Hadis Tentang Menyaringkan Basmalah
Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan Ibnu Zubair. Juga orang-orang setelah mereka dari kalangan tabi’in, mereka berpendapat dengan mengeraskan bacaan
Bismillâhirrahmânirrahîm. Ini adalah pendapat Syafi’i. Isma’il bin Hammad
namanya adalah Ibnu Abu Sulaiman, sedangkan Abu Khalid disebut dengan Abu Khalid al-
Walibi, dan namanya adalah Hurmuz, dan dia adalah orang Kufah.”
12
e.
Hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Nasâ ’î
اَنَرَ بمخَأ ُُدَمَُُ
ُُنمب ُِدمبَع
َُِللا ُِنمب
ُِدمبَع ُِمَكَمْا
ُمنَع ٍُبميَعُش
اََ ثَدَح ُُثميَللا
اََ ثَدَح ٌُدِلاَخ
ُمنَع ُِديِعَس
ُِنمب ُِبَأ
ٍُل ََِ ُمنَع
ٍُمميَعُ ن ُِرِممجُمملا
َُلاَق ُُتميَلَص
َُءاَرَو ُِبَأ
َُةَرم يَرُ َُأَرَقَ ف
ُِممسِب َُِللا
ُِنَمَْرلا ُِميِحَرلا
َُُث َُأَرَ ق
ُِمُأِب ُِنآمرُقملا
َََُح اَذِإ
َُغَلَ ب {
ُِمَْغ ُِبوُضمغَمملا
ُممِهميَلَع َََُو
َُيِلاَضلا }
َُلاَقَ ف َُيِمآ
َُلاَقَ ف ُُساَلا
َُيِمآ َُو
ُُلوُقَ ي اَمَلُك
َُدَجَس َُُللا
ُُرَ بمكَأ اَذِإَو
َُماَق ُمنِم
ُِسوُلُمْا ُِف
ُِميَ تَم ث َِا َُلاَق
َُُللا ُُرَ بمكَأ
اَذِإَو َُمَلَس
َُلاَق يِذَلاَو
يِسمفَ ن ُِِدَيِب
ُِِّإ ُممُكُهَ بمشََْ
ًُة َََص ُِلوُسَرِب
َُِللا ىَلَص
َُُللا ُِميَلَع
َُمَلَسَو
13
“... Dari Nu’aim Al-Mujmir dia berkata; Aku pernah salat di belakang Abu Hurairah kemudian ia membaca Bismillâhirrahmânirrahîm, lalu membaca surat al-
Fâti ẖah...” HR. Al-Nasâ’î
Kualitas hadis: hadis di atas adalah hadis mauquf
14
,hadis ini hasan
15
. Dan berkata al-
Baihaqi: “Saẖîẖ isnad-nya”.
16
Namun ada juga yang men- ḍa’if-kannya
menganggapnya sebagai hadis lemah.
17
Al-Bukhârî menyebutkannya secara mu’allaq, sementara Ibnu Hajar dalam
al-Fath menyebutkan, “Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu
Khuzaimah dan al-
Nasâ ’î
, yaitu hadis yang paling sahîh dalam masalah ini. Az-
12
Imam al-Tirmîdzî, Sunan al-Tirmîdzî, jilid 1, h. 414
13
A ḥmad bin Syu‘âb Abû ‘Abdirrahmân al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î, Bayrût: Dâr al-Fikr,
t.th., jilid 3, hadis no. 895, h. 459
14
Sesuatu yang diriwayatkan dari seorang sahabat, baik berupa ucapan, perbuatan maupun taqrir-nya, dan baik muttashil maupun
munqathi’.
15
Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung dari awal sampai akhir serta disampaikan oleh orang-orang yang adil, tidak ada kejanggalan dan tidak cacat. Hanya saja dalam
sanadnya terdapat perawi yang kurang sempurna kekuatan hafalannya.
16
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir Al-Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas cet. Ke-1, jilid 1, h. 122
17
Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram terj. Aan Anwariyah dkk, jilid 2, h. 179
Zaila’i menganggapnya ma’lul mengandung cacat. Ibnu Hajar membantah orang yang mengatakan bahwa selain Nu’aim meriwayatkannya tanpa menyebutkan
basmalah, dengan jawaban, bahwa Nu’aim tsiqah dapat dipercaya sehingga
tambahannya dapat diterima. An-Nawawi pun mengutip klaim shahihnya dalam al-
Majmu’ dan kepastiannya dari ad-Daruquthni, Ibnu Khuzaimah, al-Hakim dan al-Baihaqi.
