Hadis Tentang Tidak Menyaringkan Basmalah

Tirmîdzî yang menggolongkannya sebagai hadis hasan, seperti Ibnu Khuzaimah dan al- Khathib. Mereka berkata, “Masalahnya terletak pada Ibnu Abdillah bin Mughaffal, dan ia adalah perawi yang tidak dikenal”. 45 اََ ثَدَح ُييِلَع ُُنمب ٍُرمجُح اَنَرَ بمخَأ َُيمََ ُُنمب ٍُديِعَس ُييِوَمُمْا ُمنَع ُِنمبا ٍُجميَرُج ُمنَع ُِنمبا ُِبَأ َُةَكميَلُم ُمنَع ُِمُأ َُةَمَلَس ُمتَلاَق َُناَك ُُلوُسَر َُِللا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو ُُعِطَقُ ي َُُتَءاَرِق ُُلوُقَ ي { ُُدممَمْا َُِلِل ُِبَر َُيِمَلاَعملا } َُُث ُُفِقَي { ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا } َُُث ُُفِقَي َُناَكَو اَُؤَرمقَ ي { ُِكِلَم ُِمموَ ي ُِنيِدلا } 46 “... Dari Ummu Salamah ia berkata; Rasulullah SAW. biasa memotong bacaan beliau, beliau membaca; Alhamdulill âhirabbil’âlamîn, kemudian beliau berhenti, Arrahmânirrahîm, kemudian beliau berhenti, lalu beliau membaca Maliki yaumiddîn .” HR. A l-Tirmîdzî Abu Isa berkata, “Hadis ini gharib 47 . Bacaan ini kemudian yang dibaca oleh Abu ‘Ubaidah dan dipilihnya. Demikianlah Yahya bin Sa’id al-Umawi dan yang lainnya meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ummu Salamah, namun sanadnya tidak bersambung, karena al- Laits bin Sa’d meri wayatkan hadis ini dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ya’la bin Mamlak dari Ummu Salamah bahwa Ummu Salamah menyebut bacaan Nabi SAW. kalimat perkalimat, hadis al-Laits lebih sahîh, namun dalam hadis al-Laits tidak disebutkan: “Beliau membaca Malikiyaumiddîn.” 48 e. Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Nasâ ’î اَنَرَ بمخَأ ُُدَمَُُ ُُنمب ُِيِلَع ُِنمب ُِنَسَمْا ُِنمب ٍُقيِقَش َُلاَق ُُتمعَِْ ُِبَأ ُُلوُقَ ي اَنَأَبم نَأ وُبَأ َُةَزمَْ ُمنَع ُِروُصمَم ُِنمب َُناَذاَز ُمنَع ُِسَنَأ ُِنمب ٍُكِلاَم َُلاَق ىَلَص اَِب ُُلوُسَر َُِللا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو ُممَلَ ف اَمعِممسُي َُةَءاَرِق ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا ىَلَصَو اَِب وُبَأ ٍُرمكَب ُُرَمُعَو ُممَلَ ف اَهمعَممسَن اَمُهم ِم 49 45 Abu al-Ula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-mubarakfuri 46 Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 10, hadis no. 2851, h. 172 47 Hadis yang diriwayatkan seseorang secara sendirian. Kadang-kadang perawinya tsiqat, sehingga riwayatnya shahih. Tetapi kadang-kadang ia di bawah kualitas tsiqat, sehingga riwayatnya hasan. Dan kadang-kadang ia dha’if, sehingga riayatnya dha’if . 48 Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 10, hadis no. 2851, h. 172 49 Imam al- Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, jilid 3, hadis no. 896, h. 461 “... Dari Anas bin Malik dia berkata; “Rasulullah saw.shalat bersama kami dan kami tidak mendengar bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm darinya. Kami juga shalat bersama Abu Bakar serta Umar, dan keduanya juga tidak membaca Bismillāhirraḥmānirraḥīm .” HR. Al- Nasâ ’î Dalam lafazh yang lainnya disebutkan: ُممَلَ ف ُمعَمَْأ اًدَحَأ ُممُهم ِم ُُرَهمََ ُِب ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا 50 “Aku tidak mendengar salah seorang dari mereka mengeraskan bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm .” HR. Al- Nasâ ’î f. Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Mâjah اََ ثَدَح وُبَأ ُِرمكَب ُُنمب َُأ ُِب َُةَبميَش اََ ثَدَح ُُديِزَي ُُنمب َُنوُراَ ُمنَع ٍُميَسُح ُِمِلَعُمملا ُمنَع ُِلميَدُب ُِنمب َُةَرَسميَم ُمنَع ُِبَأ ُِءاَزموَمْا ُمنَع َُةَشِئاَع ُمتَلاَق َُناَك ُُلوُسَر َُِللا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو ُُحِتَتمفَ ي َُةَءاَرِقملا ُِب { ُُدممَمْا َُِلِل َُر ُِب َُيِمَلاَعملا } 51 “... Dari Aisyah ia berkata; “Rasulullah SAW. memulai bacaannya dengan; Alhamdulill âhirabbil’âlamîn .” HR. Ibnu Mâjah اََ ثَدَح ُُرمصَن ُُنمب ُ يِلَع ُييِمَضمهَمْا َُبَو ُُرمك ُُنمب ٍُفَلَخ ُُةَبمقُعَو ُُنمب ٍُمَرمكُم اوُلاَق اََ ثَدَح ُُناَومفَص ُُنمب ىَسيِع اََ ثَدَح ُُرمشِب ُُنمب ٍُعِفاَر ُمنَع ُِبَأ ُِدمبَع َُِللا ُِنمبا ُِمَع ُِبَأ َُةَرم يَرُ ُمنَع ُِبَأ َُةَرم يَرُ َُنَأ ََُِّلا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو َُناَك ُِتَتمفَ ي ُُح َُةَءاَرِقملا ُِب { ُُدممَمْا َُِلِل ُِبَر َُيِمَلاَعملا } 52 “... Dari Abu Hurairah berkata; “Nabi SAW. membuka bacaannya dengan; Alhamdulill âhirabbil’âlamîn .” HR. Ibnu Mâjah Kualitas hadis: Hadis di atas sahîh. Sebagian mereka menganggapnya ma’lul mengandung cacat karena kekacauan periwayatannya, namun al-Hafizh Ibnu Hajar dalam al-Fath 2266 mengatakan, “Para perawi yang bersumber dari Syu’bah telah berbeda dalam meriwayatkan lafazh hadis ini, sekelompok sahabatnya yang menerima darinya meriwayatkan dengan lafazh, “Mereka membuka salatnya dengan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn.” Sementara sekelompok lainnya yang juga menerima da rinya meriwayatkan dengan lafazh, “Aku tidak 50 Imam al- Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, jilid 3, hadis no. 897, h. 462 51 Imam Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, jilid 3, hadis no. 804, h. 40 52 Imam Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, jilid 3, hadis no. 806, h. 42 pernah mendengar seorang pun di antara mereka yang membaca Bismillâhirrahmânirrahîm .” 53 2. Asbâb al-Wurûd Hadis Begitu juga dengan Asbâb al-Wurûd hadis-hadis tentang tidak menyaringkan basmalah dalam salat yang akan dibahas ini tidak dicantumkan penulis, sebab memang tidak terdapat Asbâb al-Wurûd-nya. Setelah penulis menelusuri dua kitab, yaitu: al-Lu ma’ Fi Asbâb al-Wurûd al-hadîts karya Jalaluddin al-Suyuti dan latar belakang historis timbulnya hadis-hadis Rasul karya Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Damsyiqi, penulis tidak menemukan adanya keterangan tentang Asbâb al-Wurûd dalam hadis tersebut. 3. Syarah dan Komentar Ulama Hadis Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, ketika menerangkan hadis yang diriwayatkan Abû Dâwud. Dalam hal ini beliau tidak mengutip pendapatnya sendiri, melainkan mengutip dari berbagai pendapat ulama hadis. ٍُسَنَأُمنَعَُةَداَتَ قُمنَعٌُماَشُِاََ ثَدَحَُميِاَرم بِإُُنمبُُمِلمسُمُاََ ثَدَح ََُِّلاَُنَأ ٍُرمكَبُاَبَأَوَُمَلَسَوُِميَلَعَُُللاُىَلَصُ }َُيِمَلاَعملاُِبَرَُِلِلُُدممَمْاُ{ ِبَُةَءاَرِقملاَُنوُحِتَتمفَ يُاوُناَكَُناَممثُعَوَُرَمُعَو 54 “... Dari Anas bahwa Nabi SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semua memulai bacaannya dengan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn.” HR. Abû Dâwud ُُ }َُيِمَلاَعملاُ ِبَرَُِلِلُُدممَمْاُ{ ِبَُةَءاَرِقملاَُنوُحِتَتمفَ يُاوُناَك mereka membuka bacaan dengan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn ada perbedaan pendapat mengenai 53 Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Syarah Bulughul Maram terj. Aan Anwariyah dkk, Jakarta: Pustaka Azzam, 2010 cet. Ke-3, jilid 2, h.173 54 Abû Dâwud, Sunan Abû Dâwud, jilid 2, hadis no. 664, 665,1245,1246, h. 435 penafsiran ini. Ada yang mengatakan maksudnya adalah surat al-Fâtihah, dan ini adalah pendapat orang yang menyatakan bahwa ayat pertama dari al-Fâtihah adalah Alhamdulill âhirabbil’âlamîn. Pendapat lain bahwa artinya mereka memulai bacaan al-Fâtihah dengan mengucapkan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn, ini adalah pendapat yang menyatakan tidak ada basmalah. Tapi ini tidak berarti bahwa mereka tidak membaca ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا Dengan nama Allâh yang maha pemurah lagi maha penyayang secara sirr pelan. 55 Perlu diketahui ada perbedaan pendapat yang banyak tentang redaksi Anas ini. Dalam salah satu redaksinya sebagai berikut: ُممَلَ ف ُمعَمَْأ اًدَحَأ ُممُهم ِم ُُأَرمقَ ي ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا “Aku belum pernah mendengar salah seorang dari mereka membaca, Bismillâhirrahmânirrahîm .” HR. Ahmad dan Muslim Dalam versi riwayat lainnya: َُف ُاوُناَك ََُ َُنوُرَهمََ ُِممسِبِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا “Mereka tidak mengeraskan bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm.” HR. Ahmad dan al-Nasâ ’î Dalam versi riwayat lain: ََُ َُنوُرُكمذَي ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا ُِف ُِلَوَأ ٍُةَءاَرِق َََُو ُِف اَِرِخآ “Mereka tidak menyebutkan Bismillâhirrahmânirrahîm dengan nama Allâh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang pada awal bacaan, dan tidak pada akhirnya.” HR. Muslim 55 Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim Jakarta: Pustaka Azzam, 2009 cet. Ke-1, jilid 3, h. 448 Dalam versi riwayat lain: ُممَلَ ف ُُكَي ُوُنو ا َُي ُمس َُةَءاَرِقملاَُنوُحِتمفَ ت ُِممسِبِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا “Mereka tidak membuka bacaan dengan Bismillâhirrahmânirrahîm.” HR. Abdullah bin Ahmad dalam musnad ayahnya. Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah redaksinya adalah, نورسيُاوناك mereka menyembunyikan suara bacaan. Al- Hafizh berkomentar, “Yang mungkin bisa dikompromikan dari riwayat-riwayat yang berbeda ini bahwa Nabi SAW. membaca basmalah tidak secara keras. Bila disebutkan dalam hadis Anas bahwa beliau tidak membacanya berarti maksudnya beliau tidak mengeraskan bacaannnya, dan ketika disebutkan beliau membaca berarti membaca dengan suara pelan sirr. Bahkan ada riwayat yang menafikan mengeraskan bacaan basmalah secara tegas, dan inilah yang dapat dipegang. 56 Perkataan Anas dalam riwayat Muslim, “Mereka tidak menyebut Bismillâhirrahmânirrahîm, baik di awal maupun di akhir bacaan.” Harus dipahami bahwa beliau tidak mengeraskan bacaannya, karena itulah yang mungkin ditiadakan. Sedangkan redaksi yang jelas-jelas meniadakan basmalah seperti pada redaksi “Mereka memulai bacaan dengan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn.” Tidak menunjukkan bahwa beliau sama sekali tidak membaca basmalah. Sebab, bacaan awal beliau sendiri adalah doa iftitah, dan beliau juga mengucapkan ta’awwudz, serta riwayat-riwayat lain yang menyatakan ada bacaan lain yang diucapkan sebelum al-Fâti h ah setelah takbir. 