Tbk berada jauh dibawah batas ketentuan maksimum 5 persen. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peringkat
NPA PT Bank Central Asia, Tbk adalah peringkat 1 satu atau dinyatakan sehat dan mengindikasikan bahwa perkembangan rasio
NPA sangat rendah sehingga bank masih dapat mengatasi Aktiva Produktif Bermasalah.
Pada tahun 2010 persentase NPA mengalami penurunan menjadi 0,33 persen. Perhitungan NPA dapat dilihat pada Lampiran 7. Aktiva
Produktif Bermasalah meningkat menjadi 989,0 miliar rupiah. Total Aktiva Produktif mengalami peningkatan menjadi 304,1 triliun rupiah.
Penurunan nilai NPA tersebut disebabkan oleh peningkatan Total Aktiva Produktif. Berdasarkan laporan keuangan PT Bank Central
Asia, Tbk tahun 2010 meningkatnya Total Aktiva Produktif dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit sebesar 30,0 triliun rupiah. NPA
PT Bank Central Asia, Tbk berada jauh dibawah batas ketentuan maksimum 5 persen. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa peringkat NPA PT Bank Central Asia, Tbk adalah peringkat 1 satu atau dinyatakan sehat dan mengindikasikan bahwa
perkembangan rasio NPA sangat rendah sehingga bank masih dapat mengatasi Aktiva Produktif Bermasalah.
Kecenderungan proyeksi trend NPA pada 2011 ke 2012 adalah meningkat. Berdasarkan data laporan triwulan PT Bank Central Asia,
Tbk pada bulan juni 2011 diperoleh nilai NPA sebesar 0,41 persen. Meskipun berada pada batas aman dibawah 5 persen, namun
kecenderungan meningkat ini harus diawasi pada kehati-hatian terhadap meningkatnya penyaluran kredit bank.
4.2.3 Penilaian terhadap faktor Earnings Rentabilitas
Penilaian terhadap faktor rentabilitas PT Bank Central Asia, Tbk ini dilakukan berdasarkan laporan keuangan bank periode 2006-2010
beserta informasi lain yang terkait. Penilaian ini dilakukan secara kuantitatif. Kriteria yang digunakan dibatasi dalam penilaian: Rasio
Return on Assets ROA, Rasio Return on Equity ROE, Rasio Net
Interest Margin NIM, dan Rasio BOPO Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional.
1. Rasio Return on Assets ROA Retun on Assets digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan Laba Sebelum Pajak yang dihasilkan dari Rata-rata Total Aset bank yang
bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba Sebelum Pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional
sebelum pajak. Sedangkan Rata-rata Total Aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva Hariani, 2010. Hasil perhitungan untuk
rasio ROA PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik hasil ROA PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010
Tahun
R O
A
2012 2011
2010 2009
2008 2007
2006 4.2
4.0 3.8
3.6 3.4
3.2
Accuracy Measures MAPE
2.42777 MAD
0.08194 MSD
0.00816 Variable
Forecasts Actual
Fits
Trend Analysis Plot for ROA
Quadratic Trend Model Yt = 4.026 - 0.452143t + 0.0678571t2
ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2006 adalah 3,71 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada
posisi ini Laba Sebelum Pajak adalah senilai 6,0 triliun rupiah dan Rata-rata Total Aktiva senilai 163,4 triliun rupiah. Pada tahun 2006
terlihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio ROA jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu
1,25 persen. Penilaian pada rasio ROA tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa kondisi
bank adalah sehat dengan perolehan laba sangat tinggi. ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2007
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 3,24 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 8. Rata-rata Total
Aktiva meningkat menjadi 197,4 triliun rupiah. Laba Sebelum Pajak meningkat menjadi 6,4 triliun rupiah. Penurunan nilai ROA
disebabkan oleh meningkatnya Rata-rata Total Aktiva. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007
peningkatan Rata-rata Total Aktiva disebabkan oleh Aktiva Produktif yang meningkat 24,1 persen menjadi 181,9 triliun rupiah
pada akhir 2007. Hal tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit sebesar 21,0 triliun rupiah yang memberikan kontribusi hampir 60
persen terhadap total kenaikan Aktiva Produktif. Pada tahun 2007 terlihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio
ROA jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 1,25 persen. Penilaian pada rasio ROA tersebut disimpulkan
mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa kondisi bank adalah sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.
ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 3,33
persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 8. Laba sebelum pajak meningkat menjadi 7,7 triliun rupiah. Rata-rata
Total Aktiva meningkat menjadi 231,7 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROA disebabkan oleh meningkatnya Laba Sebelum Pajak.
Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 peningkatan Laba Sebelum Pajak dipengaruhi oleh
meningkatnya Pendapatan Operasional Lainnya sebesar 35,7 persen menjadi 3,9 triliun rupiah. Pada tahun 2008 terlihat bahwa
PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio ROA jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 1,25 persen.
Penilaian pada rasio ROA tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa kondisi bank
adalah sehat dengan perolehan laba sangat tinggi. ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2009
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 3,39 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 8. Laba
Sebelum Pajak meningkat menjadi 8,9 triliun rupiah. Rata-rata Total Aktiva meningkat menjadi 263,9 triliun rupiah. Peningkatan
nilai ROA dipengaruhi oleh meningkatnya Laba Sebelum Pajak. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia,
Tbk tahun 2009 peningkatan laba sebelum pajak dipengaruhi oleh meningkatnya Pendapatan Operasional Lainnya sebesar 12,1
persen menjadi 4,3 triliun rupiah. Pada tahun 2009 terlihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio ROA jauh lebih
tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 1,25 persen. Penilaian pada rasio ROA tersebut disimpulkan mendapat
peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa perolehan laba sangat tinggi.
ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 3,41
persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada lampiran 8. Laba Sebelum Pajak meningkat menjadi 10,6 triliun rupiah. Rata-rata
Total Aktiva meningkat menjadi 312,4 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROA dipengaruhi oleh meningkatnya Laba Sebelum Pajak.
Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2010 peningkatan Laba Sebelum Pajak dipengaruhi oleh
meningkatnya Pendapatan Operasional Lainnya sebesar 65,2 persen menjadi 7,3 triliun rupiah. Pada tahun 2010 terlihat bahwa
PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio ROA jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 1,25 persen.
Penilaian pada rasio tersebut dapat disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa perolehan laba
sangat tinggi. Kecenderungan proyeksi trend ROA pada 2011 ke 2012
adalah meningkat. Berdasarkan data Laporan Keuangan triwulan PT Bank Central Asia, Tbk bulan juni 2011, diperoleh nilai ROA
sebesar 3,62 persen. Artinya, pada triwulan 2 dua, bank telah berhasil memperoleh Laba Sebelum Pajak terhadap Rata-rata Total
Aktiva sesuai dengan proyeksinya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan laba sesuai dengan proyeksi akhir tahun atau
triwulan 4 empat, peningkatan nilai ROA tersebut harus tetap dijaga dengan mengawasi nilai pada Rata-rata Total Aktiva yang
diimbangi terhadap perolehan Laba Sebelum Pajak sesuai dengan standar Bank Indonesia.
2. Rasio Return on Equity ROE Return on Equity ROE merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan Laba Setelah Pajak. Semakin
besar ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Laba Setelah Pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan Rata-rata Total
Ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal
minimum yang berlaku Hariani, 2010. Rasio ROE PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik hasil ROE PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010
Pada tahun 2006 PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai ROE sebesar 30,81 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada
Lampiran 9. Nilai ini diperoleh dari perbandingan Laba Bersih Setelah Pajak sebesar 4,2 triliun rupiah dan Rata-rata Modal Inti
13,7 triliun rupiah. Pada tahun 2006 dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio ROE jauh lebih tinggi dari
standar ketetapan yang berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada rasio ROE tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan
memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.
