 5.850 kg/tahun.

Untuk mengetahui biaya rata-rata pada agroindustri Cincau Hitam dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Baku Pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam

No Uraian Total Biaya / Tahun (Rp)

1 Daun Cincau Hitam (Kg) 251.160.000

2 Tepung Tapioka (Kg) 45.240.000

Jumlah 296.400.000


(56)

Dapat dilihat pada Tabel 11 rata-rata biaya bahan baku daun cincau hitam per tahun dalam proses pembuatan Cincau Hitam sebesar Rp 251.160.000,- dan untuk Tepung Tapioka sebesar Rp 45.240.400,- sehingga jumlah rata-rata biaya bahan baku sebesar Rp 296.400.000,-.

5.2.2. Total Biaya

Adapun yang termasuk dalam total biaya agroindustri Cincau Hitam di daerah penelitian yaitu biaya bahan baku, biaya operasional, biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan. Untuk melihat rata-rata biaya produksi agroindustri cincau hitam dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-Rata Total Biaya Pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam

No Uraian Total Biaya / Tahun (Rp)

1 Biaya Bahan Baku 296.400.000

2 Biaya Operasional 25.005.000

3 Biaya Tenaga Kerja 58.500.000

4 Biaya Penyusutan 20.114.400

Jumlah 400.019.400

Sumber : Diolah dari Lampiran 3

Dapat dilihat pada Tabel 12 rata-rata biaya bahan baku sebesar Rp 296.400.000,-/tahun, rata-rata biaya operasional sebesar Rp 25.005.000,-296.400.000,-/tahun, rata-rata biaya tenaga kerja sebesar Rp 58.500.000,-/tahun dan rata-rata biaya penyusutan sebesar Rp 20.114.400,-/tahun sehingga jumlah rata-rata total biaya sebesar Rp 400.019.400,-/tahun.

Biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk biaya bahan baku berupa daun cincau hitam dan tepung tapioka. Sedangkan biaya operasional yaitu berupa biaya dari air dan listrik, kayu bakar dan bahan bensin. Biaya tenaga kerja untuk


(57)

mengolah Cincau Hitam berupa upah agroindustri, upah pengangkutan/penjualan. Biaya penyusutan berupa biaya ember, biaya gayung, biaya kalo/pengaduk, biaya loyang, biaya kain, biaya gudang penyimpanan, dan biaya drum.

Total biaya produksi dalam usaha agroindustri Cincau Hitam merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha Cincau Hitam berupa biaya bahan baku, biaya operasional, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan.

Penerimaan dari agroindustri Cincau Hitam adalah jumlah produksi (Kg) dikalikan dengan harga jual Cincau Hitam (Rp) per Kg. Harga Cincau Hitam per Kg saat ini sekitar Rp 3.000,- Pendapatan adalah penerimaan (Rp) dikurangi total biaya produksi (Rp).

Untuk melihat pendapatan pengusaha Cincau Hitam dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-Rata Pendapatan Usaha Agroindustri Cincau Hitam

No Uraian pengusaha/tahun

1 Total Penerimaan (Rp) 596.700.000

2 Total Biaya Produksi (Rp) 400.019.400

3 Pendapatan (Rp) 196.680.600

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Dapat dilihat dari Tabel 13 bahwa rata-rata total penerimaan pada usaha agroindustri Cincau Hitam adalah sebesar Rp 596.700.000,-/tahun, rata-rata total biaya produksi adalah sebesar Rp 400.019.400,-/tahun dan rata-rata pendapatan adalah sebesar Rp 196.680.600,-/tahun atau rata-rata pendapatan adalah sebesar Rp 16.390.050,-/bulan.


