Hadis Tentang Menyaringkan Basmalah

Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan Ibnu Zubair. Juga orang-orang setelah mereka dari kalangan tabi’in, mereka berpendapat dengan mengeraskan bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm. Ini adalah pendapat Syafi’i. Isma’il bin Hammad namanya adalah Ibnu Abu Sulaiman, sedangkan Abu Khalid disebut dengan Abu Khalid al- Walibi, dan namanya adalah Hurmuz, dan dia adalah orang Kufah.” 12 e. Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Nasâ ’î اَنَرَ بمخَأ ُُدَمَُُ ُُنمب ُِدمبَع َُِللا ُِنمب ُِدمبَع ُِمَكَمْا ُمنَع ٍُبميَعُش اََ ثَدَح ُُثميَللا اََ ثَدَح ٌُدِلاَخ ُمنَع ُِديِعَس ُِنمب ُِبَأ ٍُل ََِ ُمنَع ٍُمميَعُ ن ُِرِممجُمملا َُلاَق ُُتميَلَص َُءاَرَو ُِبَأ َُةَرم يَرُ َُأَرَقَ ف ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا َُُث َُأَرَ ق ُِمُأِب ُِنآمرُقملا َََُح اَذِإ َُغَلَ ب { ُِمَْغ ُِبوُضمغَمملا ُممِهميَلَع َََُو َُيِلاَضلا } َُلاَقَ ف َُيِمآ َُلاَقَ ف ُُساَلا َُيِمآ َُو ُُلوُقَ ي اَمَلُك َُدَجَس َُُللا ُُرَ بمكَأ اَذِإَو َُماَق ُمنِم ُِسوُلُمْا ُِف ُِميَ تَم ث َِا َُلاَق َُُللا ُُرَ بمكَأ اَذِإَو َُمَلَس َُلاَق يِذَلاَو يِسمفَ ن ُِِدَيِب ُِِّإ ُممُكُهَ بمشََْ ًُة َََص ُِلوُسَرِب َُِللا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو 13 “... Dari Nu’aim Al-Mujmir dia berkata; Aku pernah salat di belakang Abu Hurairah kemudian ia membaca Bismillâhirrahmânirrahîm, lalu membaca surat al- Fâti ẖah...” HR. Al-Nasâ’î Kualitas hadis: hadis di atas adalah hadis mauquf 14 ,hadis ini hasan 15 . Dan berkata al- Baihaqi: “Saẖîẖ isnad-nya”. 16 Namun ada juga yang men- ḍa’if-kannya menganggapnya sebagai hadis lemah. 17 Al-Bukhârî menyebutkannya secara mu’allaq, sementara Ibnu Hajar dalam al-Fath menyebutkan, “Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah dan al- Nasâ ’î , yaitu hadis yang paling sahîh dalam masalah ini. Az- 12 Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 1, h. 414 13 A ḥmad bin Syu‘âb Abû ‘Abdirrahmân al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Bayrût: Dâr al-Fikr, t.th., jilid 3, hadis no. 895, h. 459 14 Sesuatu yang diriwayatkan dari seorang sahabat, baik berupa ucapan, perbuatan maupun taqrir-nya, dan baik muttashil maupun munqathi’. 15 Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung dari awal sampai akhir serta disampaikan oleh orang-orang yang adil, tidak ada kejanggalan dan tidak cacat. Hanya saja dalam sanadnya terdapat perawi yang kurang sempurna kekuatan hafalannya. 16 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir Al-Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas cet. Ke-1, jilid 1, h. 122 17 Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram terj. Aan Anwariyah dkk, jilid 2, h. 179 Zaila’i menganggapnya ma’lul mengandung cacat. Ibnu Hajar membantah orang yang mengatakan bahwa selain Nu’aim meriwayatkannya tanpa menyebutkan basmalah, dengan jawaban, bahwa Nu’aim tsiqah dapat dipercaya sehingga tambahannya dapat diterima. An-Nawawi pun mengutip klaim shahihnya dalam al- Majmu’ dan kepastiannya dari ad-Daruquthni, Ibnu Khuzaimah, al-Hakim dan al-Baihaqi. 