Pada tahun 2007 nilai ROE mengalami penurunan menjadi 28,22 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 9.
Laba Bersih Setelah Pajak meningkat menjadi sebesar 4,4 triliun rupiah. Rata-rata Modal Inti mengalami peningkatan menjadi
sebesar 15,9 triliun rupiah. Penurunan nilai ROE disebabkan oleh
Tahun
R O
E
2012 2011
2010 2009
2008 2007
2006 50
45 40
35 30
Accuracy Measures MAPE
2.02060 MAD
0.60857 MSD
0.52793 Variable
Forecasts Actual
Fits
Trend Analysis Plot for ROE
Quadratic Trend Model Yt = 32.568 - 2.99657t + 0.731429t2
meningkatnya Rata-rata Modal Inti. Berdasarkan pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007 peningkatan
Rata-rata Modal Inti disebabkan oleh Modal Inti yang meningkat sebesar 16,1 persen pada akhir 2007 menjadi 17,1 triliun rupiah.
Pada tahun 2007 dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio ROE jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang
berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada rasio ROE tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran
bahwa bank sehat dengan perolehan laba sangat tinggi. Pada tahun 2008 nilai ROE mengalami peningkatan menjadi
30,96 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 9. Laba Bersih Setelah Pajak meningkat menjadi sebesar 5,7 triliun
rupiah. Rata-rata Modal Inti meningkat menjadi sebesar 18,6 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROE disebabkan oleh meningkatnya Laba
Bersih Setelah Pajak. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 peningkatan Laba Bersih
Setelah Pajak disebabkan karena diberlakukannya Peraturan Pemerintah
No.812007 mengenai
penurunan tarif
pajak penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk
Perseroan Terbuka. Peraturan Pemerintah ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2008. Sesuai dengan adanya peraturan tersebut,
PT Bank Central Asia, Tbk berhak mendapatkan insentif berupa pemotongan tarif pajak sebesar 5 persen, sehingga tarif pajak
penghasilan yang dikenakan adalah 25 persen, turun dari tarif normal sebesar 30 persen. Pada tahun 2008 dapat dilihat bahwa PT
Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio ROE jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada
rasio ROE tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan perolehan laba sangat
tinggi. Pada tahun 2009 nilai ROE mengalami peningkatan menjadi
32,50 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 9.
Laba Bersih Setelah Pajak meningkat menjadi sebesar 6,8 triliun rupiah. Rata-rata Modal Inti meningkat menjadi sebesar 20,9 triliun
rupiah. Peningkatan nilai ROE disebabkan oleh meningkatnya Laba Bersih Setelah Pajak. Berdasarkan laporan keuangan PT Bank
Central Asia, Tbk tahun 2009 peningkatan Laba Bersih Setelah Pajak disebabkan karena diberlakukannya Peraturan Pemerintah
No.812007 seperti yang telah ditetapkan pada tahun 2008 yaitu pemotongan pajak sebesar 5 persen, serta ditambah dengan
penggantian UU No.71983 mengenai “Pajak Penghasilan” dengan UU No.362008. Perubahan UU No.362008 mencakup perubahan
tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan pajak bertingkat yaitu 30 persen menjadi tarif tunggal yaitu 28 persen
untuk tahun 2009 dan 25 persen untuk tahun 2010. Sesuai dengan adanya insentif tersebut, maka tarif pajak penghasilan yang
dikenakan kepada PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2009 adalah 23 persen. Pada tahun 2009 dapat dilihat bahwa PT Bank
Central Asia, Tbk memiliki rasio ROE jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada
rasio ROE tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan perolehan laba sangat
tinggi. Pada tahun 2010 nilai ROE mengalami peningkatan menjadi
35,63 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 9. Laba Bersih Setelah Pajak meningkat menjadi sebesar 8,4 triliun
rupiah. Rata-rata modal inti meningkat menjadi sebesar 23,7 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROE disebabkan oleh meningkatnya Laba
Bersih Setelah Pajak. Berdasarkan laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2010 peningkatan Laba Bersih Setelah
Pajak disebabkan karena diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.812007 yaitu pemotongan pajak sebesar 5 persen seperti yang
telah ditetapkan pada tahun 2008, serta ditambah dengan penggantian UU No.71983 mengenai “Pajak Penghasilan” dengan
UU No.362008 yaitu perubahan tarif pajak penghasilan dari pajak bertingkat yaitu 30 persen menjadi tarif tunggal yaitu sebesar 25
persen untuk tahun 2010. Sesuai dengan adanya insentif tersebut, maka tarif pajak penghasilan yang dikenakan kepada PT Bank
Central Asia, Tbk pada tahun 2010 adalah 20 persen. Pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki
rasio ROE jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada rasio ROE tersebut disimpulkan
mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.
