Hadis Tentang Tidak Menyaringkan Basmalah
Tirmîdzî yang menggolongkannya sebagai hadis hasan, seperti Ibnu Khuzaimah dan al-
Khathib. Mereka berkata, “Masalahnya terletak pada Ibnu Abdillah bin Mughaffal, dan ia adalah perawi yang tidak dikenal”.
45
اََ ثَدَح ُييِلَع
ُُنمب ٍُرمجُح
اَنَرَ بمخَأ َُيمََ
ُُنمب ٍُديِعَس
ُييِوَمُمْا ُمنَع
ُِنمبا ٍُجميَرُج
ُمنَع ُِنمبا
ُِبَأ َُةَكميَلُم
ُمنَع ُِمُأ
َُةَمَلَس ُمتَلاَق
َُناَك ُُلوُسَر
َُِللا ىَلَص
َُُللا ُِميَلَع
َُمَلَسَو ُُعِطَقُ ي
َُُتَءاَرِق ُُلوُقَ ي
{ ُُدممَمْا
َُِلِل ُِبَر
َُيِمَلاَعملا }
َُُث ُُفِقَي
{ ُِنَمَْرلا
ُِميِحَرلا }
َُُث ُُفِقَي
َُناَكَو اَُؤَرمقَ ي
{ ُِكِلَم
ُِمموَ ي ُِنيِدلا
}
46
“... Dari Ummu Salamah ia berkata; Rasulullah SAW. biasa memotong bacaan beliau, beliau membaca; Alhamdulill
âhirabbil’âlamîn, kemudian beliau berhenti, Arrahmânirrahîm, kemudian beliau berhenti, lalu beliau membaca Maliki yaumiddîn
.” HR. A
l-Tirmîdzî Abu Isa berkata, “Hadis ini gharib
47
. Bacaan ini kemudian yang dibaca oleh Abu ‘Ubaidah dan dipilihnya. Demikianlah Yahya bin Sa’id al-Umawi dan
yang lainnya meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ummu Salamah, namun sanadnya tidak bersambung, karena al-
Laits bin Sa’d meri
wayatkan hadis ini dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ya’la bin Mamlak dari Ummu Salamah bahwa Ummu Salamah menyebut bacaan Nabi SAW. kalimat
perkalimat, hadis al-Laits lebih sahîh, namun dalam hadis al-Laits tidak disebutkan: “Beliau membaca Malikiyaumiddîn.”
48
e.
Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Nasâ ’î
اَنَرَ بمخَأ ُُدَمَُُ
ُُنمب ُِيِلَع
ُِنمب ُِنَسَمْا
ُِنمب ٍُقيِقَش
َُلاَق ُُتمعَِْ
ُِبَأ ُُلوُقَ ي
اَنَأَبم نَأ وُبَأ
َُةَزمَْ ُمنَع
ُِروُصمَم ُِنمب
َُناَذاَز ُمنَع
ُِسَنَأ ُِنمب
ٍُكِلاَم َُلاَق
ىَلَص اَِب
ُُلوُسَر َُِللا
ىَلَص َُُللا
ُِميَلَع َُمَلَسَو
ُممَلَ ف اَمعِممسُي
َُةَءاَرِق ُِممسِب
َُِللا ُِنَمَْرلا
ُِميِحَرلا ىَلَصَو
اَِب وُبَأ
ٍُرمكَب ُُرَمُعَو
ُممَلَ ف اَهمعَممسَن
اَمُهم ِم
49
45
Abu al-Ula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-mubarakfuri
46
Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 10, hadis no. 2851, h. 172
47
Hadis yang diriwayatkan seseorang secara sendirian. Kadang-kadang perawinya tsiqat, sehingga riwayatnya shahih. Tetapi kadang-kadang ia di bawah kualitas tsiqat, sehingga
riwayatnya hasan. Dan kadang-kadang ia dha’if, sehingga riayatnya dha’if .
48
Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 10, hadis no. 2851, h. 172
49
Imam al- Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, jilid 3, hadis no. 896, h. 461
“... Dari Anas bin Malik dia berkata; “Rasulullah saw.shalat bersama kami dan kami tidak mendengar bacaan
Bismillâhirrahmânirrahîm
darinya. Kami juga shalat bersama Abu Bakar serta Umar, dan keduanya juga tidak membaca
Bismillāhirraḥmānirraḥīm
.” HR. Al-
Nasâ ’î
Dalam lafazh yang lainnya disebutkan:
ُممَلَ ف ُمعَمَْأ
اًدَحَأ ُممُهم ِم
ُُرَهمََ ُِب
ُِممسِب َُِللا
ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا
50
“Aku tidak mendengar salah seorang dari mereka mengeraskan bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm
.” HR.