56 Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 449 Dengan demikian, perkataan, “Mereka memulai” maksudnya memulai bacaan yang bisa didengar supaya bisa mengkompromikan semua versi redaksi yang ada.” 57 Ini dalil bagi yang berpendapat bahwa bacaan basmalah tidak dinyaringkan. Menurut al-Tirmîdzî ini adalah pendapat sebagian besar ulama dikalangan sahabat Nabi SAW. antara lain Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan setelah mereka dari kalangan tabi’in. Ini pula yang menjadi pendapat Sufyan ats- Tsauri, Ibnu Mubarak, Ahmad dan Ishaq. Mereka semua mengatakan tidak mengeraskan bacaan basmalah, tapi hanya dibaca sendiri. Al-Kh aththabi berkata, “Terkadang orang yang berpendapat bahwa basmalah bukan bagian dari surat al-Fâtihah juga berdalil dengan hadis ini. Tapi tidak demikian adanya. Hadis ini hanya menunjukkan bahwa bacaan basmalah tidak dinyaringkan berdasarkan riwayat yang tsabit dari Anas, dia berkata, “Aku pernah salat di belakang Rasulullah SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, dan tidak pernah satupun dari mereka yang mengeraskan bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm .” 58 Al- Munziri berkata, “Hadis ini diriwayatkan pula oleh al-Bukhârî, Muslim, al-Nasâ ’î dari hadis Syu’bah dari Qatadah. Al-Tirmîdzî dan Ibnu Mâjah juga meriwayatkannya dari Abu Awanah, dari Qatadah dengan redaksi yang mirip. 57 Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Daâwud terj. Anshari Taslim Jakarta: Pustaka Azzam, 2009 Cet. Ke-1, Jilid 3, h. 449 58 Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Daâwud terj. Anshari Taslim, h. 450 4. Analisa Hadis Hadis di atas menunjukkan bahwa basmalah tidak termasuk surat al- Fâti ẖah, sehingga membacanya tidak diharuskan bersama bacaannya, namun membacanya itu sunnah sebagai pemisah antar surat. Walaupun dalam hal ini juga ada perbedaan pendapat. Hadis di atas juga menginformasikan sifat bacaan Nabi SAW. dan Khulafa’ Rasyidun, bahwa mereka membuka bacaan salat dengan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn. Tambahan Imam Muslim menegaskan bahwa mereka tidak menyebutkan basmalah, baik di awal bacaan maupun di akhirnya. Setelah penulis amati, mengenai hadis-hadis di atas yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri, Imam Muslim dan juga yang lainnya sepintas kelihatan saling bertentangan dengan ayat al- Qur’an yang berbunyi :         “Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur ’an yang agung.” QS. Al-Hijr: 87 Bahwa yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang adalah bacaan al-Fâti ẖah dalam setiap rakaat salat yang kita tahu ayat pertamanya berbunyi Bismillâhirrahmânirrahîm. Dan hadis di atas juga termasuk hadis yang sahî ẖ, setidaknya menurut mayoritas umat Islam yang menempatkan kedudukan kitab Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim sebagai kitab tershahih kedua dan ketiga di dunia setelah al-Qur ’an. Dari Anas bin Malik Aku biasa salat di belakang Nabi