(58)

5.3. Rancangan Keuangan 5.3.1. Rancangan Investasi

Kebutuhan investasi dalam pembuatan Cincau Hitam meliputi gudang, peralatan dan perlengkapan yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rancangan Investasi Usaha Agroindustri Cincau Hitam No Nama Kebutuhan Harga (Rp) Jumlah

(Buah)

Total Biaya (Rp)

1 Gudang Penyimpanan - 1 22.500.000

2 Alat Pengangkutan 32.500.000 1 32.500.000

3 Peralatan dan Perlengkapan:

a. Ember 58.333 33 1.924.989

b. Gayung 15.000 7 105.000

c. Kalo 50.000 6 300.000

d. Loyang 6.000 1800 10.800.000

e. Kain f. Drum 6.000 100.000 8 22.5 48.000 2.250.000

Jumlah 70.427.989

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa jumlah biaya untuk rancangan investasi usaha agroindustri Cincau Hitam yaitu sebesar Rp 70.427.989,- yang terdiri dari biaya gudang penyimpanan sebesar Rp 22.500.000,-, biaya Alat Pengangkutan Rp 32.500.000,-, biaya ember sebesar Rp 1.924.989,-, biaya gayung sebesar Rp 105.000,-, biaya kalo/pengaduk sebesar Rp 300.000,-, biaya loyang sebesar Rp 10.800.000,-, biaya kain sebesar Rp 48.000,-, dan biaya drum sebesar Rp 2.250.000,-.


(59)

5.3.2. Rancangan Penerimaan

Rata-rata permintaan Cincau Hitam pada tahun 2015 adalah 198.900 Kg/tahun. Diasumsikan kenaikan permintaan Cincau Hitam setiap tahunnya adalah sebesar 10% yaitu 19.890 kg. Sedangkan kenaikan harga jual Cincau Hitam diasumsikan naik sebesar Rp 300,- untuk setiap kilogram dalam setiap tahun. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Rancangan penerimaan Cincau Hitam dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rancangan Penerimaan Cincau Hitam Tahun

Penjualan

Volume /kg/tahun Harga (Rp)

Total Penerimaan(Rp)

2015 198.900 3.000 596.700.000

2016 218.790 3.300 722.007.000

2017 238.680 3.600 859.248.000

2018 258.570 3.900 1.008.423.000

2019 278.460 4.200 1.169.532.000

Dari Tabel 15 dapat dilihat rancangan penjualan Cincau Hitam untuk ke depannya bahwa total penerimaan setiap tahun akan mengalami peningkatan. Penerimaan dapat diperoleh dari jumlah produksi dikalikan dengan harga masing-masing Cincau Hitam. Dari hasil penerimaan Cincau Hitam tersebut akan diperoleh pendapatan.


(60)

5.3.3. Rancangan Pengeluaran Biaya

5.3.3.1. Rancangan Biaya Bahan Baku

Bahan baku untuk agroindustri Cincau Hitam terdiri dari beras daun cincau hitam dan tepung tapioka. Kenaikan harga bahan baku dan penggunaan bahan baku Cincau Hitam setiap tahunnya diasumsikan sebesar 10%. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Rancangan pengeluaran biaya bahan baku Cincau Hitam selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rata-Rata Rancangan Total Biaya Produksi Usaha Agroindustri Cincau Hitam

Tahun Total Biaya (Rp)

2015 296.400.000

2016 326.040.000

2017 358.644.000

2018 394.508.400

2019 433.959.240

Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya produksi yang harus dikeluarkan pengusaha Cincau Hitam untuk memproduksi Cincau Hitam tersebut mengalami peningkatan setiap tahun. Semakin tinggi harga bahan baku pembuatan Cincau Hitam maka semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan untuk total biaya produksi Cincau Hitam tersebut.


(61)

5.3.3.2. Rancangan Biaya Operasional

Biaya operasional pada usaha agroindustri Cincau Hitam berupa biaya dari air dan listrik, kayu bakar dan bensin. Biaya operasional diasumsikan naik 2% setiap tahunnya. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Jumlah biaya operasional selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Rata-Rata Rancangan Biaya Operasional Usaha Agroindustri Cincau Hitam

Tahun Biaya (Rp)

2015 25.005.000

2016 25.505.100

2017 26.015.202

2018 26.535.506

2019 27.066.216

Dari tabel 17 dapat diketahui bahwa rata-rata rancangan biaya operasional usaha agroindustri Cincau Hitam mengalami peningkatan setiap tahun. Semakin tinggi harga biaya air dan listrik, kayu bakar dan bensin untuk agroindustri Cincau Hitam maka semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan untuk total biaya operasionalnya.