Kecenderungan proyeksi trend ROE pada 2011 ke 2012 adalah meningkat. Berdasarkan data laporan triwulan PT Bank
Central Asia, Tbk pada bulan juni 2011 diperoleh nilai ROE sebesar 30,83 persen. Meskipun hasil tersebut merupakan data yang
diperoleh pada triwulan 2 dua, bank masih perlu untuk terus mengejar target pada proyeksi di akhir tahun yaitu triwulan 4
empat. Belum tercapainya nilai pada proyeksi disebabkan
peningkatan Laba Bersih Setelah Pajak yang belum sesuai target dan masih perlu ditingkatkan.
3. Rasio Net Interest Margin NIM Net Interest Margin adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola Aktiva Produktif untuk menghasilkan Pendapatan Bunga Bersih.
Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari Pendapatan Bunga dikurangi Beban Bunga. Semakin besar rasio ini maka
meningkatnya Pendapatan Bunga atas Aktiva Produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah akan semakin kecil Hariani, 2010. Hasil perhitungan NIM PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik hasil NIM PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010
Pada tahun 2006 PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio NIM sebesar 6,90 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada
Lampiran 10. Nilai ini diperoleh dari perbandingan antara Pendapatan Bunga Bersih sebesar 9,4 triliun rupiah dengan Rata-
rata Aktiva Produktif sebesar 137,1 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk
memiliki rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen. Penilaian pada rasio NIM PT Bank Central
Asia, Tbk tahun 2006 disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan marjin bunga bersih
sangat tinggi. Pada tahun 2007 rasio NIM mengalami penurunan menjadi
5,79 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 10. Pendapatan Bunga Bersih meningkat menjadi sebesar 9,5 triliun
rupiah. Rata-rata Aktiva Produktif meningkat menjadi sebesar 165,5 triliun rupiah. Penurunan nilai NIM disebabkan oleh
Tahun
N IM
2012 2011
2010 2009
2008 2007
2006 7
6 5
4 3
Accuracy Measures MAPE
6.78298 MAD
0.39771 MSD
0.21912 Variable
Forecasts Actual
Fits
Trend Analysis Plot for NIM
Quadratic Trend Model Yt = 6.542 + 0.137286t - 0.0907143t2
meningkatnya Rata-rata Aktiva Produktif. Berdasarkan laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007, meningkatnya
Rata-rata Aktiva Produktif dipengaruhi oleh peningkatan Total Aktiva Produktif pada akhir 2007 yang ditandai dengan
pertumbuhan kredit sebesar 21,0 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki
rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen .Penilaian pada rasio NIM PT Bank Central Asia,
Tbk tahun 2007 disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan marjin bunga bersih
sangat tinggi. Pada tahun 2008 rasio NIM mengalami peningkatan menjadi
6,14 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 10. Pendapatan Bunga Bersih meningkat menjadi sebesar 12,3 triliun
rupiah. Rata-rata Aktiva Produktif meningkat menjadi sebesar 201,0 triliun rupiah. Peningkatan nilai NIM disebabkan karena
meningkatnya Pendapatan Bunga Bersih. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008
peningkatan Pendapatan Bunga Bersih disebabkan oleh Pendapatan Bunga yang meningkat 18,2 persen menjadi 19,3 triliun rupiah.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar
ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen .Penilaian pada rasio NIM PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 disimpulkan mendapat
peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan marjin bunga bersih sangat tinggi.