18 2. Asbâb al-Wurûd Hadis Asbâb al-Wurûd hadis merupakan konteks historis yang melatarbelakangi munculnya suatu hadis, ia dapat berupa peristiwa atau pertanyaan yang terjadi pada suatu hadis itu disampaikan kepada Nabi SAW. dengan lain ungkapan. Asbâb al-Wurûd adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya suatu hadis. Dan tidak semua hadis ada Asbâb al-Wurûd-nya. Mengenai Asbâb al-Wurûd hadis-hadis tentang menyaringkan basmalah yang akan dibahas ini tidak dicantumkan penulis, sebab memang tidak terdapat Asbâb al-Wurûd -nya. Setelah penulis menelusuri dua kitab, yaitu: al- Luma’ Fi Asbâb al-Wurûd al-Hadîts karya Jalaluddin al-Suyuti dan latar belakang historis timbulnya hadis-hadis Rasul karya Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al- Damsyiqi, penulis tidak menemukan adanya keterangan tentang Asbâb Al-Wurûd dalam hadis tersebut. 3. Syarah dan Komentar Ulama Hadis Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhârî, nyata sekali Anas mengatakan bahwa Nabi membaca Bismillâhirrahmânirrahîm, dengan panjang : 18 Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Syarah Bulughul Maram terj. Aan Anwariyah dkk, jilid 2, h. 179 Bismillâh-nya panjang. Ar-Rahmân-nya panjang dan ar-Rahîm-nya panjang pula. Timbul pertanyaan sekarang, dari mana beliau tahu bahwa Rasulullah SAW. membaca masing-masing kalimat itu dengan panjang madd, kalau tidak didengarnya sendiri? 19 Kalau kita kembali saja kepada Qaidah Ushul fiqih dan Ilmu hadis tentu kita dapat menyimpulkan : “Yang menetapkan lebih didahulukan daripada yang meniadakan.” Artinya, riwayat Anas yang mengatakan Rasulullah SAW. baca Bismillâh panjang, ar-Rahmân panjang dan ar-Rahîm panjang itulah yang didahulukan. Oleh sebab itu Bismillâhirrahmânirrahîm kita jahr-kan dan madd- kan membacanya. Ini namanya menetapkan hukum ada jahr. 20 Tetapi al-Hafizh Ibnu Hajar sebagaimana yang disalinkan oleh asy-Syaukani di dalam Nailul Autâr te lah mendapat jalan keluar dari kesulitan ini, katanya, “Hal ini bukanlah semata-mata karena mendahulukan hadis yang menetapkan hukum jahr daripada yang menafsirkan sirr. Karena amat jauh dari penerimaan akal kita bahwa Anas yang mendampingi Abu Bakar, Umar dan Utsman dua puluh lima tahun lamanya, tidak sekali juga akan mendengar mereka men-jahr agak sekali salatpun. Tetapi yang terang ialah bahwa Anas sendiri mengakui bahwa dia tidak ingat lagi sudah lupa hukum itu. Karena sudah lama masanya tidak dia ingat lagi dengan pasti, apakah mereka Nabi SAW. dan ketiga sahabat itu memulai dengan Alhamdulillâhirabbil’âlamîn secara jahr atau dengan 19 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 125 20 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 125 Bismillâhirrahmânirrahîm. Demikian yang dikutip oleh Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA dalam kitab tafsirnya. 21 Keterangan Ibnu Hajar diperkuat lagi dengan asy-Syaukani dalam Nailul Autâr, katanya : “Apa yang dikatakan al-Hafizh Ibnu Hajar dikuatkan oleh sebuah hadis yang menjelaskan bahwa memang Anas tidak ingat lagi soal itu. Yaitu hadis yang dirawikan oleh ad- Daruquthni dari Abu Salamah, demikian bunyinya” : 22 “Aku telah tanyakan kepada Anas bin Malik, apakah ada Rasulullah SAW. membuka salat dengan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn, atau dengan Bismillâhirrahmânirrahîm? beliau menjawab : Engkau telah menanyakan kepadaku suatu soal yang aku tidak ingat lagi, dan belum pernah orang lain menanyakan soal itu kepadaku sebelum engkau. Lalu saya tanyakan pula. Apakah ada Rasulullah SAW. salat dengan memakai sepasang terompah? Beliau menjawab : Memang ada” Mengenai hadis yang berbunyi : اَهَمَتَخُ َََحُ َرَ ثموَكملاَكاَم يَطمعَأُاَنِإُ ِميِحَرلاُِنَمَْرلاَُِللاُ ِممسِبَُأَرَقَ ف beliau lalu membaca, surat al-Kautsar sampai selesai dalam Fath al-Wadud disebutkan, “Seakan dengan hadis ini dia Abû Dâwud memberi isyarat bahwa basmalah