(62)

5.3.3.3. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja dalam usaha agroindustri Cincau Hitam berupa upah pengolahan dan upah pengangkutan/penjualan. Biaya tenaga kerja diasumsikan naik sebesar 5% setiap tahun. Asumsi ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Rancangan biaya tenaga kerja selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Rata-Rata Rancangan Biaya Tenaga Kerja Usaha Agroindustri Cincau Hitam

Tahun Biaya/bulan (Rp) Biaya/tahun (Rp)

2015 4.875.000 58.500.000

2016 5.118.750 61.425.000

2017 5.374.687,5 64.496.250

2018 5.643.422 67.721.064

2019 5.925.593 71.107.116

Dari Tabel 18 dapat dilihat rata-rata rancangan biaya tenaga kerja ataupun upah tenaga kerja dalam per bulan dan per tahun pada usaha agroindustri Cincau Hitam akan mengalami peningkatan setiap tahun.

5.3.3.4 Rancangan Biaya Penyusutan

Biaya Penyusutan diasumsikan tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan. Hal ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian. Rancangan biaya penyusutan selama 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 19.


(63)

Tabel 19. Rata-Rata Rancangan Biaya Penyusutan Usaha Agroindustri Cincau Hitam

Tahun Biaya/bulan (Rp) Biaya/tahun (Rp)

2015 1.676.200 20.114.400

2016 1.676.200 20.114.400

2017 1.676.200 20.114.400

2018 1.676.200 20.114.400

2019 1.676.200 20.114.400

Dari Tabel 19 dapat dilihat rata-rata rancangan biaya penyusutan dalam per bulan dan per tahun pada usaha agroindustri Cincau Hitam tidak akan mengalami peningkatan ataupun penurunan setiap tahun. Hal ini berdasarkan keadaan yang sesuai yang diperoleh dari pengusaha Cincau Hitam pada daerah penelitian.


(64)

5.4. Analisis Studi Kelayakan Usaha

5.4.1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek layak atau tidak. Perhitungan Net Present Value merupakan Net Benefit yang telah didiskon dengan menggunakan discount factor (DF).

Tabel 20. Net Present Value (NPV) Usaha Agroindustri Cincau Hitam Tahun Cost Benefit Net Benefit

Discount Factor (7,5%)

Present Value 0 70.427.989 0 -70.427.989 1 -70.427.989,00 1 400.019.400 596.700.000 196.680.600 0,93 182.912.958,00 2 433.084.500 722,007,000 288.922.500 0,86 248.473.350,00 3 469.269.852 859,248,000 389.978.148 0,8 311.982.518,40 4 508.879.370 1,008,423,000 499.543.630 0,74 369.662.286,20 5 552.246.972 1,169,532,000 617.285.028 0,69 425.926.669,32

NPV 1.468.529.792,92

Sumber : Diolah dari Lampiran 5

Dari Tabel 20 nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 1.468.529.792,92. Nilai NPV tersebut > 0 yang artinya usaha agroindustri Cincau Hitam dinyatakan layak untuk diusahakan. Hal ini berarti usaha agroindustri Cincau Hitam akan menguntungkan sampai 5 tahun kedepan.


(65)

5.4.2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk melihat kemampuan usaha agroindustri Cincau Hitam untuk dikembangkan. Nilai IRR untuk usaha agroindustri Cincau Hitam dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Internal Rate of Return (IRR) Usaha Agroindustri Cincau Hitam Tahun Net Benefit

Discount Factor (7,5%) Present Value Discount Factor (12%) Present Value

0 -70.427.989 1 -70.427.989,00 1 -70.427.989,0

1 196.680.600 0,93 182.912.958,00 0,89 175.045.734,0 2 288.922.500 0,86 248.473.350,00 0,79 228.248.775,0 3 389.978.148 0,8 311.982.518,40 0,71 276.884.485,1 4 499.543.630 0,74 369.662.286,20 0,63 314.712.486,9 5 617.285.028 0,69 425.926.669,32 0,56 345.679.615,7