SAW., di belakang Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka hanya memulai bacaan dengan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn dan tidak pernah kudengar mereka membaca Bismillâhirrahmânirrahîm pada awal bacaan al-Fâtihah dan tidak pula penghabisannya. HR. Al-Bukhârî dan Muslim Dari segi kekuatan periwayatan, hadis ini sudah tidak ada masalah. Tinggal masalah cara memahami matan hadis ini dengan teliti. Anas bin Malik melaporkan bahwa dirinya tidak pernah mendengar Rasulullah SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman mengucapkan basmalah di dalam salat. Dari sini penulis bisa mengambil beberapa hal. Pertama, kalau Anas bin Malik tidak merasa pernah mendengar basmalah, bukan berarti hal itu menjadi suatu kepastian bahwa kapan dan di mana pun Rasulullah SAW. dan ketiga sahabatnya itu tidak pernah mengucapkannya. Boleh jadi apa yang dilaporkan oleh Anas bin Malik itu benar menurut pengalaman pribadinya, namun laporan itu tidak harus menggugurkan orang lain yang misalnya melaporkan hal yang sebaliknya. Kedua, kalau Anas bin Malik menyatakan tidak pernah mendengar lafadz basmalah diucapkan Nabi SAW. dalam salat, bukan berarti beliau sama sekali tidak mengucapkannya. Ada kemungkinan beliau membaca dengan sirr suara direndahkan sehingga pastilah Anas ra. tidak mendengarnya. Tetapi hadis ini tidak bisa dijadikan dasar bahwa basmalah bukan termasuk ayat dalam surat al- Fâtihah. Sebab ada hadis lainnya yang menegaskan bahwa basmalah termasuk bagian dari surat al-Fâtihah. “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda, Bila kamu membaca Alhamdulill âhirabbil’âlamîn surat al-Fâtihah maka bacalah Bismillâhirrahmânirrahîm, karena al-Fâtihah itu ummul Qur ’an`, ummul kitab, Sab`ul matsani. Dan Bismillâhirrahmânirrahîm adalah salah satu ayatnya. HR. Ad-Daruquthni. Selain itu, para ahli hadis juga mempertanyakan hadis Anas di atas. Sebagian menyatakan periwayatannya sangat rancu, sehingga tidak dapat dipakai sebagai hujjah. Hal ini karena terkadang riwayat di atas diriwayatkan dari Nabi SAW. secara marfu’, tetapi pada riwayat yang lain diriwayatkan secara tidak marfu’. Di samping itu di antara perawi ada yang menyebutkan nama Utsman, tetapi perawi yang lain ada yang tidak menyebutkan. Bahkan ada perawi yang meriwayatkan: “Mereka tidak membaca Bismillâhirrahmânirrahîm. ” Dan ada yang meriwayatkan “Mereka tidak mengeraskan bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm .” Mengenai hadis Ibnu Mâjah dari ‘Aisyah yang berbunyi: “Rasulullah SAW. memulai bacaannya dengan; Alhamdulill âhirabbil’âlamîn.” Itu menunjukkan bahwa ‘Aisyah menyebut satu ayat saja Alhamdulill âhirabbil’âlamîn untuk memendekkan pembicaraan. Andaikata ‘Aisyah menyebut permulaan surat dengan Bismillâhirrahmânirrahîm tentu tidak jelas surat mana yang dimaksudkan, karena semua surat kecuali surat al-Taubah dimulai dengan basmalah. Menurut ahli hadis, hadis-hadis di atas adalah sahîh dan tidak dapat diketahui mana di antara hadis-hadis tersebut yang datang terlebih dahulu, sehingga tidak dapat ditetapkan mana yang nasikh dihapus dan mana yang mansukh menghapus.Sehingga kemudian inilah yang menjadi dasar perbedaan pendapat di kalangan ulama.