itu bagian dari surat al-Fâtihah sehingga harus dibaca jahr. Ketika dijawab bahwa mungkin saja beliau SAW. membaca basmalah sekedar meminta berkah ber-tabarruk bukan karena dia adalah bagian dari surat al-Fâtihah sehingga tidak harus dibaca jahr. Tapi ini bisa dijawab, bahwa basmalah itu hanya untuk memisahkan antar surat, sehingga dia dibaca hanya di awal surat saja.” 23 Dalam Nail al-Autâr disebutkan ketika menerangkan hadis ini, “Hadis ini merupakan salah satu dalil bagi yang menetapkan pembacaan basmalah, dan mereka sudah disebutkan. Salah satu yang juga menjadi dalil mereka adalah 21 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 125 22 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 126 23 Abu ath-Thayyib, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abu Daud terj. Anshari Taslim, h. 457 penulisannya dalam mushaf tanpa membedakannya dari surat yang ada sebagaimana mereka membedakan nama surat dengan suratnya dengan tanda merah. Tapi ini dijawab oleh yang mengatakan bahwa basmalah itu bukan bagian dari al- Qur’an bahwa ditulis demikian hanya untuk memisahkan antar surat. Tapi ini bisa dijawab oleh yang menetapkan basmalah, bahwa kalau hanya untuk memisahkan antar surat maka penulisannya tanpa tanda khusus adalah pengelabuan. Juga dia tetap akan ditulis antara al-Anf āl dan al-Taubah al- bara’ah, juga tidak perlu ditulis di awal al-Fâtihah 24 . Selain itu, pemisahan bisa saja dilakukan dengan menulis judul surat seperti yang dilakukan antara al-Anfâl dengan al- Bara’ah.” 25 Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abû Dâwud, yang berbunyi : َُعُُناَيمفُسُاََ ثَدَحُاوُلاَقُِحمرَسلاُُنمباَوُييِزَومرَمملاٍُدَمَُُُُنمبُُدَمَْأَوٍُديِعَسُُنمبُُةَبميَ تُ قُاََ ثَدَح ُِديِعَسُمنَعُوٍرممَعُمن َُبَعُِنمباُمنَعُِيِفُُةَبميَ تُ قُ َلاَقٍُمَْ بُجُِنمب َُلاَقُ ٍسا ُِةَرويسلاَُلمصَفُُفِرمعَ يُ َََُمَلَسَوُِميَلَعَُُللاُىَلَصُيَِّلاَُناَك ُِميِحَرلاُِنَمَْرلاَُِللاُِممسِبُِميَلَعَُلَزَ َ تُ َََح ُِحمرَسلاُِنمباُُظمفَلُاَذََو 26 “... Dari Ibnu Abbas dia berkata: “Nabi SAW. tidak mengetahui pemisah antar surat hingga diturunkan kepada beliau Bismillâhirrahmânirrahîm. dengan menyebut nama Allâh yang maha pengasih lagi maha penyayang.” Lafadz ini dari Ibnu as-Sarh. HR. Abû Dâwud ُِةَرويسلاُ َلمصَفُ ُفِرمعَ يُ ََ tidak mengetahui pemisah antar surat. Hadis ini menjadi dalil bagi yang mengatakan bahwa basmalah adalah bagian dari al- Qur’an. Ini berarti hanya dengan dia turun bersama al-Qur’an maka dia adalah bagian dari al- Qur’an itu sendiri. Demikian diungkapkan asy-Syaukani. 24 Karena tidak ada surat sebelum al-Fâtihah sehingga tidak perlu ditulis pemisah dengan surat lain di atasnya. 25 Abu Ath-Thayyib, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 457 26 Abû Dâwud, Sunan Abû Dâwud, jilid 2, hadis no.669, hal 441 Berdalil dengan hadis ini dan juga hadis lain yang senada untuk mengatakan bahwa membaca basmalah hendaknya dengan keras jahr dalam salat tidaklah tepat. al-Hafizh Ibnu Sayyid an-Nas al- Ya’muri mengatakan, “Karena sekelompok orang yang mengharuskan pembacaan basmalah secara keras tetap tidak meyakini bahwa basmalah itu bagian dari al- Qur’an. Mereka malah mengatakan bahwa itu hanya sunah, sama halnya dengan ta’awwudz dan pembacaan âmîn. Sebaliknya, kelompok yang mengatakan basmalah dibaca pelan sirr malah meyakini bahwa basmalah bagian dari al- Qur’an. 27 Karenanya an- Nawawi berkata, “Masalah mengeraskan atau memelankan bacaan basmalah tidak ada hubungannya dengan masalah apakah