IRR 1.468.529.792,92 1.270.143.108,0

Sumber : Diolah dari Lampiran 6

IRR = 0,075 + ( 1.468.529.792,92

1.468.529.792,92 – 1.270.143.108,0 ) (0,12 – 0,075)

= 0,075 + 7,40 x 0,045

= 0,408

= 40,8 %

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai IRR usaha agroindustri Cincau Hitam sebesar 40,8%. Tingkat suku bunga Bank yang yang digunakan adalah sebesar 7,5%. Suku bunga bank 7,5% merupakan suku bunga yang berlaku di Indonesia


(66)

yang diperoleh dari Bank Indonesia per tanggal 17 Februari tahun 2015. Sedangkan 12% merupakan suku bunga pembanding. Maka dapat disimpulkan IRR > tingkat bunga yang berlaku yang artinya usaha agroindustri Cincau Hitam telah menguntungkan untuk diusahakan.


(67)

5.4.3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara Present Value Positif dengan Present Value Negatif.

Adapun perhitungannya adalah :

Net B/C = 1.538.957.781,92

70.427.989

= 21,85

Dari hasil perhitungan nilai Net B/C adalah sebesar 21,85 > 1 yang berrati setiap Rp 1 biaya yg dikeluakan untuk mengolah Cincau Hitam akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 21,85. Maka dapat disimpulkan usaha agroindustri Cincau Hitam layak untuk diusahakan secara finansial.

Dari perhitungan di atas maka dapat diketahui hasil uji kelayakan usaha agroindustri Cincau Hitam pada tabel 22.

Tabel 22. Hasil Uji Kelayakan Usaha Agroindustri Cincau Hitam

No Kriteria Investasi Nilai

1 NPV pada DF 7,5% Rp 1.468.529.792,92

2 IRR 40,8 %

3 Net B/C 21,85

Dari Tabel 22 dapat diketahui bahwa usaha agroindustri Cincau Hitam mempunyai nilai NPV > 0 atau bernilai positif yaitu sebesar Rp 1.468.529.792,92, nilai IRR lebih besar dari suku bunga yang ditentukan yaitu 7,5% yaitu sebesar 40,8 %, serta nilai Net B/C > 1 yaitu Net B/C sebesar 21,85 sehingga usaha agroindustri Cincau Hitam dikatakan layak untuk diusahakan secara finansial.


(68)

Adapun Proses Pembuatan Cincau Hitam di daerah penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, adapun caranya adalah sebagai berikut :

− Persiapan Alat Dan Bahan Operasional

Alat yang harus di Persiapkan di antaranya Drum, gayung, ember, kalo, dan kain untuk menyaring serta Bahan yang harus dipersiapkan di antaranya daun cincau hitam dan tepung tapioka.

− Proses Memasak

Daun cincau Hitam di masukkan ke dalam drum besar beirisi air kemudian di rebus selama 4-6 jam sampai mendidih.

− Penyaringan

Air yang berisi daun cincau hitam yang sudah di masak di saring menggunakan kain saring untuk memisahkan ampas dari daun cincau hitam dan air yang masih kotor pada saat perebusan.

− Perebusan dan Pencampuran

Setelah dilakukan penyaringan air dari daun cincau hitam menggunakan kain saring, direbus lagi selama 2-4 jam sampai mendidih kemudian setelah mendidih di tambah tepung tapioka agar mengental kemudian di aduk menggunakan Kalo. Setelah adonan mengental kemudian di cetak ke dalam loyang dan dibiarkan sampai dingin hingga cincau hitam yang di dalam loyang padat dan kenyal kemudian siap dipasarkan.


(69)

Agroindustri cincau hitam di Kecamatan Medan Tembung Kota Medan, memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan, antara lain:

1) Tidak tahan lama.

2) Tidak adanya standar, mutu dan kualitas. 3) Menggunakan teknologi yang sederhana. 4) Lokasi pemasaran masih terbatas.

5) Kurangnya perhatian dan bantuan pemerintah daerah terhadap usaha agroindustri cincau hitam tersebut.

