Climate Risk Management CRM

Permodelan GCM lebih kompleks dibandingkan dengan model RegCM Regional Climate Model . Hal ini dikarenakan memerlukan berbagai input seperti parameter-parameter dasar atmosfer, permukaan tanah, sirkulasi laut, dan lain-lain. Inputan parameter-parameter atmosfer meliputi distribusi tekanan, aerosol atmosfer konten, albedo, curah hujan, dan penguapan. Inputan permukaan tanah meliputi: kadar air tanah, dan vegetasi indeks sedangkan inputan pada dinamika laut meliputi pola sirkulasi, suhu permukaan laut. GCM telah digunakan secara ekstensif dalam sepuluh tahun terakhir untuk menduga dampak perubahan iklim terhadap perekonomian, pertanian, penutupan tanah, dan beberapa kegiatan manusia lainnya Bunting 2009. Kelebihan GCM adalah mengetahui informasi yang berguna bagi kita mengenai proses-proses yang terjadi di atmosfer. Model ini memberikan pemahaman kepada kita tentang keterlibatan manusia dalam perubahan iklim, dan kemampuan kita untuk beradaptasi dengan berbagai skenario perubahan iklim. Kekurangan atau keterbatasan dari model ini memerlukan inputan yang banyak, serta proses yang lebih kompleks. Selain itu, GCM menghasilkan ukuran sel grid secara kasar sehingga kejadian cuaca pada skala kecil yang mungkin dapat mempengaruhi pola iklim dan perubahan iklim tidak begitu diperhitungkan Mearns 2003.

2.5 Regional Climate Model RCM

Model iklim regional atau RCM adalah model perubahan iklim yang lebih detail dibandingkan dengan GCM. Model ini memiliki ukuran sel grid yang lebih kecil sehingga akan menghasilkan output model yang lebih realistis. Resolusi yang dimiliki oleh RCM sangat besar jika dibandingkan dengan GCM. GCM kurang baik untuk model skala kecil pada sirkulasi atmosfer. Tidak seperti GCM yang memiliki luas ruang rata- rata 2,8 derajat x 2,8 derajat, resolusi horizontal RCM memiliki rata-rata tingkat yang berbeda mulai dari 100 km x 100 km hingga 25 km x 25 km Bunting 2009. Model RCM berisi banyak pilihan untuk aplikasi yang berbeda. Pertama, dinamika RCM berdasarkan kondisi batas lateral. Kedua, fisika dalam RCM seperti skema radiasi, model permukaan tanah, presipitasi konvektif dengan skema berbeda. Dalam model ini juga memperhitungkan berbagai faktor diantaranya kondisi tanah yang digunakan untuk prediksi persamaan untuk kadar air permukaan tanah, kadar air pada zona perakaran, dan lapisan tanah yang dalam Eun-Soon Im 2007. RCM biasanya menggunakan input data dari GCM untuk memasukkan nilai meteorologis dan lingkungan seperti kondisi awal kelembaban tanah dan suhu permukaan, dan kondisi meteorologi awal suhu dan tekanan Wilby 1997.

2.5.1 RegCM3

Regional Climate Mode l versi 3 RegCM3 merupakan salah satu bagian model dari RegCM. RegCM3 adalah model iklim regional yang dikembangkan oleh International Center for Theoritical Physics ICTP dan telah banyak digunakan untuk penelitian iklim secara regional Giorgi 2006. Model ini merupakan pengembangan dari model regional sebelumnya yaitu RegCM2. Pengembangan RegCM3 terdapat pada inputan data berupa data karakterisitik penutupan lahan dan topografi atau ketinggian yang dimasukkan pada pengolahan terrain Elguindi 2007. RegCM3 menghasilkan keluaran grid yang halus dan lebih detail sehingga memungkinkan dilakukan analisis keluaran yang lebih mendalam. Ada banyak variabel keluaran model ini diantaranya variabel model atmosfer, model permukaan, hingga model radiasi Elguindi 2007 .