dia bagian dari al- Qur’an atau bukan. Merupakan kesalahan pula berdalil dengan hadis-hadis meniadakan pembacaan basmalah secara keras bahwa itu berarti basmalah bukan ayat dari al- Qur’an. 28 Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Takhrij Hadits al-Hidayah, “Salah satu dalil yang menetapkan pembacaan basmalah dengan suara keras adalah bahwa hadisnya diriwayatkan dari banyak jalur. Sedangkan yang meniadakannya hanya datang dari riwayat Anas dan Mughaffal. Sedangkan yang lebih kuat tentulah yang lebih banyak. 29 Selain itu, hadis yang menyatakan pembacaan secara keras merupakan peng itsbat-an penetapan dan penetapan biasanya lebih diunggulkan daripada 27 Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim Jakarta: Pustaka Azzam, 2009 cet. Ke-1, jilid 3, h. 471 28 Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 471 29 Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 471 peniadaan. Lagi pula yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. tidak mengeraskan bacaan basmalah juga meriwayatkan bahwa beliau mengeraskan bacaan basmalah. Bahkan ada riwayat dari Anas yang mengingkari hal itu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dan ad-Dara quthni dari jalur Sa’id bin Yazid Abu Maslamah, dia berkata, “Aku bertanya kepada Anas, Apakah Rasulullah SAW. Membaca Bismillâhirrahmânirrahîm, ataukah Alhamdulill âhirabbil’âlamîn?” Dia menjawab, “Kamu bertanya padaku tentang hal yang aku tidak ingat betul dan juga tak ada yang bertanya itu kepadaku selain kamu.” 30 Tapi dalil pertama bisa dijawab, bahwa pengunggulan jalur yang lebih banyak itu bisa dilakukan kalau sanadnya sama-sama sahîh. Dalam hal ini, tidak ada satupun khabar hadis marfu’ yang sahîh bahwa Rasulullah SAW. pernah membaca basmalah dengan suara keras, sebagaimana diungkapkan oleh ad- Daraquthni. Yang sahîh hanya perbuatan sebagian sahabat. 31 Sedangkan untuk yang kedua, meskipun dalil tidak membaca basmalah dengan suara keras itu bentuknya nafi peniadaan, tapi maknanya adalah itsbat penetapan. Dalil lain yang biasa dikatakan bahwa ada kemungkinan sahabat yang meniadakan pembacaan basmalah dengan suara keras ini tidak mendengarnya dari Rasulullah SAW. karena jarak mereka jauh. Ini kemungkinannya jauh sekali, sebab demikian lamanya mereka mendampingi beliau SAW. 30 Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 472 31 Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 472 Jawaban untuk yang ketiga dalil Anas yang menyatakan lupa maka yang mendengar darinya pada saat dia masih hafal tentu harus lebih didahulukan daripada yang mendengarnya di saat lupa. Anas sendiri pernah ditanya tentang sesuatu lalu dia berkata ke pada penanya, “Tanyakan kepada al-Hasan, karena dia masih ingat sedang aku sudah lupa.” Al- Hazimi mengatakan, “Hadis-hadis tentang membaca basmalah dengan suara pelan tidak bisa ditakwil lain, juga tidak bisa dilawan oleh dalil lain karena hadis tersebut sahîh. Sedangkan hadis yang menyatakan beliau membaca dengan suara keras tidak sama dalam ke- sahîh -annya. Kalaupun ada yang sahîh tentang penyaringan suara saat membaca basmalah adalah hadis Anas, itupun redaksinya berbeda-beda. Dan, riwayat yang paling sahîh dari Anas adalah bahwa mereka Rasulullah SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman memulai bacaan dengan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn. Seperti inilah riwayat kebanyakan murid-murid Syu’bah darinya, dari Qatadah dari Anas. Seperti ini pula redaksi kebanyakan murid-murid Qatadah dari Qatadah. Redaksi ini pula yang disepakati oleh Syaikhani al-Bukhârî dan Muslim. 