Kelemahan dan kekurangan dari Agroindustri cincau hitam di Kecamatan Medan Tembung Kota Medan harus segera diperbaiki oleh pengusaha cincau hitam dengan dibantu oleh pemerintah daerah agar cincau hitam mampu bersaing di pasar daerah maupun luar daerah dan untuk pengembangan cincau hitam ini para pengusaha cenderung tidak berani mengambil resiko yaitu kredit di bank guna menambah modal. hal ini dikarenakan faktor alam yang tidak menentu. Para pengusaha seharusnya dapat memanfaatkan modal yang lebih besar guna memasarkan cincau hitam di luar daerah dengan menggunakan kredit yang diperoleh dari bank. Jaringan terbangun antar pengolah dodol dapat berupa jaringan formal maupun informal. serta dibutuhkannya jaringan antar pengusaha cincau hitam. Jaringan ini merupakan gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar pengusaha cincau hitam yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif. Dengan adanya jarinagn antar pengusaha cincau hitam menyebabkan terciptanya hubungan silang antar kelompok jaringan maupun antar individu.


(70)

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak adanya jaringan (network) antar pengusaha cincau hitam di daerah penelitian. Jaringan (network) antar pengusaha cincau hitam dapat membantu memenuhi permintaan konsumen, persamaan harga, persamaan kualitas dan mutu yang baik terhadap konsumen. Jika adanya jaringan (network), sebetulnya sangat membantu pengusaha cincau hitam untuk menjualkan hasil produksinya karena dengan adanya jaringan (network) antar pengusaha cincau hitam tidak ada yang merasa dirugikan malah merasa saling menguntungkan.


(71)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

1. Input produksi seperti (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) tersedia di daerah penelitian.

2. Usaha agroindustri cincau hitam memiliki NPV > 0, IRR > suku bunga, Net B/C > 1 sehingga usaha agroindustri cincau hitam dapat dikatakan layak untuk diusahakan secara finansial.

6.2.Saran

1. Saran Kepada Pengusaha Cincau Hitam

Diharapkan kepada pengusaha untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas serta mengatur manajemen dengan baik agar permintaan cincau hitam dari konsumen semakin meningkat.

2. Saran Kepada Pemerintah

Diharapkan Pemerintah memberikan bantuan yang dapat mempermudah dan membuat Agroindustri Cincau Hitam yang lebih efektif dan efisien. Pemerintah daerah juga diharapkan untuk berperan aktif dalam mendukung usaha Agroindustri Cincau Hitam.

3. Saran Kepada Peneliti Selanjutnya.

Diharapkan adanya peneliti selanjutnya yang meneliti tentang Prospek Pengembangan Agroindustri Cincau Hitam agar dapat menjadi usaha yang lebih menjanjikan.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2014.

Diakses pada 22 Desember 2014.

Ibrahim, Yacob H. M. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.

Jjagrobisnis. 2015.

Kadariah. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. LP FE UI. Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Penerbit Kencana Prenada Media.

Pitojo, S. 1998. Aneka Tanaman Bahan Camcau. Penerbit Kanisus. Yogyakarta. Putong, Iskandar. 2002. Pengantar Ekonomi Milro dan Makro. Edisi Kedua.

Ghalia Indonesia. Jakarta.

Rahim, Abd dan Diah R.D. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Salvatore, Dominick. 2001. Managerial Economics, dalam Perekonomian Global.

Edisi Keempat. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Subagyo, Ahmad. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT. Elex Media Komputindo. Gramedia. Jakarta.

Sumitro. 1991. Ilmu Ekonomi. Jakarta : Rineka Cipta Sunanto, H. 1995. Budidaya Cincau. Kanisius. Jakarta.


