C1 Gambar 12
4.4 Pendugaan Nilai
Potensial ETP Pendugaan evapo
ETP dilakukan untuk m yang dievapotranspirasi
tanah tidak kekurangan a terhadap banyaknya kand
ini karena dalam proses yang dievapotranspirasik
yang terdapat di dalam ta pendugaan ETP sangat
dalam perhitungan neraca
Proses evapotr
tergantung pada suhu ud suatu wilayah. Jika suhu
evapotranspirasi yang t namun sebaliknya jika
maka evapotranspirasi yan Selain faktor suhu udara
Tabel 3. Evapotranspirasi
Pola Hujan
Evapotrans
C1 C2
C3 Pada kondisi saat
datang nilai ETP tahunan wilayah pola hujan C
mmtahun pada kondisi s mmtahun pada kondisi
Sedangkan nilai ETP te wilayah pola hujan C
mmtahun pada kondisi s mmtahun pada kondisi
Penambahan nilai ETP akan
datang disebabk
perubahan iklim terutam udara sebesar 2.00
o
C h kondisi yang akan datang
menyebabkan nilai ET keseluruhan akan mengala
C2 Perubahan suhu untuk masing-masing pola hujan obse
lai Evapotranspirasi
potranspirasi potensial mengetahui jumlah air
sikan pada kondisi air. ETP berpengaruh
ndungan air tanah. Hal es evapotranspirasi air
ikan berasal dari air tanah. Oleh karena itu
at penting dilakukan ca air lahan.
otranspirasi sangat
udara yang terdapat di hu udara tinggi maka
terjadi akan tinggi, a suhu udara rendah
yang terjadi akan kecil. ra yang mempengaruhi
evapotranspirasi, angin ju laju evapotranspirasi namu
menggunakan metode Th hanya faktor suhu saja yan
perhitungan ETP, nilai ET adalah nilai ETP yang telah
posisi lintang ETP. Sehi lebih kecil dibandingkan
yang tidak terkoreksi oleh p
Hasil perhitungan
ETP untuk setiap pola Jawa Barat dapat dilihat p
perhitungan menunjukkan ini dan akan datang, wilaya
suhu udara tinggi akan m tahunan yang lebih tin
dengan wilayah yang mem yang lebih rendah.
si potensial ETP tahunan pada setiap pola hujan
nspirasi Potensial Tahunan Saat ini
Evapotranspirasi Pot Akan dat
1974.93 mm 2620.98
1648.19 mm 2105.42
1464.35 mm 1816.69
at ini dan yang akan an tertinggi terdapat di
C1 sebesar 1974.93 saat ini dan 2620.98
si yang akan datang. terendah terdapat di
C3 sebesar 1464.35 i saat ini dan 1816.69
si yang akan datang. P pada kondisi yang
bkan oleh
adanya ma peningkatan suhu
hingga 2.02
o
C pada ng, yang nantinya akan
ETP tahunan secara alami kenaikan.
4.5 Analisis Neraca Air
Perhitungan neraca a untuk mengetahui banyak
yang terdapat di dalam neraca
air menurut
didefinisikan sebagai kesei yang masuk pada suatu kol
dengan air yang keluar dita air yang tertahan di dalam
kandungan air yang terdap sangat dipengaruhi oleh
diantaranya adalah curah dan evapotranspirasi poten
suatu lahan. Selisih antara defisit kandungan air tanah
Kandungan air da sensitif terhadap perubaha
C3 bservasi.
juga mempengaruhi un pada perhitungan
Thornhtwaite–Mather ang digunakan. Pada
ETP yang digunakan lah terkoreksi dengan
ehingga nilainya akan n dengan nilai ETP
h posisi lintang. an
evapotranspirasi a hujan yang ada di
t pada Tabel 3. Hasil an pada kondisi saat
yah yang mempunyai memiliki nilai ETP
tinggi dibandingkan empunyai suhu udara
otensial Tahunan atang
8 mm 2 mm
9 mm
Air Lahan
a air lahan digunakan aknya kandungan air
m tanah. Pengertian Mayong
2006 seimbangan antara air
olom air dalam tanah itambah dengan total
am tanah. Banyaknya dapat di dalam tanah
eh berbagai faktor h hujan yang turun
ensial yang terjadi di ra kedua nilai disebut
ah. dalam tanah sangat
han yang terjadi di
sekitarnya, seperti perubahan pada unsur iklim terutama curah hujan dan evapotranspirasi
serta perubahan pada kondisi lingkungan. Adanya
perubahan iklim
akan sangat
mempengaruhi kandungan air tanah yang ada. Oleh karena itu perhitungan neraca air lahan
juga perlu dilakukan pada kondisi terjadinya perubahan iklim.
Data inputan neraca air lahan yang digunakan berupa data curah hujan dasarian
untuk tiga pola hujan yang terdapat di Jawa Barat. Selain itu perhitungan neraca air ini
juga memasukan unsur perubahan iklim yang terjadi. Berikut adalah hasil perhitungan
neraca air lahan untuk pola hujan yang terdapat di Jawa Barat.
Tabel 4. Periode surplus dan defisit pada setiap pola hujan
Pola Hujan Surplus
Defisit Saat Ini
Akan Datang Saat Ini
Akan Datang
C1 14 Dasarian
10 Dasarian 21 Dasarian
25 Dasarian C2
19 Dasarian 16 Dasarian
15 Dasarian 19 Dasarian
C3 20 Dasarian
16 Dasarian 0 Dasarian
9 Dasarian Perhitungan neraca air secara lengkap
dengan satuan waktu dasarian pada Provinsi Jawa Barat terdapat pada lampiran. Hasil
perhitungan neraca air terkait dengan surplus dan defisit didapatkan wilayah yang memiliki
periode surplus terlama pada kondisi saat ini terdapat pada pola hujan C3 selama 20
dasarian. Hal ini menandakan bahwa pada wilayah ini memiliki curah hujan yang tinggi
sehingga wilayahnya akan basah. Sedangkan wilayah yang memiliki periode surplus
tersingkat dengan periode defisit yang cukup lama terdapat di wilayah pola hujan C1 yaitu
periode defisit terjadi selama 21 dasarian. Oleh karena itu wilayah ini dapat dikatakan
sebagai wilayah yang kering karena memiliki periode defisit yang lebih lama dibandingkan
dengan periode surplusnya. Pada kondisi yang akan datang semua wilayah akan mengalami
pengurangan periode surplus dan penambahan periode defisit.
Perbedaan periode surplus dan defisit antar wilayah pola hujan disebabkan oleh
perbedaan curah hujan tahunannya. Sehingga wilayah yang memiliki curah hujan yang
tinggi wilayahnya akan sangat basah karena mengalami surplus. Sedangkan pada wilayah
yang memiliki curah hujan yang rendah wilayahnya cenderung lebih kering karena
defisit air akan lebih besar dibandingkan dengan surplus air.
4.6 Waktu Tanam dan Pola Tanam