Perubahan curah hujan pada setiap pola hujan observasi C1, C2, dan C3 secara
umum menunjukkan peningkatan pada saat musim penghujan dan akan mengalami
penurunan pada musim peralihan dan musim kemarau. Selain mengalami peningkatan dan
penurunan curah hujan, dari gambar tersebut juga terlihat bahwa puncak musim hujan akan
semakin singkat dan musim kemarau akan semakin lama diiringi dengan terjadinya
kemunduran awal musim hujan. Hal tersebut sejalan dengan Naylor et al 2007 dalam
UNDP Indonesia 2007 yang menyatakan bahwa pada waktu yang akan datang curah
hujan pada wilayah selatan ekuator akan mengalami musim kering yang panjang dan
musim hujan basah yang singkat dengan curah hujan yang tinggi.
Berdasarkan Gambar
9, C1
menunjukkan sedikit perubahan curah hujan. Perubahan peningkatan terlihat pada bulan
Januari dengan curah hujan kondisi yang akan datang berada diatas curah hujan saat ini. Pada
bulan-bulan selanjutnya perubahan curah hujan tidak begitu jelas terlihat. Curah hujan
pada C2 untuk kondisi akan datang terlihat berada diatas curah hujan saat ini pada bulan
Desember hingga Maret musim penghujan, namun memasuki bulan April curah hujan
akan datang akan berada dibawah curah hujan saat ini. Dimana pada bulan April sudah
memasuki musim peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Perubahan
curah hujan saat ini dan akan datang untuk wilayah C3 sangat terlihat jelas perubahannya.
Curah hujan akan datang terlihat lebih tinggi pada saat musim penghujan yaitu pada akhir
Desember hingga Maret dan akan berada dibawah curah hujan saat ini pada saat musim
peralihan dan musim kemarau yaitu pada bulan April hingga awal Desember.
Terjadinya perubahan curah hujan seperti
yang dijelaskan
sebelumnya memungkinkan terjadinya bencana seperti
terjadinya banjir pada saat musim penghujan dan kekeringan yang parah terjadi pada
musim kemarau. Oleh karena itu diperlukan beberapa strategi untuk mengatasi dan
meminimalkan resiko tersebut. Salah satunya dengan memanfaatkan dan memaksimakan
penggunaan waduk, danau, dan tempat penyimpanan
air lainnya.
Hal ini
dimaksudkan agar kelebihan curah hujan yang jatuh pada saat musim penghujan dapat
dialirkan menuju waduk sehingga mengurangi resiko banjir. Selain itu air yang terdapat di
waduk dapat digunakan pada saat musim kemarau agar tidak terjadi kekurangan air dan
mengurangi kekeringan.
4.3.2 Perubahan Suhu
Keluaran model RegCM3 untuk unsur cuaca suhu udara dapat dilihat Gambar 10.
Berdasarkan Gambar 10, suhu udara pada periode tahun 2055-2069 Gambar 10b
menunjukkan terjadinya kenaikan suhu rata- rata tahunan sebesar 2.01
o
C dibandingkan dengan
suhu pada
periode 1985-1990
Gambar 10a. Suhu udara rata-rata tahun 1985-1999 berkisar antara 20.2
o
C hingga 27.8
o
C. Sedangkan pada periode tahun 2055-2069 suhu udara berkisar antara 22.2
o
C hingga 29.4
o
C dengan suhu terendah terdapat di selatan Jawa Barat dan tertinggi terdapat di
utara Jawa Barat.
a b
Gambar 10 Suhu udara keluaran model RegCM3 a tahun 1985-1999 b tahun 2055-2069.
Gambar 11 Laju kecenderungan suhu observasi tahun 1985-1999. Laju kecenderungan suhu berdasarkan
data observasi periode tahun 1985-1999 dapat dilihat pada Gambar 11. Laju kecenderungan
suhu terbesar terdapat pada C1 sebesar 0.0216
o
Ctahun dan laju terendah terdapat pada C3 sebesar 0.0174 Ctahun. Semua pola hujan
observasi memiliki laju kecenderungan yang mendekati 0.02
o
Ctahun, hal ini sejalan dengan
penelitian Tat
2005 yang
menyatakan kecenderungan kenaikan suhu udara rata-rata antara tahun 1974 sampai 2004
sebesar 0.016
o
Ctahun. Perubahan
suhu hasil
keluaran RegCM3
dapat dilihat pada Tabel 2. Perubahan suhu yang terjadi pada kondisi
akan datang berbeda dengan perubahan curah hujan. Pada perubahan suhu, kondisi akan
datang akan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ini. Hal ini terlihat dari
nilai perubahan suhu pada masing-masing pola hujan observasi yang memiliki nilai
positif. Nilai positif menandakan bahwa terjadi peningkatan suhu pada kondisi akan
datang. Sedangkan perubahan curah hujan seperti yang terlihat pada Gambar 9, kondisi
akan datang tidak selamanya berada diatas kondisi saat ini atau dapat dikatakan
perubahan curah hujan lebih berfluktuatif dibandingkan perubahan suhu yang cenderung
konstan.
Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada Tabel 2 terlihat bahwa perubahan suhu
untuk ketiga pola hujan observasi rata-rata mengalami perubahan kenaikan sebesar 2.00
o
C sampai 2.02
o
C. Diantara C1, C2, dan C3 perubahan minimum terendah terdapat pada
C2 yang bernilai 1.61
o
C dan perubahan maksimum tertinggi terdapat pada C2 dan C3
sebesar 2.26
o
C. Kisaran nilai rata-rata perubahan suhu yang memiliki nilai positif
menggambarkan bahwa perubahan suhu yang terjadi pada ketiga pola hujan observasi
memiliki perubahan yang hampir sama yaitu terjadi peningkatan dan cenderung konstan
seperti yang terlihat pada Gambar 12.
Berdasarkan hasil pada Gambar 12, C1, C2, dan C3 diketahui bahwa suhu pada
kondisi akan datang akan lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ini. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang terperangkap di
atmosfer, sehingga panas dari permukaan bumi tidak dapat keluar dari lapisan atmosfer,
sehingga suhu udara akan semakin meningkat atau yang biasa disebut sebagai efek rumah
kaca. Tabel 2. Nilai perubahan suhu untuk masing-
masing pola hujan observasi
Nilai Perubahan Suhu
o
C C1
C2 C3
Min 1.64
1.61 1.63
Max 2.25
2.26 2.26
Rata-rata 2.02
2.02 2.00
C1 Gambar 12
4.4 Pendugaan Nilai