18
2. Asbâb al-Wurûd Hadis
Asbâb al-Wurûd hadis merupakan konteks historis yang melatarbelakangi munculnya suatu hadis, ia dapat berupa peristiwa atau pertanyaan yang terjadi
pada suatu hadis itu disampaikan kepada Nabi SAW. dengan lain ungkapan. Asbâb al-Wurûd adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya suatu
hadis. Dan tidak semua hadis ada Asbâb al-Wurûd-nya. Mengenai Asbâb al-Wurûd hadis-hadis tentang menyaringkan basmalah
yang akan dibahas ini tidak dicantumkan penulis, sebab memang tidak terdapat Asbâb al-Wurûd -nya. Setelah penulis menelusuri dua kitab, yaitu: al-
Luma’ Fi Asbâb al-Wurûd al-Hadîts karya Jalaluddin al-Suyuti dan latar belakang historis
timbulnya hadis-hadis Rasul karya Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al- Damsyiqi, penulis tidak menemukan adanya keterangan tentang Asbâb Al-Wurûd
dalam hadis tersebut. 3.
Syarah dan Komentar Ulama Hadis Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhârî, nyata sekali Anas
mengatakan bahwa Nabi membaca Bismillâhirrahmânirrahîm, dengan panjang :
18
Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Syarah Bulughul Maram terj. Aan Anwariyah dkk, jilid 2, h. 179
Bismillâh-nya panjang. Ar-Rahmân-nya panjang dan ar-Rahîm-nya panjang pula. Timbul pertanyaan sekarang, dari mana beliau tahu bahwa Rasulullah SAW.
membaca masing-masing kalimat itu dengan panjang madd, kalau tidak didengarnya sendiri?
19
Kalau kita kembali saja kepada Qaidah Ushul fiqih dan Ilmu hadis tentu kita dapat menyimpulkan :
“Yang menetapkan lebih didahulukan daripada yang meniadakan.” Artinya, riwayat Anas yang mengatakan Rasulullah SAW. baca
Bismillâh panjang, ar-Rahmân panjang dan ar-Rahîm panjang itulah yang didahulukan. Oleh sebab itu Bismillâhirrahmânirrahîm kita jahr-kan dan madd-
kan membacanya. Ini namanya menetapkan hukum ada jahr.
20
Tetapi al-Hafizh Ibnu Hajar sebagaimana yang disalinkan oleh asy-Syaukani di dalam Nailul Autâr te
lah mendapat jalan keluar dari kesulitan ini, katanya, “Hal ini bukanlah semata-mata karena mendahulukan hadis yang menetapkan hukum
jahr daripada yang menafsirkan sirr. Karena amat jauh dari penerimaan akal kita bahwa Anas yang mendampingi Abu Bakar, Umar dan Utsman dua puluh
lima tahun lamanya, tidak sekali juga akan mendengar mereka men-jahr agak sekali salatpun. Tetapi yang terang ialah bahwa Anas sendiri mengakui bahwa dia
tidak ingat lagi sudah lupa hukum itu. Karena sudah lama masanya tidak dia ingat lagi dengan pasti, apakah mereka Nabi SAW. dan ketiga sahabat itu
memulai dengan Alhamdulillâhirabbil’âlamîn
secara jahr atau dengan
19
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 125
20
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 125
Bismillâhirrahmânirrahîm. Demikian yang dikutip oleh Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA dalam kitab tafsirnya.
21
Keterangan Ibnu Hajar diperkuat lagi dengan asy-Syaukani dalam Nailul Autâr,
katanya : “Apa yang dikatakan al-Hafizh Ibnu Hajar dikuatkan oleh sebuah hadis yang menjelaskan bahwa memang Anas tidak ingat lagi soal itu. Yaitu hadis
yang dirawikan oleh ad- Daruquthni dari Abu Salamah, demikian bunyinya” :
22
“Aku telah tanyakan kepada Anas bin Malik, apakah ada Rasulullah SAW. membuka
salat dengan
Alhamdulill âhirabbil’âlamîn,
atau dengan
Bismillâhirrahmânirrahîm? beliau menjawab : Engkau telah menanyakan kepadaku suatu soal yang aku tidak ingat lagi, dan belum pernah orang lain menanyakan soal itu
kepadaku sebelum engkau. Lalu saya tanyakan pula. Apakah ada Rasulullah SAW. salat dengan memakai sepasang terompah?
