Global Climate Model GCM

yang akan datang secara konsisten terhadap asumsi emisi GRK yang akan datang dan polutan lain, berdasarkan pemahaman efek peningkatan konsentrasi GRK pada iklim global. Skenario iklim adalah suatu kondisi iklim yang akan datang yang dibangun secara tegas digunakan dalam penelitian dengan terjadinya potensi perubahan antropogenik. Skenario perubahan iklim yang banyak digunakan adalah skenario SRES Special Report on Emissions Scenarios . Penelitian tentang perbandingan beberapa model skenario perubahan iklim yang didasarkan pada skenario SRES telah dilakukan Ruosteenoja et al 2004 dalam Kurniawan et al 2009. Skenario SRES menggambarkan suatu bentuk dari ketidakpastian tentang ketersediaan sumber energi di masa depan serta kaitannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya ketidakpastian tentang ketersediaan sumber energi diasumsikan dengan adanya perubahan penggunaan energi fosil menjadi energi non- fosil. Sedangkan gaya-gaya pengendali yang dimasukkan ke dalam skenario SRES tidak hanya mempengaruhi emisi CO 2 , tetapi juga GRK lain seperti SO 2 , metan dan lain sebagainya Kurniawan et al 2009. Ada empat skenario emisi GRK utama yang disusun oleh IPCC dalam Special Report on Emission Scenarios SRES. Keempat skenario emisi utama tersebut disusun dengan menggunakan beberapa pendekatan pemodelan sehingga menghasilkan beberapa perkiraan emisi untuk masukan data penentu emisi yang sama. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan oleh keempat skenario emisi utama tersebut adalah IPCC 2000 1. Skenario emisi grup A1 SRESA1 Skenario ini menggunakan asumsi bahwa pada masa datang pertumbuhan ekonomi berlangsung cepat, populasi global meningkat sampai pertengahan abad 21 dan kemudian menurun dan cepatnya introduksi teknologi baru yang lebih efisien. Skenario emisi grup A1 dibagi lagi kedalam tiga kelompok. Ketiga sub-kelompok tersebut dibagi berdasarkan penekanan pada pemanfaatan teknologi yaitu yang menggunakan energi fosil secara intensif A1F1, energi non-fosil secara intensif A1T, dan energi fosil dan non-fosil secara berimbang A1B. 2. Skenario emisi grup A2 SRESA2 Skenario ini menggunakan asumsi bahwa pada masa datang kondisi antar wilayah sangat beragam, dan kerjasama antar wilayah sangat lemah dan cendrung lebih bersifat individu sehingga penurunan tingkat perbedaan antar wilayah berjalan sangat lambat. Pembangunan ekonomi sangat berorientasi wilayah sehingga akan terjadi fragmentasi antar wilayah baik pertumbuhan, pendapatan per kapita maupun perubahan teknologi. 3. Skenario emisi grup B1 SRESB1 Skenario ini menggunakan asumsi sama seperti grup A1. Akan tetapi skenario ini juga mengasumsikan bahwa terjadi perubahan struktur ekonomi yang cepat melalui peningkatan pelayanan dan informasi ekonomi, dengan menurunnya intensitas penggunaan bahan bakar, dan diperkenalkannya teknologi-teknologi yang bersih dan hemat penggunaan sumberdaya. Oleh karena itu, penekanan skanario ini terletak pada penyelesaian masalah global berkaitan dengan ekonomi, sosial dan lingkungan, termasuk peningkatan tingkat kesamaan akan tetapi tanpa ada inisiatif khusus berkaitan dengan perubahan iklim. 4. Skenario emisi grup B2 SRESB2 Skenario ini menekankan pada upaya penyelesaian masalah ekonomi, sosial dan lingkungan secara lokal. Populasi global terus meningkat tetapi dengan laju sedikit lebih rendah dari skenario emisi grup A2, pembangunan ekonomi pada tingkat sedang, perubahan teknologi sedikit lebih lambat dari B1 dan A1. Skenario ini juga berorientasi pada perlindungan lingkungan dan kesamaan sosial yang difokuskan pada tingkat lokal dan regional.

2.4 Global Climate Model GCM

GCM adalah model matematika berbasis komputer yang terdiri atas persamaan numerik dan deterministik yang terpadu dan mengikuti hukum-hukum fisika Wigena 2006. Model ini biasanya digunakan untuk mensimulasikan secara numerik perubahan iklim yang terjadi Hardy 2003. GCM dijalankan pada skala waktu lama, biasanya selama bertahun-tahun. Contoh model GCM antara lain GISS dari NASA, CSIRO dari Australia, dan NCEP. GCM memodelkan perubahan iklim yang terjadi di atmosfer dengan menggunakan skenario. Model skenario yang paling umum digunakan adalah efek dari curah hujan dan suhu dengan meningkatnya kadar CO 2 atmosfer. Permodelan GCM lebih kompleks dibandingkan dengan model RegCM Regional Climate Model . Hal ini dikarenakan memerlukan berbagai input seperti parameter-parameter dasar atmosfer, permukaan tanah, sirkulasi laut, dan lain-lain. Inputan parameter-parameter atmosfer meliputi distribusi tekanan, aerosol atmosfer konten, albedo, curah hujan, dan penguapan. Inputan permukaan tanah meliputi: kadar air tanah, dan vegetasi indeks sedangkan inputan pada dinamika laut meliputi pola sirkulasi, suhu permukaan laut. GCM telah digunakan secara ekstensif dalam sepuluh tahun terakhir untuk menduga dampak perubahan iklim terhadap perekonomian, pertanian, penutupan tanah, dan beberapa kegiatan manusia lainnya Bunting 2009. Kelebihan GCM adalah mengetahui informasi yang berguna bagi kita mengenai proses-proses yang terjadi di atmosfer. Model ini memberikan pemahaman kepada kita tentang keterlibatan manusia dalam perubahan iklim, dan kemampuan kita untuk beradaptasi dengan berbagai skenario perubahan iklim. Kekurangan atau keterbatasan dari model ini memerlukan inputan yang banyak, serta proses yang lebih kompleks. Selain itu, GCM menghasilkan ukuran sel grid secara kasar sehingga kejadian cuaca pada skala kecil yang mungkin dapat mempengaruhi pola iklim dan perubahan iklim tidak begitu diperhitungkan Mearns 2003.

2.5 Regional Climate Model RCM