(73)

Sampel

Daun Cincau Hitam/Kg/Bln

Tepung Tapioka/Kg/Bln

Daun Cincau Hitam/Kg/Thn

Tepung Tapioka/Kg/Thn

1 1.820 1.040 21.840 12.480

2 1.040 520 12.480 6.240

3 520 260 6.240 3.120

4 260 130 3.120 1.560

Rataan 910 487,5 10.920 5.850

Total 3.640 1.950 43.680 23.400

Lampiran 1: Rata-Rata Penggunaan Bahan Baku pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam


(74)

Harga Daun Cincau Hitam/Kg

Harga Tepung Tapioka/Kg

Total Biaya Daun Cincau Hitam/Bulan

Total Biaya Tepung

Tapioka/Bulan Total/Bln

Biaya Daun Cincau Hitam/Thn

Biaya Tepung Tapioka/Thn 23.000 8.000 41.860.000 8.320.000 50.180.000 502.320.000 99.840.000 23.000 7.500 23.920.000 3.900.000 27.820.000 287.040.000 46.800.000 23.000 7.500 11.960.000 1.950.000 13.910.000 143.520.000 23.400.000

23.000 7.000 5.980.000 910.000 6.890.000 71.760.000 10.920.000

l 92.000 30.000 83.720.000 15.080.000 98.800.000 1.004.640.000 180.960.000 aan 23.000 7.500 20.930.000 3.770.000 24.700.000 251.160.000 45.240.000

Lampiran 2: Rata-Rata Biaya Penggunaan Bahan Baku pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam


(75)

Harga Daun Cincau Hitam/Kg

Harga Tepung Tapioka/Kg

Total Biaya Daun Cincau Hitam/Bulan

Total Biaya Tepung

Tapioka/Bulan Total/Bln

Biaya Daun Cincau Hitam/Thn

Biaya Tepung Tapioka/Thn 23.000 8.000 41.860.000 8.320.000 50.180.000 502.320.000 99.840.000 23.000 7.500 23.920.000 3.900.000 27.820.000 287.040.000 46.800.000 23.000 7.500 11.960.000 1.950.000 13.910.000 143.520.000 23.400.000

23.000 7.000 5.980.000 910.000 6.890.000 71.760.000 10.920.000

l 92.000 30.000 83.720.000 15.080.000 98.800.000 1.004.640.000 180.960.000 aan 23.000 7.500 20.930.000 3.770.000 24.700.000 251.160.000 45.240.000

Lampiran 3: Rata-Rata Total Biaya Bahan Baku pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam


(76)

Sampel

Air /

Listrik kayu bakar BBM Total/bln Total/thn 1 150.000 1.800.000 1.820.000 3.770.000 45.240.000 2 100.000 900.000 1.300.000 2.300.000 27.600.000

3 75.000 750.000 520.000 1.345.000 16.140.000

4 60.000 600.000 260.000 920.000 11.040.000

Total 385.000 4.050.000 3.900.000 8.335.000 100.020.000 Rataan 96.250 1.012.500 975.000 2.083.750 25.005.000

Lampiran 3: Rata-Rata Total Biaya Operasional pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam


(77)

pel

Jumlah Tenaga Kerja

Total Upah Tenaga Kerja Pengolahan

Total Upah Tenaga Kerja

Penjualan Total/Bln Tot

5 6.000.000 1.500.000 7.500.000 90

3 3.000.000 1.500.000 4.500.000 54

3 3.000.000 1.500.000 4.500.000 54

2 1.500.000 1.500.000 3.000.000 36

al 13 13.500.000 6.000.000 19.500.000 234

aan 3.25 3.375.000 1.500.000 4.875.000 58

Lampiran 3: Rata-Rata Total Biaya Tenaga Kerja pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam


(78)

pel Ember Gayung Kalo Loyang Kain Drum Gudang Total/Bulan 630.000 45.000 30.000 2.250.000 81.000 300.000 262.500 3.598.500 472.000 33.750 22.500 450.000 43.200 150.000 187.500 1.358.950

315.000 22.500 18.750 315.000 27.000 112500 112.500 923.250

315.000 22.500 15.000 225.000 21.600 112.500 112.500 824.100

aan 433.000 30.937,5 21.562,5 810.000 43.200 168.750 168.750 1.676.200 otal 1.732.000 123.750 86.250 3.240.000 172.800 675.000 675.000 6.704.800

Lampiran 3: Rata-Rata Total Biaya Tenaga Kerja pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam


(79)

Sampel

Total Produksi/Bulan

(Kg)