Al-
Nasâ ’î
f. Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Mâjah
اََ ثَدَح وُبَأ
ُِرمكَب ُُنمب
َُأ ُِب
َُةَبميَش اََ ثَدَح
ُُديِزَي ُُنمب
َُنوُراَ ُمنَع
ٍُميَسُح ُِمِلَعُمملا
ُمنَع ُِلميَدُب
ُِنمب َُةَرَسميَم
ُمنَع ُِبَأ
ُِءاَزموَمْا ُمنَع
َُةَشِئاَع ُمتَلاَق
َُناَك ُُلوُسَر
َُِللا ىَلَص
َُُللا ُِميَلَع
َُمَلَسَو ُُحِتَتمفَ ي
َُةَءاَرِقملا ُِب
{ ُُدممَمْا
َُِلِل َُر
ُِب َُيِمَلاَعملا
}
51
“... Dari Aisyah ia berkata; “Rasulullah SAW. memulai bacaannya dengan;
Alhamdulill âhirabbil’âlamîn
.” HR. Ibnu Mâjah
اََ ثَدَح ُُرمصَن
ُُنمب ُ يِلَع
ُييِمَضمهَمْا َُبَو
ُُرمك ُُنمب
ٍُفَلَخ ُُةَبمقُعَو
ُُنمب ٍُمَرمكُم
اوُلاَق اََ ثَدَح
ُُناَومفَص ُُنمب
ىَسيِع اََ ثَدَح
ُُرمشِب ُُنمب
ٍُعِفاَر ُمنَع
ُِبَأ ُِدمبَع
َُِللا ُِنمبا
ُِمَع ُِبَأ
َُةَرم يَرُ ُمنَع
ُِبَأ َُةَرم يَرُ
َُنَأ ََُِّلا
ىَلَص َُُللا
ُِميَلَع َُمَلَسَو
َُناَك ُِتَتمفَ ي
ُُح َُةَءاَرِقملا
ُِب {
ُُدممَمْا َُِلِل
ُِبَر َُيِمَلاَعملا
}
52
“... Dari Abu Hurairah berkata; “Nabi SAW. membuka bacaannya dengan;
Alhamdulill âhirabbil’âlamîn
.” HR.
Ibnu Mâjah
Kualitas hadis: Hadis di atas sahîh. Sebagian mereka menganggapnya ma’lul mengandung cacat karena kekacauan periwayatannya, namun al-Hafizh
Ibnu Hajar dalam al-Fath 2266 mengatakan, “Para perawi yang bersumber dari
Syu’bah telah berbeda dalam meriwayatkan lafazh hadis ini, sekelompok sahabatnya yang menerima darinya meriwayatkan dengan lafazh,
“Mereka membuka salatnya dengan
Alhamdulill âhirabbil’âlamîn.” Sementara sekelompok
lainnya yang juga menerima da rinya meriwayatkan dengan lafazh, “Aku tidak
50
Imam al- Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, jilid 3, hadis no. 897, h. 462
51
Imam Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, jilid 3, hadis no. 804, h. 40
52
Imam Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, jilid 3, hadis no. 806, h. 42
pernah mendengar
seorang pun
di antara
mereka yang
membaca Bismillâhirrahmânirrahîm
.”
53
2. Asbâb al-Wurûd Hadis
Begitu juga dengan Asbâb al-Wurûd hadis-hadis tentang tidak menyaringkan basmalah dalam salat yang akan dibahas ini tidak dicantumkan
penulis, sebab memang tidak terdapat Asbâb al-Wurûd-nya. Setelah penulis menelusuri dua kitab, yaitu: al-Lu
ma’ Fi Asbâb al-Wurûd al-hadîts karya Jalaluddin al-Suyuti dan latar belakang historis timbulnya hadis-hadis Rasul karya
Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Damsyiqi, penulis tidak menemukan adanya keterangan tentang Asbâb al-Wurûd dalam hadis tersebut.
