Assets Kualitas Aset Earnings Rentabilitas

Peringkat 3 : Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan 8 persen ≤ KPMM ≤ 9 persen. Peringkat 4 : Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku. Peringkat 5 : Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku dan bank cenderung menjadi tidak solvable.

3.5.2 Assets Kualitas Aset

Pada faktor Assets Kualitas Aset, rasio yang digunakan adalah NPA. NPA disebut juga rasio Aktiva Produktif Bermasalah. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif. Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet Hariani, 2010. Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.330DPNP tanggal 14 Desemeber 2001 sebagai berikut: Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor kualitas aset pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk NPA sebagai berikut: Peringkat 1 : Perkembangan rasio sangat rendah. Peringkat 2 : Perkembangan rasio rendah. Peringkat 3 : Perkembangan rasio moderat atau rasio berkisar antara 5 persen sampai dengan 8 persen. Peringkat 4 : Perkembangan rasio cukup tinggi. Peringkat 5 : Perkembangan rasio tinggi.

3.5.3 Earnings Rentabilitas

Pada faktor Earnings Rentabilitas, rasio yang dinilai adalah ROA, ROE, NIM, dan BOPO. Faktor Earnings Rentabilitas menentukan perolehan laba yang diperoleh bank. NPA = Aktiva Produktif Bermasalah : Total Aktiva Produktif x 100 ................................................................................................. 2 1. Return On Assets ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan Laba Sebelum Pajak yang dihasilkan dari Rata-rata Total Aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan Rata-rata Total Aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva Hariani, 2010. Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk ROA yaitu sebagai berikut: Peringkat 1 : Perolehan laba sangat tinggi. Peringkat 2 : Perolehan laba tinggi. Peringkat 3 : Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROA berkisar antara 0,5 persen sampai dengan 1,25 persen. Peringkat 4 : Perolehan laba bank rendah atau cenderung mengalami kerugian ROA mengarah negatif. Peringkat 5 : Bank mengalami kerugian yang besar ROA negatif. 2. Return on Equity ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba Setelah Pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak, sedangkan Rata-rata Total ROA = Laba Sebelum Pajak : Rata-rata Total Aset x 100 ..........3 Ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank. Perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku Hariani, 2010. Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3.30DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio ROE sebagai berikut: Peringkat 1 : Perolehan laba sangat tinggi. Peringkat 2 : Perolehan laba tinggi. Peringkat 3 : Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROE berkisar antara 5 persen sampai dengan 12,5 persen. Peringkat 4 : Perolehan laba bank rendah atau cenderung mengalami kerugian ROA mengarah negatif. Peringkat 5 : Bank mengalami kerugian yang besar ROA negatif. 3. Net Interest Margin NIM adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola Aktiva Produktif untuk menghasilkan Pendapatan Bunga Bersih. Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari Pendapatan Bunga dikurangi Beban Bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya Pendapatan Bunga atas Aktiva Produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil Hariani, 2010. Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: ROE = Laba Setelah Pajak : Rata-rata Ekuitas x 100 ........ 4 NIM = Pendapatan Bunga Bersih : Aktiva Produktif x 100 .......... 5 Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio NIM sebagai berikut: Peringkat 1 : Marjin bunga bersih sangat tinggi. Peringkat 2 : Marjin bunga bersih tinggi. Peringkat`3: Marjin bunga bersih cukup tinggi atau rasio NIM berkisar antara 1,5 persen sampai dengan 2 persen. Peringkat 4 : Marjin bunga bersih rendah mengarah negatif. Peringkat 5 : Marjin bunga bersih sangat rendah atau negatif. 4. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional BOPO adalah rasio yang sering disebut rasio efisiensi, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien Biaya Operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari Total Beban Bunga dan Total Beban Operasional Lainnya. Pendapatan Operasional adalah penjumlahan dari Total Pendapatan Bunga dan Total Pendapatan Operasional Lainnya Hariani, 2010. Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio BOPO sebagai berikut: Peringkat 1 : Tingkat efisiensi sangat baik. Peringkat 2 : Tingkat efisiensi baik. BOPO = Biaya Operasional : Pendapatan Operasional x 100 .....6 Peringkat 3 : Tingkat efisiensi cukup baik atau rasio BOPO berkisar antara 94 persen sampai dengan 96 persen. Peringkat 4 : Tingkat efisiensi buruk. Peringkat 5 : Tingkat efisiensi sangat buruk.

3.5.4 Liquidity Likuiditas