Harga Penerimaan/Bln Penerimaan/Thn

1 31200 3.000 93.600.000 1.123.200.000

2 18.200 3.000 54.600.000 655.200.000

3 10.400 3.000 31.200.000 374.400.000

4 6.500 3.000 19.500.000 234.000.000

Total 66.300 12.000 198.900.000 2.386.800.000

Rataan 16.575 3.000 49.725.000 596.700.000


(1)

pel Ember Gayung Kalo Loyang Kain Drum Gudang Total/Bulan 630.000 45.000 30.000 2.250.000 81.000 300.000 262.500 3.598.500 472.000 33.750 22.500 450.000 43.200 150.000 187.500 1.358.950 315.000 22.500 18.750 315.000 27.000 112500 112.500 923.250 315.000 22.500 15.000 225.000 21.600 112.500 112.500 824.100 aan 433.000 30.937,5 21.562,5 810.000 43.200 168.750 168.750 1.676.200 otal 1.732.000 123.750 86.250 3.240.000 172.800 675.000 675.000 6.704.800

Lampiran 3: Rata-Rata Total Biaya Tenaga Kerja pada Usaha Agroindustri Cincau Hitam


(2)

Sampel

Total Produksi/Bulan

(Kg)

Harga Penerimaan/Bln Penerimaan/Thn

1 31200 3.000 93.600.000 1.123.200.000

2 18.200 3.000 54.600.000 655.200.000

3 10.400 3.000 31.200.000 374.400.000

4 6.500 3.000 19.500.000 234.000.000

Total 66.300 12.000 198.900.000 2.386.800.000

Rataan 16.575 3.000 49.725.000 596.700.000


(3)

Sampel

Biaya Bahan Baku

Biaya Penyusutan

Biaya Operasional

Upah Tenaga

Kerja Total/Bln Total/Th

1 50.180.000 3.598.500 3.770.000 7.500.000 65.048.500 780.582.000

2 27.820.000 1.358.950 2.300.000 4.500.000 35.978.950 431.747.400

3 13.910.000 923.250 1.345.000 4.500.000 20.678.250 248.139.000

4 6.890.000 824.100 920.000 3.000.000 11.634.100 139.609.200

Total 98.800.000 6.704.800 8.335.000 19.500.000 133.339.800 1.600.077.

Rataan 24.700.000 1.676.200 2.083.750 4.875.000 33.334.950 400.019.400


(4)

Sampel Penerimaan Pengeluaran Pendapatan/Bln Pendapatan/Thn 1 93.600.000 65.048.500 28.551.500 342.618.000 2 54.600.000 35.978.950 18.621.050 223.452.600 3 31.200.000 20.678.250 10.521.750 126.261.000 4 19.500.000 11.634.100 7.865.900 94.390.800 Rataan 49.725.000 33.334.950 16.390.050 196.680.600

Total 198.900.000 133.339.800 65.560.200 786.722.400 Lampiran 4: Rata-Rata Total Pendapatan Usaha Agroindustri Cincau Hitam


(5)

Tahun Cost Benefit Net Benefit

Discount Factor (7,5%)

Present Value

0 70.427.989 0 -70.427.989 1 -70.427.989,00 1 400.019.400 596.700.000 196.680.600 0,93 182.912.958,00

2 433.084.500 722,007,000 288.922.500 0,86 248.473.350,00

3 469.269.852 859,248,000 389.978.148 0,8 311.982.518,40

4 508.879.370 1,008,423,000 499.543.630 0,74 369.662.286,20

5 552.246.972 1,169,532,000 617.285.028 0,69 425.926.669,32

NPV 1.468.529.792,92


(6)

Tahun Net Benefit

Discount Factor (7,5%)

Present Value

Discount Factor (12%)

Present Value

0 -70.427.989 1 -70.427.989,00 1 -70.427.989,0 1 196.680.600 0,93 182.912.958,00 0,89 175.045.734,0

2 288.922.500 0,86 248.473.350,00 0,79 228.248.775,0

3 389.978.148 0,8 311.982.518,40 0,71 276.884.485,1

4 499.543.630 0,74 369.662.286,20 0,63 314.712.486,9

5 617.285.028 0,69 425.926.669,32 0,56 345.679.615,7

IRR 1.468.529.792,92 1.270.143.108,0