C. Pandangan Fuqaha Terhadap Basmalah

Setelah diperhatikan hadis-hadis tersebut yang menceritakan tentang boleh atau tidaknya membaca basmalah, ternyata masing-masing dikalangan umat islam berbeda pendapat. Adapun pendapat ulama fiqih tentang basmalah adalah: Imam Malik berpendapat bahwa basmalah bukan bagian dari surat al- Fâtihah, dan karena itu ia tidak membaca basmalah ketika membaca surat al- Fâtihah dalam salat. Alasannya, selain banyaknya perbedaan antara ulama hadis, juga karena al- Qur’an bersifat mutawatir, yaitu periwayatannya disampaikan oleh orang banyak yang jumlahnya meyakinkan, sedangkan riwayat tentang basmalah dalam surat al-Fâtihah tidak demikian. Di samping itu, menurut madzhab Malik, tidak ada satu riwayat pun yang bernilai sahîh yang dapat dijadikan dalil bahwa basmalah pada al-Fâtihah adalah bagian dari al- Qur’an. Bahkan justru sebaliknya, sekian banyak riwayat yang membuktikan bahwa basmalah bukan bagian dari al-Fâtihah. Salah satu di antaranya adalah hadis yang membagi al- Fâtihah menjadi dua bagian, satu bagian bagi Allâh dan satu bagiannya untuk manusia, yaitu yang berbunyi: و اََ ثَدَح ُُقَحمسِإ ُُنمب َُميِاَرم بِإ ُييِلَظمَمْا اَنَرَ بمخَأ ُُناَيمفُس ُُنمب َُةَم يَ يُع ُمنَع ُِء َََعملا ُمنَع ُِيِبَأ ُمنَع ُِبَأ ُمنَعَةَرم يَرُ َُِِّلا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو َُلاَق ُمنَم ىَلَص ًُة َََص ُمَل ُمأَرمقَ ي اَهيِف ُِمُأِب ُِنآمرُقملا َُيِهَف ٌُجاَدِخ اًث َََث ُُرم يَغ ٍُماَََ َُليِقَف ُِبَِْ َُةَرم يَرُ اَنِإ ُُنوُكَن َُءاَرَو ُِماَمِمْا َُلاَقَ ف ُمأَرم قا اَِِ ُِف َُكِسمفَ ن ُِِّإَف ُُتمعَِْ َُلوُسَر َُِللا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو ُُلوُقَ ي َُلاَق َُُللا َُعَ ت َُلا ُُتممَسَق َُة َََصلا ُِنميَ ب َُميَ بَو يِدمبَع ُِميَفمصِن يِدمبَعِلَو اَم َُلَأَس اَذِإَف َُلاَق ُُدمبَعملا { ُُدممَمْا َُِلِل ُِبَر َُيِمَلاَعملا } َُلاَق َُُللا َُلاَعَ ت َُِّدَِْ يِدمبَع اَذِإَو َُلاَق { ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا } َُلاَق َُُللا َُلاَعَ ت َُّم ثَأ َُيَلَع يِدمبَع اَذِإَو َُلاَق { ُِكِلاَم ُِمموَ ي ُِنيِدلا } َُلاَق َُِّدََ يِدمبَع َُلاَقَو ًُةَرَم َُضَوَ ف ََُلِإ يِدمبَع اَذِإَف َُلاَق { َُكاَيِإ ُُدُبمعَ ن َُكاَيِإَو ُُيِعَتمسَن } َُلاَق اَذَ ُِنميَ ب َُميَ بَو يِدمبَع يِدمبَعِلَو اَم َُلَأَس اَذِإَف َُلاَق { اَنِدما َُطاَرِصلا َُميِقَتمسُمملا َُطاَرِص َُنيِذَلا َُتممَعم نَأ ُممِهميَلَع ُِمَْغ ُِبوُضمغَمملا ُممِهميَلَع َََُو َُيِلاَضلا } َُلاَق اَذَ يِدمبَعِل يِدمبَعِلَو اَم َُلَأَس 59 “... Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW., beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Qur’an di dalamnya, maka shalatnya masih 59 Imam Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, jilid 2, hadis no. 895, hal. 382; lihat juga di Imam Abū Dāwud, Sunan Abû Daâwud, jilid 2, hadis no. 699, hal. 482; lihat juga di Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah, jilid 11, hadis no. 3774, hal. 226; dan lihat juga di Imam al- Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, jilid 3, hadis no. 900, h. 466 mempunyai hutang, tidak sempurna” Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah, “Kami berada di belakang imam ?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam dirimu, karena aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allâh berfirman, ‘Aku membagi shalat antara Aku dan hambaKu, dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata, ‘Segala puji bagi Allâh Rabb semesta alam.’ Maka Allâh berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.’ Allâh berkata, ‘HambaKu memujiKu’.....” HR. Muslim ةاّصلا تمسق Jumhur ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan as- Salah di sini adalah al-Fâtihah. 60 Menurut mereka, yang dapat ditafsirkan dari hadis tersebut adalah Allâh menjadikan tiga ayat pertama untuk Dzat-Nya, dan ayat keempat mengandung unsur kerendahan diri dari seorang hamba dan permohonan pertolongan kepada Allâh , dan tiga ayat selanjutnya menggenapkan surat al-Fâtihah menjadi tujuh ayat. Di antara bukti yang menunjukkan bahwa ayat yang menggenapkan tujuh ayat itu berjumlah tiga ayat adalah bahwa di situ Allâh tidak berfirman: ” Kedua ayat ini”. Firman Allâh ini menunjukkan bahwa lafadz مهيلع تمعنا adalah satu ayat. 61 Mereka pun sepakat bahwa tidak sempurna salat kecuali dengan al-Fâtihah. Maka ketika Allâh tidak menyebutkan lafadz Bismillâhirrahmânirrahîm, maka ini sudah berarti bahwa memang basmalah bukan termasuk ayat dalam surat al- Fâti ẖah. Apabila basmalah itu merupakan ayat dari surat al-Fâtihah, maka otomatis dimulai dengan ayat itu. Pendapat yang masyhur menurut kelompok ulama Malikiyah, yaitu bahwa basmalah bukanlah ayat dari al- Qur’an kecuali hanya dalam surat al-Naml yang merupakan bagian dari satu ayat. 62 60 Majlis Tafsir al- Qur’an, Tafsir al-Qur’an Surat al-Fatihah dan al-Baqarah ayat 1-39 Solo: Percetakan al-Abror h.3 61 Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi terj. Fathurrahman dkk, Jakarta: Pustaka Azzam, 2010 cet. Ke-2, jilid 1, h. 247 62 Imam an-Nawawi, Raudhatuth Thalibin terj. Muhyiddin Mas Rida dkk, jilid 1, h. 518 Dalam pengamatan Imam Malik terhadap pengamalan penduduk Madinah, beliau menemukan bahwa imam atau masyarakat umum tidak membaca basmalah ketika membaca surat al-Fâtihah. 63 Imam Syafi’i menilai basmalah sebagai ayat pertama dari surat al-Fâtihah dan karena salat tidak sah tanpa membaca al-Fâtihah, maka basmalah harus dibaca ketika membaca al-Fâtihah, alasannya cukup banyak. 64 Fakhruddin ar-Razi menguraikan tidak kurang dari lima belas dalil tentang basmalah dalam surat al-Fâtihah. Antara lain riwayat Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi SAW. Bersabda: “Al- Fâtiẖah terdiri dari tujuh ayat, awalnya adalah Bismillâhirrahmânirrahîm ” HR. Ath-Thabarani dan Ibn Mardawaih. Demikian juga informasi istri nabi, Ummu Salamah yang menyatakan bahwa Rasulullah membaca al-Fâtihah termasuk basmalah. HR. Abû Dâwud dan Ahmad Ibn Hambali 65 Sebagian ulama tampak menolak pendapat Imam Syafi’i dengan menyatakan bahwa jika basmalah merupakan satu ayat pada selain surat al-Naml, niscaya akan dijelaskan oleh Rasulullah SAW., sebab al- Qur’an diriwayatkan secara mutawatir. Itulah pertanyaan al-Qadhi yang membantah pendapat Imam Syafi’i, dan menduga bahwa penolakan ini adalah sebuah kebenaran yang qat’i pasti. 66 63 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 1, h. 26 64 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 1, h. 27 65 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 1, h. 27 66 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid terj. Beni Sarbeni, dkk Jakarta: Pustaka Azzam, 2006 cet. Ke-1, jilid 1, h. 260