Beliau menjawab : Memang ada” Mengenai hadis yang berbunyi :
اَهَمَتَخُ َََحُ َرَ ثموَكملاَكاَم يَطمعَأُاَنِإُ ِميِحَرلاُِنَمَْرلاَُِللاُ ِممسِبَُأَرَقَ ف
beliau lalu membaca,
surat al-Kautsar sampai selesai dalam Fath al-Wadud disebutkan, “Seakan
dengan hadis ini dia Abû Dâwud memberi isyarat bahwa basmalah itu bagian dari surat al-Fâtihah sehingga harus dibaca jahr. Ketika dijawab bahwa mungkin
saja beliau SAW. membaca basmalah sekedar meminta berkah ber-tabarruk bukan karena dia adalah bagian dari surat al-Fâtihah sehingga tidak harus dibaca
jahr. Tapi ini bisa dijawab, bahwa basmalah itu hanya untuk memisahkan antar surat, sehingga dia dibaca hanya di awal surat saja.”
23
Dalam Nail al-Autâr disebutkan ketika menerangkan hadis ini, “Hadis ini
merupakan salah satu dalil bagi yang menetapkan pembacaan basmalah, dan mereka sudah disebutkan. Salah satu yang juga menjadi dalil mereka adalah
21
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 125
22
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah HAMKA, Tafsir al-Azhar , jilid 1, h. 126
23
Abu ath-Thayyib, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abu Daud terj. Anshari Taslim, h. 457
penulisannya dalam mushaf tanpa membedakannya dari surat yang ada sebagaimana mereka membedakan nama surat dengan suratnya dengan tanda
merah. Tapi ini dijawab oleh yang mengatakan bahwa basmalah itu bukan bagian dari al-
Qur’an bahwa ditulis demikian hanya untuk memisahkan antar surat. Tapi ini bisa dijawab oleh yang menetapkan basmalah, bahwa kalau hanya untuk
memisahkan antar surat maka penulisannya tanpa tanda khusus adalah pengelabuan. Juga dia tetap akan ditulis antara al-Anf
āl dan al-Taubah al- bara’ah, juga tidak perlu ditulis di awal al-Fâtihah
24
. Selain itu, pemisahan bisa saja dilakukan dengan menulis judul surat seperti yang dilakukan antara al-Anfâl
dengan al- Bara’ah.”
25
Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abû Dâwud, yang berbunyi :
َُعُُناَيمفُسُاََ ثَدَحُاوُلاَقُِحمرَسلاُُنمباَوُييِزَومرَمملاٍُدَمَُُُُنمبُُدَمَْأَوٍُديِعَسُُنمبُُةَبميَ تُ قُاََ ثَدَح ُِديِعَسُمنَعُوٍرممَعُمن
َُبَعُِنمباُمنَعُِيِفُُةَبميَ تُ قُ َلاَقٍُمَْ بُجُِنمب َُلاَقُ ٍسا
ُِةَرويسلاَُلمصَفُُفِرمعَ يُ َََُمَلَسَوُِميَلَعَُُللاُىَلَصُيَِّلاَُناَك ُِميِحَرلاُِنَمَْرلاَُِللاُِممسِبُِميَلَعَُلَزَ َ تُ َََح
ُِحمرَسلاُِنمباُُظمفَلُاَذََو
26
“... Dari Ibnu Abbas dia berkata: “Nabi SAW. tidak mengetahui pemisah antar surat hingga diturunkan kepada beliau Bismillâhirrahmânirrahîm. dengan menyebut nama
Allâh yang maha pengasih lagi maha penyayang.” Lafadz ini dari Ibnu as-Sarh. HR.
Abû Dâwud
ُِةَرويسلاُ َلمصَفُ ُفِرمعَ يُ ََ
tidak mengetahui pemisah antar surat. Hadis ini
menjadi dalil bagi yang mengatakan bahwa basmalah adalah bagian dari al- Qur’an. Ini berarti hanya dengan dia turun bersama al-Qur’an maka dia adalah
bagian dari al- Qur’an itu sendiri. Demikian diungkapkan asy-Syaukani.
24
Karena tidak ada surat sebelum al-Fâtihah sehingga tidak perlu ditulis pemisah dengan surat lain di atasnya.
25
Abu Ath-Thayyib, Aunul Ma’bud; Syarah Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h.
