Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa jumlah perokok terbanyak terdapat pada kelompok usia 25-34 tahun sebesar 6 20 subjek, sedangkan jumlah
non perokok terbanyak terdapat pada kelompok usia 17-24 tahun sebesar 10 33,3 subjek. Berdasarkan status pendidikan, didapatkan bahwa jumlah
perokok terbanyak terdapat sebesar 8 26,7 subjek pada tingkat lulusan pendidikan SMP atau sederajat, sedangkan jumlah non perokok terbanyak
terdapat pada tingkat lulusan pendidikan SMA atau sederajat sebesar 10 33,3 subjek. Pada kelompok perokok sebagian besar subjek merupakan
perokok yang sudah lebih dari 10 tahun yaitu 11 36.7 subjek. Selain itu sebagian besar subjek memiliki kebiasaan merokok 11-20 batang perhari
26.7.
4.1.2. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Subyek Penelitian
Tabel 4.2 Oral Hygiene Index dan Skor OHIS
Non Perokok Perokok
n=15 n=15
p Oral
HygieneOHIS Index
1.74±0.54 2.46±0.82
0.009
Plaque Index 0.67 0-1.2
1 0-1.2 0.019
Calculus Index 1.12±0.45
1.60±0.62 0.022
Gingival Index 0.77±0.48
1.02±0.48 0.153
DMFT Index 6.73±4.62
10.13±6.72 0.118
= median minimal-maksimal Untuk mengukur status kesehatan gigi dan mulut, dinilai dari beberapa
indeks yang berdasarkan hasil pemeriksaan fisik gigi dan mulut. Oral higiene index simplified OHIS adalah indeks untuk menentukan status kebersihan
mulut seseorang yang dinilai dari Debris Index DI dan Calculus Index CI yang menunjukkan adanya sisa makanandebris dan kalkulus karang gigi
pada permukaan gigi. Plaque index PI digunakan untuk mengukur ketebalan plak pada permukaan gigi. Gingival index GI digunakan untuk menilai
keadaan gusi seseorang dengan melihat keparahan gingivitis berdasarkan warna gusi, konsistensi dan kecenderungan untuk berdarah. Decayed,
missing, and filled teeth DMFT digunakan untuk melihat jumlah gigi yang berlubang, hilang dan jumlah gigi yang ditambal. Semakin tinggi nilai indeks-
indeks tersebut, makin buruk status kesehatan gigi dan mulut seseorang.
31 32
Hasil penelitian didapatkan nilai rerata OHIS pada subjek perokok lebih tinggi dibanding subjek non perokok yaitu 2.46 berbanding 1.74, hal itu
menunjukkan status kesehatan mulut pada subjek perokok lebih buruk dibandingkan dengan subjek non-perokok. Nilai CI pada subjek perokok juga
lebih tinggi yaitu 1.60 dan pada subjek non-perokok 1.12, hal tersebut menunjukkan bahwa karies pada gigi perokok lebih banyak dibanding subjek
non-perokok. Pada nilai rerata PI subjek perokok lebih tinggi yaitu 0.86 dibanding 0.62 pada non-perokok, hal tersebut menunjukkan ketebalan plak
pada gigi perokok lebih tebal daripada subjek non-perokok. Status gusi perokok memiliki kecenderungan lebih mudah berdarah daripada subjek non-
perokok, hal tersebut dilihat dari nilai GI yang lebih tinggi pada perokok yaitu 1.02 dibanding 0.77 pada subjek non-perokok. Jumlah gigi yang berlubang,
hilang dan yang ditambal pada subjek perokok lebih banyak dibandingkan pada subjek non-perokok, dibuktikan berdasarkan nilai DMFT yang lebih
tinggi pada subjek perokok yaitu 10.13 dibanding 6.73 pada subjek non- perokok. Secara keseluruhan pada penelitian ini, status kesehatan gigi dan
mulut pada subjek perokok lebih buruk dibandingkan subjek non-perokok, dilihat dari nilai OHIS, PI, CI, GI, dan DMFT yang lebih tinggi pada subjek
perokok dibanding subjek non-perokok.
4.1.3. Derajat Keasaman pH Saliva
Hasil pengukuran derajat keasaman pH saliva yang tidak distimulasi pada subjek perokok dan non perokok dapat terlihat dari Gambar 4.1 berikut.