3. Syarah dan Komentar Ulama Hadis
Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, ketika
menerangkan hadis yang diriwayatkan Abû Dâwud. Dalam hal ini beliau tidak mengutip pendapatnya sendiri, melainkan mengutip dari berbagai pendapat ulama
hadis.
ٍُسَنَأُمنَعَُةَداَتَ قُمنَعٌُماَشُِاََ ثَدَحَُميِاَرم بِإُُنمبُُمِلمسُمُاََ ثَدَح ََُِّلاَُنَأ
ٍُرمكَبُاَبَأَوَُمَلَسَوُِميَلَعَُُللاُىَلَصُ }َُيِمَلاَعملاُِبَرَُِلِلُُدممَمْاُ{ ِبَُةَءاَرِقملاَُنوُحِتَتمفَ يُاوُناَكَُناَممثُعَوَُرَمُعَو
54
“... Dari Anas bahwa Nabi SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semua memulai bacaannya dengan Alhamdulill
âhirabbil’âlamîn.” HR.
Abû Dâwud
ُُ }َُيِمَلاَعملاُ ِبَرَُِلِلُُدممَمْاُ{ ِبَُةَءاَرِقملاَُنوُحِتَتمفَ يُاوُناَك
mereka membuka bacaan
dengan Alhamdulill
âhirabbil’âlamîn ada perbedaan pendapat mengenai
53
Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Syarah Bulughul Maram terj. Aan Anwariyah dkk, Jakarta: Pustaka Azzam, 2010 cet. Ke-3, jilid 2, h.173
54
Abû Dâwud, Sunan Abû Dâwud, jilid 2, hadis no. 664, 665,1245,1246, h. 435
penafsiran ini. Ada yang mengatakan maksudnya adalah surat al-Fâtihah, dan ini adalah pendapat orang yang menyatakan bahwa ayat pertama dari al-Fâtihah
adalah Alhamdulill
âhirabbil’âlamîn. Pendapat lain bahwa artinya mereka memulai bacaan al-Fâtihah dengan mengucapkan
Alhamdulill âhirabbil’âlamîn,
ini adalah pendapat yang menyatakan tidak ada basmalah. Tapi ini tidak berarti bahwa mereka tidak membaca
ُِممسِب َُِللا
ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا
Dengan nama Allâh yang maha pemurah lagi maha penyayang secara sirr pelan.
55
Perlu diketahui ada perbedaan pendapat yang banyak tentang redaksi Anas ini.
Dalam salah satu redaksinya sebagai berikut:
ُممَلَ ف ُمعَمَْأ
اًدَحَأ ُممُهم ِم
ُُأَرمقَ ي ُِممسِب
َُِللا ُِنَمَْرلا
ُِميِحَرلا
“Aku belum pernah mendengar salah seorang dari mereka membaca, Bismillâhirrahmânirrahîm
.” HR. Ahmad dan Muslim
Dalam versi riwayat lainnya:
َُف ُاوُناَك
ََُ َُنوُرَهمََ
ُِممسِبِب َُِللا
ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا
“Mereka tidak mengeraskan bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm.” HR. Ahmad dan al-Nasâ
’î
Dalam versi riwayat lain:
ََُ َُنوُرُكمذَي
ُِممسِب َُِللا
ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا
ُِف ُِلَوَأ
ٍُةَءاَرِق َََُو
ُِف اَِرِخآ
“Mereka tidak menyebutkan Bismillâhirrahmânirrahîm dengan nama Allâh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang pada awal bacaan, dan tidak pada akhirnya.” HR.
Muslim
55
Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim Jakarta: Pustaka Azzam, 2009 cet. Ke-1, jilid 3, h. 448
Dalam versi riwayat lain:
ُممَلَ ف ُُكَي
ُوُنو ا َُي
ُمس َُةَءاَرِقملاَُنوُحِتمفَ ت
ُِممسِبِب َُِللا
ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا
“Mereka tidak membuka bacaan dengan Bismillâhirrahmânirrahîm.” HR. Abdullah bin Ahmad dalam musnad ayahnya.
Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah redaksinya adalah,
نورسيُاوناك
mereka
menyembunyikan suara bacaan. Al-
Hafizh berkomentar, “Yang mungkin bisa dikompromikan dari riwayat-riwayat yang berbeda ini bahwa Nabi SAW. membaca basmalah tidak
secara keras. Bila disebutkan dalam hadis Anas bahwa beliau tidak membacanya berarti maksudnya beliau tidak mengeraskan bacaannnya, dan ketika disebutkan
beliau membaca berarti membaca dengan suara pelan sirr. Bahkan ada riwayat yang menafikan mengeraskan bacaan basmalah secara tegas, dan inilah yang
dapat dipegang.
56
Perkataan Anas dalam riwayat Muslim, “Mereka tidak menyebut Bismillâhirrahmânirrahîm, baik di awal maupun di akhir
bacaan.” Harus dipahami bahwa beliau tidak mengeraskan bacaannya, karena itulah yang
mungkin ditiadakan. Sedangkan redaksi yang jelas-jelas meniadakan basmalah seperti
pada redaksi
“Mereka memulai
bacaan dengan
Alhamdulill âhirabbil’âlamîn.” Tidak menunjukkan bahwa beliau sama sekali
tidak membaca basmalah. Sebab, bacaan awal beliau sendiri adalah doa iftitah, dan beliau juga mengucapkan
ta’awwudz, serta riwayat-riwayat lain yang menyatakan ada bacaan lain yang diucapkan sebelum al-Fâti
h
ah setelah takbir.
56
Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 449
Dengan demikian, perkataan, “Mereka memulai” maksudnya memulai bacaan
yang bisa didengar supaya bisa mengkompromikan semua versi redaksi yang ada.”
57
Ini dalil bagi yang berpendapat bahwa bacaan basmalah tidak dinyaringkan. Menurut al-Tirmîdzî ini adalah pendapat sebagian besar ulama
dikalangan sahabat Nabi SAW. antara lain Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan setelah mereka dari kalangan tabi’in. Ini pula yang menjadi pendapat Sufyan ats-
Tsauri, Ibnu Mubarak, Ahmad dan Ishaq. Mereka semua mengatakan tidak mengeraskan bacaan basmalah, tapi hanya dibaca sendiri.
Al-Kh aththabi berkata, “Terkadang orang yang berpendapat bahwa
basmalah bukan bagian dari surat al-Fâtihah juga berdalil dengan hadis ini. Tapi tidak demikian adanya. Hadis ini hanya menunjukkan bahwa bacaan basmalah
tidak dinyaringkan berdasarkan riwayat yang tsabit dari Anas, dia berkata, “Aku
pernah salat di belakang Rasulullah SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, dan tidak
pernah satupun
dari mereka
yang mengeraskan
bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm
.”
58
Al- Munziri berkata, “Hadis ini diriwayatkan pula oleh al-Bukhârî,
Muslim, al-Nasâ ’î dari hadis Syu’bah dari Qatadah. Al-Tirmîdzî dan Ibnu Mâjah
juga meriwayatkannya dari Abu Awanah, dari Qatadah dengan redaksi yang mirip.
57
Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Daâwud terj. Anshari Taslim Jakarta: Pustaka Azzam, 2009 Cet. Ke-1, Jilid 3, h. 449
58
Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Daâwud terj. Anshari Taslim, h. 450
4. Analisa Hadis
Hadis di atas menunjukkan bahwa basmalah tidak termasuk surat al- Fâti
ẖah, sehingga membacanya tidak diharuskan bersama bacaannya, namun membacanya itu sunnah sebagai pemisah antar surat. Walaupun dalam hal ini juga
ada perbedaan pendapat. Hadis di atas juga menginformasikan sifat bacaan Nabi SAW. dan
Khulafa’ Rasyidun, bahwa mereka membuka bacaan salat dengan Alhamdulill
âhirabbil’âlamîn. Tambahan Imam Muslim menegaskan bahwa mereka tidak menyebutkan basmalah, baik di awal bacaan maupun di akhirnya.
Setelah penulis amati, mengenai hadis-hadis di atas yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri, Imam Muslim dan juga yang lainnya sepintas kelihatan
saling bertentangan dengan ayat al- Qur’an yang berbunyi :
“Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur
’an yang agung.” QS. Al-Hijr: 87
Bahwa yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang adalah bacaan al-Fâti
ẖah dalam setiap rakaat salat yang kita tahu ayat pertamanya berbunyi
Bismillâhirrahmânirrahîm. Dan hadis di atas juga termasuk hadis yang sahî
ẖ, setidaknya menurut mayoritas umat Islam yang menempatkan kedudukan kitab Sahîh al-Bukhârî dan
Sahîh Muslim sebagai kitab tershahih kedua dan ketiga di dunia setelah al-Qur ’an.