457
26
Abû Dâwud, Sunan Abû Dâwud, jilid 2, hadis no.669, hal 441
Berdalil dengan hadis ini dan juga hadis lain yang senada untuk mengatakan bahwa membaca basmalah hendaknya dengan keras jahr dalam
salat tidaklah tepat. al-Hafizh Ibnu Sayyid an-Nas al- Ya’muri mengatakan,
“Karena sekelompok orang yang mengharuskan pembacaan basmalah secara keras tetap tidak meyakini bahwa basmalah itu bagian dari al-
Qur’an. Mereka malah mengatakan bahwa itu hanya sunah, sama halnya dengan
ta’awwudz dan pembacaan âmîn. Sebaliknya, kelompok yang mengatakan basmalah dibaca pelan
sirr malah meyakini bahwa basmalah bagian dari al- Qur’an.
27
Karenanya an- Nawawi berkata, “Masalah mengeraskan atau memelankan
bacaan basmalah tidak ada hubungannya dengan masalah apakah dia bagian dari al-
Qur’an atau bukan. Merupakan kesalahan pula berdalil dengan hadis-hadis meniadakan pembacaan basmalah secara keras bahwa itu berarti basmalah
bukan ayat dari al- Qur’an.
28
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Takhrij Hadits al-Hidayah, “Salah
satu dalil yang menetapkan pembacaan basmalah dengan suara keras adalah bahwa hadisnya diriwayatkan dari banyak jalur. Sedangkan yang meniadakannya
hanya datang dari riwayat Anas dan Mughaffal. Sedangkan yang lebih kuat tentulah yang lebih banyak.
29
Selain itu, hadis yang menyatakan pembacaan secara keras merupakan peng itsbat-an penetapan dan penetapan biasanya lebih diunggulkan daripada
27
Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim Jakarta: Pustaka Azzam, 2009 cet. Ke-1, jilid 3, h. 471
28
Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 471
29
Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 471
peniadaan. Lagi pula yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. tidak mengeraskan bacaan basmalah juga meriwayatkan bahwa beliau mengeraskan
bacaan basmalah. Bahkan ada riwayat dari Anas yang mengingkari hal itu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dan ad-Dara
quthni dari jalur Sa’id bin Yazid Abu Maslamah, dia berkata, “Aku bertanya kepada Anas, Apakah
Rasulullah SAW.
Membaca Bismillâhirrahmânirrahîm,
ataukah Alhamdulill
âhirabbil’âlamîn?” Dia menjawab, “Kamu bertanya padaku tentang hal yang aku tidak ingat betul dan juga tak ada yang bertanya itu kepadaku selain
kamu.”
30
Tapi dalil pertama bisa dijawab, bahwa pengunggulan jalur yang lebih banyak itu bisa dilakukan kalau sanadnya sama-sama sahîh. Dalam hal ini, tidak
ada satupun khabar hadis marfu’ yang sahîh bahwa Rasulullah SAW. pernah
membaca basmalah dengan suara keras, sebagaimana diungkapkan oleh ad- Daraquthni. Yang sahîh hanya perbuatan sebagian sahabat.
31
Sedangkan untuk yang kedua, meskipun dalil tidak membaca basmalah dengan suara keras itu bentuknya nafi peniadaan, tapi maknanya adalah itsbat
penetapan. Dalil lain yang biasa dikatakan bahwa ada kemungkinan sahabat yang meniadakan pembacaan basmalah dengan suara keras ini tidak
mendengarnya dari Rasulullah SAW. karena jarak mereka jauh. Ini kemungkinannya jauh sekali, sebab demikian lamanya mereka mendampingi
beliau SAW.
30
Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 472
31
Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 472
Jawaban untuk yang ketiga dalil Anas yang menyatakan lupa maka yang mendengar darinya pada saat dia masih hafal tentu harus lebih didahulukan
daripada yang mendengarnya di saat lupa. Anas sendiri pernah ditanya tentang sesuatu lalu dia berkata ke
pada penanya, “Tanyakan kepada al-Hasan, karena dia masih ingat sedang aku sudah lupa.”
Al- Hazimi mengatakan, “Hadis-hadis tentang membaca basmalah dengan
suara pelan tidak bisa ditakwil lain, juga tidak bisa dilawan oleh dalil lain karena hadis tersebut sahîh. Sedangkan hadis yang menyatakan beliau membaca dengan
suara keras tidak sama dalam ke- sahîh -annya. Kalaupun ada yang sahîh tentang penyaringan suara saat membaca basmalah adalah hadis Anas, itupun redaksinya
berbeda-beda. Dan, riwayat yang paling sahîh dari Anas adalah bahwa mereka Rasulullah SAW., Abu Bakar, Umar dan Utsman memulai bacaan dengan
Alhamdulill âhirabbil’âlamîn. Seperti inilah riwayat kebanyakan murid-murid
Syu’bah darinya, dari Qatadah dari Anas. Seperti ini pula redaksi kebanyakan murid-murid Qatadah dari Qatadah. Redaksi ini pula yang disepakati oleh
Syaikhani al-Bukhârî dan Muslim.