32 Ada pula versi redaksi lain dengan lafazh, “Aku belum pernah mendengar seorang pun dari mereka yang mengeraskan bacaan basmalah. Perawi redaksi ini lebih sedikit dibanding riwayat pertama, serta hanya diriwayatkan oleh Muslim seorang diri. Ada lagi riwayat dari Hammam dan Jarir bin Hazim dari Qatadah, “Anas ditanya bagaimana bacaan Nabi SAW.? Dia menjawab, beliau membaca 32 Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 473 basmalah dengan panjang dan ar-Rahmânir Rahîm juga dengan panjang.” Diriwayatkan oleh al-Bukhârî. Ada pula riwayat darinya dari hadis Abu Maslamah sama seperti hadis yang sudah disebutkan. Konon dia ditanya tentang bagaimana Nabi SAW. membuka bacaan. Kemudian Abu al- Hazimi berkata, “Ini adalah perbedaan pendapat yang dibolehkan, tidak ada nasikh dan mansukh di sini. 33 Ibnu al-Qayyim menyatakan dalam kitab al-Hady Zad al- Ma’ad bahwa Nabi SAW. terkadang mengeraskan bacaan basmalah terkadang pula memelankannya, dan itulah yang lebih sering. Tidak mungkin beliau SAW. selalu mengucapkannya dengan suara keras setiap kali salat baik siang maupun malam, baik ketika dalam perjalanan maupun di rumah dan tidak ada satu pun para khalifahnya yang mendengar itu. Hadis yang sahîh dalam masalah ini tidak tegas mengatakan demikian, sementara yang tegas tidak sahîh .” 34 4. Analisa Hadis Hadis-hadis di atas adalah hadis-hadis yang dijadikan dalil oleh orang yang berpendapat bahwa Bismillâhirrahmânirrahîm dibaca jahr nyaring. secara tegas mereka mengharuskan pelafalan basmalah dalam salat, karena menurut mereka basmalah termasuk ayat dalam surat al-Fâtihah. Salah satu dalil yang dijadikan hujjah mereka adalah hadis yang diriwayatkan oleh al- Nasâ’î dari Nu’aim al-Mujmir yang sudah disebutkan di atas. 33 Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 473 34 Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 473 Al- Nasâ’î menetapkan bab dalam kitabnya dengan lafal “Bab mengeraskan bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm ” dan hadis tersebut termasuk yang paling sa ẖîẖ tentang masalah itu . 35 Sehingga menguatkan hukum asal yaitu hukum kalimat bismillâh itu sama dengan hukum bacaan al-Fâtihah dalam hal membaca keras atau pelan. Apalagi hadis ini adalah ucapan dari Abu Hurairah yang mengatakan: “Sungguh sayalah di antara kamu yang paling sama salatnya dengan s alat Rasulullah”. Tetapi setelah diselidiki lebih mendalam oleh para ulama, tiap-tiap hadis yang jadi pegangan buat men-jahr itu ada saja yang di-naqd kritik terhadap perawinya, sehingga yang betul-betul bersih dari kritik tidak ada. Sampai Imam al-Tirmîdzî mengatakan, “Isnadnya tidaklah sampai demikian tinggi nilainya.” Begitupun dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau pernah ditanya mengenai hadis yang diriwayatkan al- Nasâ’î di atas, beliau mengatakan, “Ahli hadis telah sepakat bahwa tidak ada hadis sa ẖîẖ yang memastikan dikeraskannya bacaan basmalah dengan al-Fâtihah, sedangkan yang jelas-jelas menyatakan demikian terdapat dalam hadis-hadis palsu hadis yang dibuat- buat.” Sedangkan hadis riwayat al-Bukhârî yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW. menghitung Bismillâhirrahmânirrahîm sebagai salah satu ayat dari al-Fatihah, menurut sebagian ahli hadis, riwayat ini tidak dijelaskan sanadnya sehingga diragukan keabsahannya sebagai hadis yang disandarkan dari Imam al-Bukhârî. Mengenai perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di atas, penulis kurang sependapat dengan perkataan beliau, karena ada beberapa hadis yang Sahîh 35 Ash- Shan’anī, Terjemahan Subulus Salam terj. Abu Bakar Muhammad Surabaya: Al- Ikhlas jilid 1, h.531 tentang mengeraskan basmalah. Sebagaimana yang telah penulis telusuri di al- Kutub al-Sittah mengenai hadis-hadis tentang mengeraskan basmalah, penulis menemukan 8 hadis salah satu di antaranya ada di kitab Sahîh al-Bukhârî. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa para ulama dan kaum muslimin telah sepakat atas ke- Sahîh-an kitab Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim. Bahkan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sendiri beliau mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam kitab al- Lu’lu’ wa al-Marjân “Di kolong langit ini tidak ada kitab yang lebih Sahîh setelah kitab suci al-Qur’an selain kitab Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim, serta kitab-kitab yang dihimpun dari keduanya. 36

B. Hadis Tentang Tidak Menyaringkan Basmalah

Terdapat 16 hadis yang membahas tentang tidak menyaringkan basmalah dalam salat, didapatkan dalam kitab sebagai berikut : Sahîh al-Bukhârî sebanyak 1 hadis, Sahîh Muslim sebanyak 2 hadis, Sunan Abû Dâwud sebanyak 1 hadis, Sunan al-Tirmîdzî sebanyak 3 hadis, Sunan al-Nasâ ’î sebanyak 5 hadis dan Sunan Ibnu Mâjah sebanyak 4 hadis. 1. Teks Hadis a. Hadis yang terdapat dalam kitab Sahîh al-Bukhârî اََ ثَدَح ُُصمفَح ُُنمب َُرَمُع َُلاَق اََ ثَدَح ُُةَبمعُش ُمنَع َُةَداَتَ ق ُمنَع ُِسَنَأ ُِنمب ٍُكِلاَم َُأ َُن ََُِّلا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو اَبَأَو ٍُرمكَب َُرَمُعَو َُيِضَر َُُللا اَمُهم َع اوُناَك َُنوُحِتَتمفَ ي َُة َََصلا ُِب { ُُدممَمْا َُِلِل ُِبَر َُيِمَلاَعملا } 37 36 Muhammad Fuad Abdul Baqi, al- Lu’lu’ wa al-Marjân terj. Muhammad Suhadi dkk Jakarta: Ummul Qura cet. 1, h. xxxvii 37 Imam Bukhari, Sahîh al-Bukhârî, jilid-3, hadis 701, h. 186; lihat juga di Imam al- Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 1, hadis no. 229, h. 416; lihat juga di Imam al- Nasâ’î, Sunan al- Nasâ’ī, jilid 3, hadis no. 892 dan 893, h. 455-456; dan lihat juga di Abu Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah Bayrût: Dâr al-Fikr, tth, jilid 3, hadis no. 805, h. 41 “... Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW., Abu Bakar dan ‘Umar ra., mereka memulai salat dengan membaca Alhamdulill âhirabbil’âlamîn.” HR. Al- Bukhârî b. Hadis yang terdapat dalam kitab Sahîh Muslim ََُ ثَدَح ا ُُدَمَُُ ُُنمب ََُّ ثُمملا ُُنمباَو ٍُراَشَب اََُ ََِك ُمنَع ٍُرَدمُغ َُلاَق ُُنمبا ََُّ ثُمملا اََ ثَدَح ُُدَمَُُ ُُنمب ٍُرَفمعَج اََ ثَدَح ُُةَبمعُش َُلاَق ُُتمعَِْ َُةَداَتَ ق ُُثِدََُ ُمنَع ٍُسَنَأ َُلاَق ُُتميَلَص َُعَم ُِلوُسَر َُِللا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو ُِبَأَو ٍُرمكَب َُرَمُعَو َُناَممثُعَو ُممَلَ ف ُمعَمَْأ اًدَحَأ ُممُهم ِم ُُأَرمقَ ي ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا 38 “... Dari Anas dia berkata, “Saya salat bersama Rasulullah SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, lalu aku belum pernah mendengar salah seorang dari mereka membaca, Bismillâhirrahmânirrahîm .” HR. Muslim Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abû Dâ wud telah menceritakan kepada kami Syu’bah dalam isnad ini dan menambahkan “Syu’bah berkata, maka saya berkata kepada Qatadah, ‘Apakah kamu mendengarnya dari Anas? ‘Dia berkata, ‘Ya, dan kami menany akannya tentangnya.” 