Pada tahun 2009 rasio NIM mengalami peningkatan menjadi 6,30 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 10.
Pendapatan Bunga Bersih meningkat menjadi 14,8 triliun rupiah. Rata-rata Aktiva Produktif meningkat menjadi 237,8 triliun rupiah.
Peningkatan nilai NIM disebabkan karena meningkatnya Pendapatan Bunga Bersih. Berdasarkan data pada laporan
keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009 peningkatan Pendapatan Bunga Bersih disebabkan karena Pendapatan Bunga
yang meningkat 18,8 persen menjadi 22,9 trilun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central
Asia, Tbk memiliki rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen. Penilaian pada rasio NIM
PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009 disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa bank sehat
dengan marjin bunga bersih sangat tinggi. Pada tahun 2010 rasio NIM mengalami penurunan menjadi
4,63 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 10. Pendapatan Bunga Bersih menurun menjadi 12,9 triliun rupiah.
Rata-rata Aktiva Produktif meningkat menjadi 280,8 triliun rupiah. Penurunan nilai NIM disebabkan karena menurunnya Pendapatan
Bunga Bersih. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk penurunan Pendapatan Bunga Bersih disebabkan
karena Pendapatan Bunga turun 9,9 persen menjadi 20,7 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank
Central Asia, Tbk memiliki rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen. Penilaian pada rasio NIM
PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2010 disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa kondisi bank
sehat dengan marjin bunga bersih sangat tinggi. Kecenderungan proyeksi trend NIM pada 2011 ke 2012
adalah menurun. Berdasarkan data laporan triwulan PT Bank Central Asia, Tbk pada bulan juni 2011 diperoleh nilai NIM
sebesar 5,63 persen. Bank telah berhasil memperoleh peningkatan nilai NIM meskipun proyeksinya menurun, hal ini menandakan
kinerja bank dalam memperoleh laba dari Pendapatan Bunga Bersih sudah baik pada triwulan 2 dua, namun untuk menjaga dan
meningkatkan nilai NIM, bank perlu mengawasi nilai pada Rata- rata Aktiva Produktif.
4. BOPO Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional. Semakin
kecil rasio ini berarti semakin efisien Biaya Operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya Operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari Total Beban Bunga dan
Total Beban Operasional Lainnya. Pendapatan Operasional adalah penjumlahan dari total Pendapatan Bunga dan Total Pendapatan
Operasional Lainnya Hariani, 2010. Hasil perhitungan BOPO PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Grafik hasil BOPO PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010
Nilai BOPO pada tahun 2006 adalah 65,97 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11. Biaya
Tahun
B O
P O
2012 2011
2010 2009
2008 2007
2006 68
67 66
65 64
63 62
61 60
59
Accuracy Measures MAPE
1.89465 MAD
1.20000 MSD
2.17510 Variable
Forecasts Actual
Fits
Trend Analysis Plot for BOPO
Quadratic Trend Model Yt = 72.136 - 5.916t + 0.75t2
Operasional yang dikeluarkan adalah sebesar 12,7 triliun rupiah dan Pendapatan Operasional yang diperoleh adalah 19,3 triliun
rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio BOPO jauh lebih rendah dari
standar ketetapan tingkat efisiensi yaitu 94 persen. Penilaian pada rasio BOPO PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2006 dapat
disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan tingkat efisiensi sangat baik.
Pada tahun 2007 nilai BOPO mengalami penurunan menjadi 65,88 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11.
