Perubahan Curah Hujan Analisis Perubahan Iklim

Gambar 6 menunjukkan pola curah hujan pada masing-masing kelompok. Pola hujan C1 terlihat jelas memiliki pola monsunal. Puncak hujan tertinggi terdapat pada bulan Januari kemudian berkurang hingga medekati 0 mmbulan yang terjadi pada bulan Agustus. Jika dibandingkan dengan pola hujan observasi yang lain, C1 memiliki curah hujan yang paling rendah. Pola curah hujan ini tersebar di sebagian besar wilayah utara Jawa Barat. Suhu udara pada C1 tertinggi terdapat pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Januari. Wilayah tengah dan selatan Jawa Barat memiliki pola curah hujan monsunal namun kurang begitu jelas seperti pada C1. Pada kedua pola ini C2 dan C3 terlihat bahwa puncak hujan terjadi pada bulan Januari kemudian turun pada bulan Februari dan pada bulan Maret curah hujan meningkat kembali namun tidak melampaui tinggi curah hujan pada bulan Januari. Hal ini masih termasuk hal yang wajar, karena pada bulan tersebut merupakan bulan basah musim penghujan. Perbedaan antara C2 dan C3 terdapat pada bulan kering musim kemarau dan peralihan. Pada C2 curah hujan terendah terjadi selama 3 bulan dengan curah hujan 50 mmbulan yang terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September. Memasuki musim penghujan, curah hujan meningkat drastis hingga puncak musim penghujan dengan suhu tertinggi terdapat pada bulan Oktober dan terendah terdapat pada bulan Januari. Sedangkan pada C3 penurunan curah hujan yang terjadi pada masa peralihan dan musim kemarau tidak terlihat drastis. Curah hujan terendah pada cluster ini bernilai lebih dari 100 mmbulan terjadi pada bulan Juli. Hal ini menandakan bahwa C3 memiliki wilayah yang paling basah dibandingkan dengan wilayah lainnya C1 dan C2.

4.3 Analisis Perubahan Iklim

Curah hujan dan suhu merupakan unsur cuaca yang sangat rentan terhadap terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim akan terlihat pada jangka waktu yang cukup lama yaitu berkisar antara 50 tahun hingga 100 tahun. Pada analisis perubahan iklim yang dilakukan pada penelitian ini, menggunakan data scenario tahun 2055 hingga tahun 2069 untuk mengetahui perubahan iklim 50 tahun yang akan datang. IPCC 2007 dalam UNDP Indonesia 2007 menyatakan akibat peningkatan konsentrasi CO 2 di atmosfer pada tahun 1790 hingga tahun 2005 menyebabkan perubahan iklim terutama suhu permukaan pada tahun 2100 akan meningkat antara 1.8 o C hingga 2.9 o C. Simulasi perubahan iklim menggunakan model RegCM3 menghasilkan keluaran berupa data unsur-unsur iklim seperti suhu dan curah hujan, yang nantinya digunakan untuk memprediksi peningkatan suhu dan curah hujan di masa yang akan datang.