39 Dalam lafazh lainnya disebutkan: ُُتميَلَص َُفملَخ َُِِّلا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو ُِبَأَو ٍُرمكَب َُرَمُعَو َُناَممثُعَو اوُناَكَف َُنوُحِتمفَ تمسَي ُِب { دممَمْا َُِلِل ُِبَر َُيِمَلاَعملا } ََُ َُنوُرُكمذَي ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا ُِف ُِلَوَأ ٍُةَءاَرِق َََُو ُِف اَِرِخآ 40 “Saya salat di belakang Nabi SAW., Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka mereka memulai membaca dengan, Alhamdulill âhirabbil’âlamîn segala puji bagi Allâh , Tuhan semesta alam.’ Mereka tidak menyebutkan Bismillâhirrahmânirrahîm dengan nama Allâh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang pada awal bacaan, dan tidak pada akhirnya.” HR. Muslim c. Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan Abû Dâwud ٍُسَنَأُمنَعَُةَداَتَ قُمنَعٌُماَشُِاََ ثَدَحَُميِاَرم بِإُُنمبُُمِلمسُمُاََ ثَدَح ٍُرمكَبُاَبَأَوَُمَلَسَوُِميَلَعَُُللاُىَلَصََُِّلاَُنَأ َُعملاُِبَرَُِلِلُُدممَمْاُ{ ِبَُةَءاَرِقملاَُنوُحِتَتمفَ يُاوُناَكَُناَممثُعَوَُرَمُعَو }َُيِمَلا 41 “... Dari Anas bahwa Nabi SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semua memulai bacaannya dengan Alhamdulill âhirabbil’âlamîn.” HR. Abû Dâwud d. Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Tirmîdzî 38 Imam Muslim, Sahîh Muslim, hadis no. 605, jilid 2, h. 361 39 Imam Muslim, Sahîh Muslim, hadis no. 605, jilid 2, h. 361 40 Imam Muslim, Sahîh Muslim, jilid 2, hadis no. 606, h. 362 41 Imam Abû Dâwud, Sunan Abī Dâwud, jilid 2, hadis no. 664, h. 435 اََ ثَدَح ُُدَمَْأ ُُنمب ٍُعيَِم اََ ثَدَح ُُليِعَمِْإ ُُنمب َُميِاَرم بِإ اََ ثَدَح ُُديِعَس ُُنمب ٍُساَيِإ ُييِرميَرُمْا ُمنَع ُِسميَ ق ُِنمب َُةَياَبَع ُمنَع ُِنمبا ُِدمبَع َُِللا ُِنمب ٍُلَفَغُم َُلاَق ُِنَعَِْ ُِبَأ اَنَأَو ُِف ُِة َََصلا ُُقَأ ُُلو ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا َُلاَقَ ف ُِل ُميَأ ََُنُ ب ٌُثَدمُُ َُكاَيِإ َُثَدَمْاَو َُلاَق ُمَلَو َُرَأ اًدَحَأ ُمنِم ُِباَحمصَأ ُِلوُسَر َُِللا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو َُناَك َُضَغم بَأ ُِميَلِإ ُُثَدَمْا ُِف ُِم ََمسِمْا ُِنمعَ ي ُُمِم َُق َُلا ُمدَقَو ُُتميَلَص َُعَم َُِِّلا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو َُعَمَو ُِبَأ ٍُرمكَب َُعَمَو َُرَمُع َُعَمَو َُناَممثُع ُممَلَ ف ُمعَمَْأ اًدَحَأ ُممُهم ِم اَُُوُقَ ي َََُف اَهملُقَ ت اَذِإ َُتمنَأ َُتميَلَص ُملُقَ ف ُُدممَمْا َُِلِل ُِبَر َُيِمَلاَعملا 42 “... Dari Ibnu Abdullah bin Mughaffal ia berkata; Ayahku mendengarku ketika aku dalam salat, ketika itu aku membaca, Bismillâhirrahmânirrahîm Dengan menyebut nama Allâh Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, lalu Ayahku berkata; “wahai anakku, engkau telah melakukan hal yang baru, jauhilah perkara baru” Ia ayahku berkata; “Aku tidak pernah melihat seorang pun dari sahabat Rasulullah SAW. membenci sesuatu selain perkara yang baru diada- adakan di dalam Islam.” Ia berkata lagi, “Aku pernah salat bersama Nabi SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman, namun aku belum pernah melihat mereka mengucapkannya, maka janganlah engkau ucapkan itu. Jika engkau melaksanakan salat maka bacalah, Alhamdulill âhirabbil’âlamîn segala puji bagi Allâh , Rabb semesta alam.” HR. A l-Tirmîdzî Abu Isa berkata; “Hadis Abdullah bin Mughaffal ini derajatnya hasan Sahîh. Hadis ini diamalkan oleh kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi SAW., dan orang- orang setelah mereka dari kalangan tabi’in. Pendapat ini juga dipegang oleh Sufyan ats-Tsauri, Ibnu Mubarak, Ahmad dan Ishaq. Mereka berpendapat bahwa ucapan Bismillâhirrahmânirrahîm Dengan menyebut nama Allâh Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah itu tidak dikeraskan. Mereka berkata; “Hendaklah mereka mengucapkannya dalam hati.” 43 Menurut Ibnu Abdi al-Barr, hadis di atas ḏa’if karena ada salah satu perawi yang majhul tidak dikenal yaitu Ibnu Mughaffal. 