2.6 Climate Risk Management CRM

Analisis resiko iklim adalah suatu analisis untuk melihat seberapa besar peluang memperoleh kejadian iklim yang tidak diinginkan karena adanya keragaman iklim atau terjadinya perubahan iklim Boer 2002. Manajemen risiko iklim CRM adalah istilah umum yang mengacu kepada pendekatan yang sensitif terhadap iklim dalam proses pengambilan keputusan. Definisi CRM secara lengkap adalah proses yang sistematis dengan menggunakan keputusan administratif, organisasi, operasi keterampilan dan kapasitas untuk melaksanakan kebijakan, strategi, dan kapasitas bertahan pada masyarakat untuk mengurangi dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif dari variabilitas iklim dan perubahan iklim Boer 2009. CRM melibatkan strategi yang ditujukan untuk memaksimalkan positif dan meminimalkan hasil negatif bagi masyarakat dalam bidang-bidang seperti pertanian, ketahanan pangan, sumberdaya air, dan kesehatan. Sehingga pengguna dapat mengantisipasi atau menyusun strategi yang tepat untuk mengatasi kejadian yang tidak diinginkan tersebut. Strategi dalam meminimalkan resiko iklim meliputi antisipasi, mitigasi, dan adaptasi. Antisipasi merupakan kajian dan analisa dampak perubahan iklim pada sektor pertanian. Mitigasi berupa pengurangan sumber maupun meningkatkan rosot gas rumah kaca. Adaptasi berupa penyesuaian sistem alam dan sosial untuk menghadapi dampak negatif BLP 2009. Pelaksanaan langkah-langkah adaptasi untuk mengelola risiko iklim memerlukan koordinasi antar sektor terutama diantara kementerian yang berbeda. 2.7 Konsep Neraca Air Pengertian dasar neraca air adalah keseimbangan antara air yang masuk pada suatu kolom air dalam tanah dengan air yang keluar ditambah dengan total air yang tertahan di dalam tanah. Menurut Sosrodarsono dan Takeda 1978 neraca air water balance merupakan penjelasan mengenai hubungan antara aliran masuk inflow dan aliran keluar outflow dari proses sirkulasi air untuk suatu periode tertentu di suatu daerah. Thornhtwaite dan Mather 1957 membuat persamaan neraca air yang sederhana menggunakan input hanya dari curah hujan saja. Pada metode ini semua aliran air masuk dan keluar serta nilai kapasitas cadangan air tanah pada lokasi dengan kondisi tanaman tertentu digunakan untuk mendapatkan besarnya kadar air tanah, kehilangan air, surplus, dan defisit. CH=ETP+ KAT+Ro Keterangan: CH : Curah hujan ETP : Evapotranspirasi KAT : Perubahan kandungan air tanah Ro : Aliran permukaan Menurut Nasir 2002 berdasarkan cakupan ruang dan manfaat untuk perencanaan pertanian, disusun neraca air agroklimat dengan tiga model analisis sebagai berikut : 1. Neraca air umum, untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama air secara umum. 2. Neraca air lahan, untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama dinamika kadar air tanah untuk perencanaan pola tanam secara umum. 3. Neraca air tanaman, untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama dinamika kadar air tanah dan penggunaan air tanaman untuk perencanaan tanaman tiap kultivar. Menurut Hillel 1971 neraca air lahan dapat diartikan sebagai masukan input air, keluaran output air dan perubahan simpanan air yang terdapat di dalam tanah pada suatu lingkungan tertentu selama periode waktu tertentu. Nasir 2002 mengemukakan bahwa analisis neraca air lahan memerlukan input data curah hujan CH, evapotranspirasi potensial ETP, kandungan air tanah pada kapasitas lapang KL, dan kandungan air pada titik layu permanen TLP. Analisis neraca air lahan berguna terutama untuk penggunaan dalam pertanian secara umum. Nasir 2002 mengatakan secara umum manfaat neraca air lahan untuk : 1. Mengetahui kondisi agroklimat terutama dari segi kondisi air 2. Mengetahui periode musim kemarau dan musim hujan berdasarkan keseimbangan antara hujan dan ETP. 3. Memilih jenis tanaman dan mengatur jadwal tanam dan panen serta mengatur kombinasi tanaman tumpang sari bila diperlukan. 4. Mengatur pemberian air irigasi baik jumlah maupun waktu sesuai dengan keperluan. Informasi terpenting dari neraca air lahan adalah untuk mengetahui dinamika perubahan kadar air tanah sehingga berguna untuk menyusun strategi pengelolaan usaha tani tersebut. Perhitungan neraca air lahan merupakan salah satu informasi penting untuk menentukan langkah kegiatan usaha tani dari hari ke hari. Hal ini disebabkan karena tingkat ketersediaan air mampu mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Jika tanaman pernah mengalami tekanan, maka pertumbuhan dan produksinya akan turun. Penurunan ini akan semakin tajam jika kejadian iklim dan cuaca yang mengganggu terjadi pada saat fase pertumbuhan tanaman peka terhadap ketersediaan air. Jika peristiwa tersebut terjadi dengan intensitas yang tinggi dan daerah yang luas akan menurunkan produksi dalam jumlah yang besar. Pengawasan dan pemantauan neraca air lahan sangat penting untuk pengelolaan air secara efisien. Tanpa adanya pengetahuan yang mendalam mengenai neraca air, maka akan sulit untuk mengevaluasi dengan baik bagaimana meminimumkan kehilangan dan memaksimumkan masukan dan pemakaian air, yang sangat sering menjadi faktor pembatas bagi produksi tanaman pertanian Pramudia 1989.

2.8 Evapotranspirasi