Dari Anas bin Malik Aku biasa salat di belakang Nabi SAW., di belakang Abu Bakar,
Umar dan
Utsman. Mereka
hanya memulai
bacaan dengan
Alhamdulill âhirabbil’âlamîn dan tidak pernah kudengar mereka membaca
Bismillâhirrahmânirrahîm pada awal bacaan al-Fâtihah dan tidak pula penghabisannya. HR.
Al-Bukhârî
dan Muslim
Dari segi kekuatan periwayatan, hadis ini sudah tidak ada masalah. Tinggal masalah cara memahami matan hadis ini dengan teliti.
Anas bin Malik melaporkan bahwa dirinya tidak pernah mendengar Rasulullah SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman mengucapkan basmalah di
dalam salat. Dari sini penulis bisa mengambil beberapa hal. Pertama, kalau Anas bin
Malik tidak merasa pernah mendengar basmalah, bukan berarti hal itu menjadi suatu kepastian bahwa kapan dan di mana pun Rasulullah SAW. dan ketiga
sahabatnya itu tidak pernah mengucapkannya. Boleh jadi apa yang dilaporkan oleh Anas bin Malik itu benar menurut pengalaman pribadinya, namun laporan itu
tidak harus menggugurkan orang lain yang misalnya melaporkan hal yang sebaliknya.
Kedua, kalau Anas bin Malik menyatakan tidak pernah mendengar lafadz basmalah diucapkan Nabi SAW. dalam salat, bukan berarti beliau sama sekali
tidak mengucapkannya. Ada kemungkinan beliau membaca dengan sirr suara direndahkan sehingga pastilah Anas ra. tidak mendengarnya. Tetapi hadis ini
tidak bisa dijadikan dasar bahwa basmalah bukan termasuk ayat dalam surat al- Fâtihah. Sebab ada hadis lainnya yang menegaskan bahwa basmalah termasuk
bagian dari surat al-Fâtihah.
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda, Bila kamu membaca Alhamdulill
âhirabbil’âlamîn surat al-Fâtihah maka bacalah Bismillâhirrahmânirrahîm, karena al-Fâtihah itu ummul Qur
’an`, ummul kitab, Sab`ul matsani. Dan Bismillâhirrahmânirrahîm adalah salah satu ayatnya. HR. Ad-Daruquthni.
Selain itu, para ahli hadis juga mempertanyakan hadis Anas di atas. Sebagian menyatakan periwayatannya sangat rancu, sehingga tidak dapat dipakai
sebagai hujjah. Hal ini karena terkadang riwayat di atas diriwayatkan dari Nabi SAW. secara marfu’, tetapi pada riwayat yang lain diriwayatkan secara tidak
marfu’. Di samping itu di antara perawi ada yang menyebutkan nama Utsman, tetapi perawi yang lain ada yang tidak menyebutkan. Bahkan ada perawi yang
meriwayatkan: “Mereka tidak membaca
Bismillâhirrahmânirrahîm. ” Dan ada
yang meriwayatkan
“Mereka tidak
mengeraskan bacaan
Bismillâhirrahmânirrahîm .”
Mengenai hadis Ibnu Mâjah dari ‘Aisyah yang berbunyi: “Rasulullah
SAW. memulai bacaannya dengan; Alhamdulill
âhirabbil’âlamîn.” Itu menunjukkan
bahwa ‘Aisyah
menyebut satu
ayat saja
Alhamdulill âhirabbil’âlamîn untuk memendekkan pembicaraan. Andaikata
‘Aisyah menyebut permulaan surat dengan Bismillâhirrahmânirrahîm tentu tidak jelas surat mana yang dimaksudkan, karena semua surat kecuali surat al-Taubah
dimulai dengan basmalah. Menurut ahli hadis, hadis-hadis di atas adalah sahîh dan tidak dapat
diketahui mana di antara hadis-hadis tersebut yang datang terlebih dahulu, sehingga tidak dapat ditetapkan mana yang nasikh dihapus dan mana yang
mansukh menghapus.Sehingga kemudian inilah yang menjadi dasar perbedaan pendapat di kalangan ulama.