44 Dan para ahli hadis yang lain juga men- ḏa’if-kan hadis tersebut dan mereka menolak pendapat at- 42 Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, Jilid 1,hadis no. 227, h. 412; lihat juga di Imam al- Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, jilid 3, hadis no. 898, h. 463; dan lihat juga di Imam Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, jilid 3, hadis no. 807, h. 43 43 Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, Jilid 1,hadis no. 227, h. 412 44 Djaelan Husnan, Perbandingan Mazhab dalam Hukum Islam Jakarta: Yayasan Wakaf Baitussalam Billy Moon, 2013 jilid 1, h. 205 Tirmîdzî yang menggolongkannya sebagai hadis hasan, seperti Ibnu Khuzaimah dan al- Khathib. Mereka berkata, “Masalahnya terletak pada Ibnu Abdillah bin Mughaffal, dan ia adalah perawi yang tidak dikenal”. 45 اََ ثَدَح ُييِلَع ُُنمب ٍُرمجُح اَنَرَ بمخَأ َُيمََ ُُنمب ٍُديِعَس ُييِوَمُمْا ُمنَع ُِنمبا ٍُجميَرُج ُمنَع ُِنمبا ُِبَأ َُةَكميَلُم ُمنَع ُِمُأ َُةَمَلَس ُمتَلاَق َُناَك ُُلوُسَر َُِللا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو ُُعِطَقُ ي َُُتَءاَرِق ُُلوُقَ ي { ُُدممَمْا َُِلِل ُِبَر َُيِمَلاَعملا } َُُث ُُفِقَي { ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا } َُُث ُُفِقَي َُناَكَو اَُؤَرمقَ ي { ُِكِلَم ُِمموَ ي ُِنيِدلا } 46 “... Dari Ummu Salamah ia berkata; Rasulullah SAW. biasa memotong bacaan beliau, beliau membaca; Alhamdulill âhirabbil’âlamîn, kemudian beliau berhenti, Arrahmânirrahîm, kemudian beliau berhenti, lalu beliau membaca Maliki yaumiddîn .” HR. A l-Tirmîdzî Abu Isa berkata, “Hadis ini gharib 47 . Bacaan ini kemudian yang dibaca oleh Abu ‘Ubaidah dan dipilihnya. Demikianlah Yahya bin Sa’id al-Umawi dan yang lainnya meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ummu Salamah, namun sanadnya tidak bersambung, karena al- Laits bin Sa’d meri wayatkan hadis ini dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ya’la bin Mamlak dari Ummu Salamah bahwa Ummu Salamah menyebut bacaan Nabi SAW. kalimat perkalimat, hadis al-Laits lebih sahîh, namun dalam hadis al-Laits tidak disebutkan: “Beliau membaca Malikiyaumiddîn.” 48 e. Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Nasâ ’î اَنَرَ بمخَأ ُُدَمَُُ ُُنمب ُِيِلَع ُِنمب ُِنَسَمْا ُِنمب ٍُقيِقَش َُلاَق ُُتمعَِْ ُِبَأ ُُلوُقَ ي اَنَأَبم نَأ وُبَأ َُةَزمَْ ُمنَع ُِروُصمَم ُِنمب َُناَذاَز ُمنَع ُِسَنَأ ُِنمب ٍُكِلاَم َُلاَق ىَلَص اَِب ُُلوُسَر َُِللا ىَلَص َُُللا ُِميَلَع َُمَلَسَو ُممَلَ ف اَمعِممسُي َُةَءاَرِق ُِممسِب َُِللا ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا ىَلَصَو اَِب وُبَأ ٍُرمكَب ُُرَمُعَو ُممَلَ ف اَهمعَممسَن اَمُهم ِم 49 45 Abu al-Ula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-mubarakfuri 46 Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 10, hadis no. 2851, h. 172 47 Hadis yang diriwayatkan seseorang secara sendirian. Kadang-kadang perawinya tsiqat, sehingga riwayatnya shahih. Tetapi kadang-kadang ia di bawah kualitas tsiqat, sehingga riwayatnya hasan. Dan kadang-kadang ia dha’if, sehingga riayatnya dha’if . 48 Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 10, hadis no. 2851, h. 172 49 Imam al- Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, jilid 3, hadis no. 896, h. 461