Biaya Operasional yang dikeluarkan menurun menjadi sebesar 12,6 triliun rupiah. Pendapatan Operasional yang diperoleh menurun
menjadi 19,1 triliun rupiah. Penurunan rasio BOPO disebabkan karena menurunnya nilai Pendapatan Operasional dan Biaya
Operasional. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007 penurunan Pendapatan Operasional
disebabkan oleh menurunnya nilai Pendapatan Bunga sebesar 4,7 persen menjadi 16,3 triliun rupiah dan penurunan nilai Biaya
Operasional disebabkan oleh menurunnya nilai Beban Bunga sebesar 12,0 persen menjadi 6,7 triliun rupiah. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio BOPO jauh lebih rendah dari standar ketetapan tingkat
efisiensi yaitu 94 persen. Penilaian pada rasio BOPO PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007 dapat disimpulkan mendapat
peringkat 1satu dan memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan tingkat efisiensi sangat baik.
Pada tahun 2008 nilai BOPO menurun menjadi 59,41 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11. Biaya
Operasional yang dikeluarkan meningkat menjadi 13,7 triliun rupiah. Pendapatan operasional yang diperoleh meningkat menjadi
23,1 triliun rupiah. Penurunan nilai BOPO disebabkan karena meningkatnya Pendapatan Operasional. Berdasarkan data pada
laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 peningkatan
Pendapatan Operasional
disebabkan oleh
meningkatnya Pendapatan Bunga sebesar 18,2 persen menjadi 19,3 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT
Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio BOPO jauh lebih rendah dari standar ketetapan tingkat efisiensi yaitu 94 persen. Penilaian
pada rasio BOPO PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 dapat disimpulkan mendapat peringkat 1satu dan memberi gambaran
bahwa kondisi bank sehat dengan tingkat efisiensi sangat baik. Pada tahun 2009 nilai BOPO meningkat menjadi 60,20
persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11. Biaya Operasional yang dikeluarkan meningkat menjadi 16,5 triliun
rupiah. Pendapatan Operasional yang diperoleh meningkat menjadi 27,4 triliun rupiah. Peningkatan nilai BOPO disebabkan oleh
meningkatnya Biaya Operasional. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009, peningkatan
Biaya Operasional disebabkan oleh meningkatnya Beban Bunga sebesar 15,6 persen menjadi 8,0 triliun rupiah. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio BOPO jauh lebih rendah dari standar ketetapan tingkat
efisiensi yaitu 94 persen. Penilaian pada rasio BOPO PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009 dapat disimpulkan mendapat
peringkat 1satu dan memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan tingkat efisiensi sangat baik.
Pada tahun 2010 nilai BOPO meningkat menjadi 61,73 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11. Biaya
Operasional yang dikeluarkan meningkat menjadi 17,2 triliun rupiah. Pendapatan Operasional yang diperoleh meningkat menjadi
28,0 triliun rupiah. Peningkatan nilai BOPO disebabkan karena meningkatnya Biaya Operasional. Berdasarkan data pada laporan
keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2010, peningkatan Biaya
Operasional disebabkan oleh meningkatnya Biaya
Operasional Lainnya sebesar 13,3 persen menjadi 9,6 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank
Central Asia, Tbk memiliki rasio BOPO jauh lebih rendah dari standar ketetapan tingkat efisiensi yaitu 94 persen. Penilaian pada
rasio BOPO PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2010 dapat disimpulkan mendapat peringkat 1 satu dan memberi gambaran
bahwa kondisi bank sehat dengan tingkat efisiensi sangat baik. Kecenderungan pada proyeksi trend pada 2011 ke 2012
adalah meningkat. Berdasarkan data laporan triwulan PT Bank Central Asia, Tbk pada bulan juni 2011 diperoleh nilai BOPO
sebesar 61,87 persen. Artinya, pada triwulan 2 dua bank telah memperoleh nilai BOPO sesuai dengan yang diproyeksikan. Oleh
karena itu, bank perlu melakukan pengawasan pada pengeluaran Biaya Operasional agar menjaga nilai BOPO tetao berada dibawah
standar ketetapan Bank Indonesia yaitu 94 persen.
4.2.4 Penilaian terhadap faktor Liquidity Likuiditas