4.3.1 Perubahan Curah Hujan

Perubahan curah hujan hasil keluaran model RegCM3 pada tahun 2055-2069 Gambar 7b menunjukkan penurunan dibandingkan dengan kondisi tahun 1985- 1999 Gambar 7a. Tahun 1985-1999 curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah selatan Jawa Barat tepatnya di wilayah Gunung Salak, dan curah hujan terendah terdapat di wilayah utara Jawa Barat. Pada tahun 2055-2069 sebaran curah hujan hampir sama dengan kondisi tahun 1985-1999 namun nilai curah hujan rata-rata tahunannya menurun. Penurunan curah hujan terjadi sebesar 6.54. a b Gambar 7 Curah hujan keluaran model RegCM3 mililiter a tahun 1985-1999 b tahun 2055-2069. Gambar 8 La Penentuan laju k hujan berdasarkan dat periode tahun 1985-1999 Gambar 8. Kecenderu observasi untuk masing hujan memiliki laju k berbeda namun secara kes peningkatan tiap tahu kecenderungan curah h yang paling rendah y mmtahun, sedangkan u kecenderungan curah h mmtahun dan 2.83 mmta Hasil perhitun perubahan curah hujan te Berdasarkan tabel te perubahan curah hujan memiliki persentase pe curah hujan terbesar yait memiliki nilai persentase curah hujan yang terbe Tanda positif dan negat tersebut mengindikas C1 Gambar 9 P Laju kecenderungan curah hujan observasi tahun 1985 kecenderungan curah ata observasi yaitu 99 dapat dilihat pada rungan curah hujan g-masing pola curah kecenderungan yang eseluruhan mengalami ahunnya. Pada C1 hujan memiliki laju yaitu bernilai 1.49 untuk C2 dan C3 hujan bernilai 2.90 tahun. tungan persentase terdapat pada Tabel 1. tersebut persentase n untuk wilayah C1 perubahan penurunan aitu -47.08 dan C2 se perubahan kenaikan rbesar yaitu 31.92. atif pada kedua nilai kasikan terjadinya pernurunan curah hujan terjadi kenaikan curah hu Sedangkan berdasarkan r perubahan curah hujan, pa menunjukkan terjadinya hujan di waktu yang ak kisaran penurunan antara . Persentase perubaha dihitung pada setiap pola yang terlihat pada Tab diplotkan dalam graf menggambarkan perubaha ini dan curah hujan akan tahun seperti yang terdapat Tabel 1. Nilai persentase p masing-masing po Nilai Persenta C1 Min -47.08 Max 24.29 Rata-rata -5.14 C2 Perubahan curah hujan untuk masing-masing pola hujan obse 5-1999. tanda negatif dan hujan tanda positif. rata-rata persentase pada C1, C2, dan C3 a penurunan curah akan datang dengan a 4.53 hingga 8.16 han curah hujan yang a curah hujan seperti abel 1, kemudian rafik. Grafik ini han curah hujan saat an datang sepanjang at pada Gambar 9. perubahan CH untuk pola hujan observasi tase Perubahan C2 C3 -41.45 -36.14 31.92 29.93 -8.16 -4.53 C3 servasi. Perubahan curah hujan pada setiap pola hujan observasi C1, C2, dan C3 secara umum menunjukkan peningkatan pada saat musim penghujan dan akan mengalami penurunan pada musim peralihan dan musim kemarau. Selain mengalami peningkatan dan penurunan curah hujan, dari gambar tersebut juga terlihat bahwa puncak musim hujan akan semakin singkat dan musim kemarau akan semakin lama diiringi dengan terjadinya kemunduran awal musim hujan. Hal tersebut sejalan dengan Naylor et al 2007 dalam UNDP Indonesia 2007 yang menyatakan bahwa pada waktu yang akan datang curah hujan pada wilayah selatan ekuator akan mengalami musim kering yang panjang dan musim hujan basah yang singkat dengan curah hujan yang tinggi. Berdasarkan Gambar 9, C1 menunjukkan sedikit perubahan curah hujan. Perubahan peningkatan terlihat pada bulan Januari dengan curah hujan kondisi yang akan datang berada diatas curah hujan saat ini. Pada bulan-bulan selanjutnya perubahan curah hujan tidak begitu jelas terlihat. Curah hujan pada C2 untuk kondisi akan datang terlihat berada diatas curah hujan saat ini pada bulan Desember hingga Maret musim penghujan, namun memasuki bulan April curah hujan akan datang akan berada dibawah curah hujan saat ini. Dimana pada bulan April sudah memasuki musim peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Perubahan curah hujan saat ini dan akan datang untuk wilayah C3 sangat terlihat jelas perubahannya. Curah hujan akan datang terlihat lebih tinggi pada saat musim penghujan yaitu pada akhir Desember hingga Maret dan akan berada dibawah curah hujan saat ini pada saat musim peralihan dan musim kemarau yaitu pada bulan April hingga awal Desember. Terjadinya perubahan curah hujan seperti yang dijelaskan sebelumnya memungkinkan terjadinya bencana seperti terjadinya banjir pada saat musim penghujan dan kekeringan yang parah terjadi pada musim kemarau. Oleh karena itu diperlukan beberapa strategi untuk mengatasi dan meminimalkan resiko tersebut. Salah satunya dengan memanfaatkan dan memaksimakan penggunaan waduk, danau, dan tempat penyimpanan air lainnya. Hal ini dimaksudkan agar kelebihan curah hujan yang jatuh pada saat musim penghujan dapat dialirkan menuju waduk sehingga mengurangi resiko banjir. Selain itu air yang terdapat di waduk dapat digunakan pada saat musim kemarau agar tidak terjadi kekurangan air dan mengurangi kekeringan.

4.3.2 Perubahan Suhu