Identifikasi Variabel METODE PENELITIAN

keadaan gusi seseorang dengan melihat keparahan gingivitis berdasarkan warna gusi, konsistensi dan kecenderungan untuk berdarah. Decayed, missing, and filled teeth DMFT digunakan untuk melihat jumlah gigi yang berlubang, hilang dan jumlah gigi yang ditambal. Semakin tinggi nilai indeks- indeks tersebut, makin buruk status kesehatan gigi dan mulut seseorang. 31 32 Hasil penelitian didapatkan nilai rerata OHIS pada subjek perokok lebih tinggi dibanding subjek non perokok yaitu 2.46 berbanding 1.74, hal itu menunjukkan status kesehatan mulut pada subjek perokok lebih buruk dibandingkan dengan subjek non-perokok. Nilai CI pada subjek perokok juga lebih tinggi yaitu 1.60 dan pada subjek non-perokok 1.12, hal tersebut menunjukkan bahwa karies pada gigi perokok lebih banyak dibanding subjek non-perokok. Pada nilai rerata PI subjek perokok lebih tinggi yaitu 0.86 dibanding 0.62 pada non-perokok, hal tersebut menunjukkan ketebalan plak pada gigi perokok lebih tebal daripada subjek non-perokok. Status gusi perokok memiliki kecenderungan lebih mudah berdarah daripada subjek non- perokok, hal tersebut dilihat dari nilai GI yang lebih tinggi pada perokok yaitu 1.02 dibanding 0.77 pada subjek non-perokok. Jumlah gigi yang berlubang, hilang dan yang ditambal pada subjek perokok lebih banyak dibandingkan pada subjek non-perokok, dibuktikan berdasarkan nilai DMFT yang lebih tinggi pada subjek perokok yaitu 10.13 dibanding 6.73 pada subjek non- perokok. Secara keseluruhan pada penelitian ini, status kesehatan gigi dan mulut pada subjek perokok lebih buruk dibandingkan subjek non-perokok, dilihat dari nilai OHIS, PI, CI, GI, dan DMFT yang lebih tinggi pada subjek perokok dibanding subjek non-perokok.

4.1.3. Derajat Keasaman pH Saliva

Hasil pengukuran derajat keasaman pH saliva yang tidak distimulasi pada subjek perokok dan non perokok dapat terlihat dari Gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1 Kadar pH Saliva Perokok dan Non Perokok Hasil pengukuran pH saliva didapatkan nilai median pH saliva perokok pria lebih rendah dibanding pH saliva non perokok pria yaitu 6.7 4.9-7.3 pada perokok dan 7.4 6.1-7.8 pada non perokok. Setelah dilakukan uji statistik Mann Whitney pada pH saliva subjek perokok dan non perokok didapatkan hasil p value 0.001, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata pH saliva perokok dan non perokok.

4.2. Pembahasan

Pada penelitian ini, kelompok pria perokok memiliki rata – rata usia 33,4 tahun ± 9,2, dengan jumlah perokok terbanyak terdapat pada kelompok usia 25 – 34 tahun yaitu 6 orang 20 . Hal ini hampir sesuai dengan prevalensi pria perokok berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Riskesdas pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa pada rentang usia 25 – 34 tahun didapatkan prevalensi perokok sebesar 31,1 1,1 lebih rendah dari prevalensi perokok tertinggi pada rentang usia 45 – 54 tahun dan menempati