5 Ukuran atau luasan lahan dari pekarangan, pekarangan digolongkan
menjadi empat, yaitu pekarangan sempit dengan luasan kurang dari 120 m
2
, pekarangan sedang dengan luasan antara 120 m
2
sampai 400 m
2
, pekarangan luas dengan ukuran lahan antara 400 m
2
sampai 1000 m
2
, dan pekarangan sangat luas dengan ukuran lahan lebih dari 1000 m
2
. Arifin, Munandar, Arifin, Kaswanto, 2009. Selanjutnya, pembagian zonasi pekarangan adalah halaman depan
buruan, halaman samping pipir, dan halaman belakang kebon. Halaman depan biasanya digunakan sebagai lumbung, untuk menanam
tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman dan tempat menjemur hasil pertanian. Halaman samping lebih digunakan untuk tempat
menjemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi. Halaman belakang digunakan
sebagai tempat bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak dan tanaman industri Arifin et al. 2009.
2.2 Keanekaragaman Hayati Pekarangan
Keragaman tanaman di pekarangan dapat dibedakan menjadi keragaman vertikal dan horizontal. Keragaman vertikal dikalsifikasikan berdasarkan tinggi
tanaman sedangkan keragaman horizontal diklasifikasikan berdasarkan jenis pemanfaatan tanaman, yaitu : tanaman hias, tanaman buah, tanaman sayuran,
tanaman obat, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati, tanaman industri, tanaman peneduh, dan tanaman-tanaman penghasil pakan, kayu bakar, bahan
kerajinan tangan Arifin et al. 2009. Keanekaragaman hayati di pekarangan akan berhubungan dengan budaya
masyarakat, salah satunya adalah budaya pertanian. Keanekaragaman hayati di pekarangan Indonesia tercermin pada struktur pekarangan yang merupakan
perubahan bentuk dari hutan alami Soemarwoto and Conway, 1992. Galluzzi Eyzaguirre, Valeria 2010 mencatat bahwa kultivar tanaman yang terdapat di
pekarangan merupakan kumpulan dari kultivar-kultivar produk yang dibutuhkan pasar. Keanekaragaman hayati pekarangan juga berkaitan dengan habitat satwa
liar seperti keragaman jenis burung yang dapat mampir di pekarangan jika keragaman tanaman sebagai makanan tetap dijaga.
6
2.3 Habitat Satwa Burung
Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies atau komunitas hidup. Habitat satwa burung merupakan tempat bersarang,
tempat berlindung, tempat bertengger beristirahat, tempat makan minum, dan tempat untuk berkembang biak Widuri, 2008. Untuk membuat pekarangan yang
berfungsi sebagai habitat satwa burung seperti yang disebutkan di atas maka yang harus dilakukan yaitu melakukan pemilihan jenis pohon, mengatur tata letak
penanaman tanaman, membuat dan mengatur kombinasi penanaman tanaman Lusli, 2007.
Sebuah habitat, yang dalam bahasa Latin berarti “mendiami adalah
daerah ekologi atau lingkungan yang dihuni oleh spesies tertentu jenis hewan, tanaman atau organisme lain Anonim, 2011. Habitat sebagai sumberdaya dan
kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu spesies. Habitat merupakan organism-specific yang menghubungkan kehadiran spesies,
populasi, atau idndividu satwa atau tumbuhan dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi Anonim, 2011.
Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk
mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Kapasitas untuk mendukung organisme disebut daya dukung.
Habitat alami dari satwa burung adalah hutan, namun sejak beberapa dekade silam, beragam kemunduran kondisi lingkungan salah satunya yaitu
berkurangnya keunikan flora dan fauna yang ada di dalam hutan mengakibatkan kepunahan jenis burung Hidayanto, 2009. Melestarikan lokasi habitat 1 jenis
satwa burung berarti juga melestarikan jenis-jenis burung lainnya Amama, 2009.
7
BAB III METODOLOGI