32
Ada pula versi redaksi lain dengan lafazh, “Aku belum pernah mendengar seorang pun dari mereka yang mengeraskan bacaan basmalah. Perawi redaksi ini
lebih sedikit dibanding riwayat pertama, serta hanya diriwayatkan oleh Muslim seorang diri.
Ada lagi riwayat dari Hammam dan Jarir bin Hazim dari Qatadah, “Anas ditanya bagaimana bacaan Nabi SAW.? Dia menjawab, beliau membaca
32
Abu Ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 473
basmalah dengan panjang dan ar-Rahmânir Rahîm juga dengan panjang.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhârî. Ada pula riwayat darinya dari hadis Abu Maslamah sama seperti hadis
yang sudah disebutkan. Konon dia ditanya tentang bagaimana Nabi SAW. membuka bacaan. Kemudian Abu al-
Hazimi berkata, “Ini adalah perbedaan pendapat yang dibolehkan, tidak ada nasikh dan mansukh di sini.
33
Ibnu al-Qayyim menyatakan dalam kitab al-Hady Zad al- Ma’ad bahwa
Nabi SAW. terkadang mengeraskan bacaan basmalah terkadang pula memelankannya, dan itulah yang lebih sering. Tidak mungkin beliau SAW. selalu
mengucapkannya dengan suara keras setiap kali salat baik siang maupun malam, baik ketika dalam perjalanan maupun di rumah dan tidak ada satu pun para
khalifahnya yang mendengar itu. Hadis yang sahîh dalam masalah ini tidak tegas mengatakan demikian, sementara yang tegas tidak sahîh
.”
34
4. Analisa Hadis
Hadis-hadis di atas adalah hadis-hadis yang dijadikan dalil oleh orang yang berpendapat bahwa
Bismillâhirrahmânirrahîm dibaca jahr nyaring. secara tegas mereka mengharuskan pelafalan basmalah dalam salat, karena menurut
mereka basmalah termasuk ayat dalam surat al-Fâtihah. Salah satu dalil yang dijadikan hujjah mereka adalah hadis yang diriwayatkan oleh al-
Nasâ’î dari Nu’aim al-Mujmir yang sudah disebutkan di atas.
33
Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 473
34
Abu ath-Thayyib Muhammad Syamsul Haq al- ‘Azhim Abadi, Aunul Ma’bud; Syarah
Sunan Abû Dâwud terj. Anshari Taslim, h. 473
Al- Nasâ’î menetapkan bab dalam kitabnya dengan lafal “Bab
mengeraskan bacaan Bismillâhirrahmânirrahîm
” dan hadis tersebut termasuk yang paling sa
ẖîẖ tentang masalah itu .
35
Sehingga menguatkan hukum asal yaitu hukum kalimat bismillâh itu sama dengan hukum bacaan al-Fâtihah dalam hal
membaca keras atau pelan. Apalagi hadis ini adalah ucapan dari Abu Hurairah yang mengatakan:
“Sungguh sayalah di antara kamu yang paling sama salatnya dengan s
alat Rasulullah”.
Tetapi setelah diselidiki lebih mendalam oleh para ulama, tiap-tiap hadis yang jadi pegangan buat men-jahr itu ada saja yang di-naqd kritik terhadap
perawinya, sehingga yang betul-betul bersih dari kritik tidak ada. Sampai Imam al-Tirmîdzî
mengatakan, “Isnadnya tidaklah sampai demikian tinggi nilainya.” Begitupun dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau pernah ditanya mengenai
hadis yang diriwayatkan al- Nasâ’î di atas, beliau mengatakan, “Ahli hadis telah
sepakat bahwa tidak ada hadis sa ẖîẖ yang memastikan dikeraskannya bacaan
basmalah dengan al-Fâtihah, sedangkan yang jelas-jelas menyatakan demikian terdapat dalam hadis-hadis palsu hadis yang dibuat-
buat.” Sedangkan hadis riwayat al-Bukhârî yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW. menghitung
Bismillâhirrahmânirrahîm sebagai salah satu ayat dari al-Fatihah, menurut sebagian ahli hadis, riwayat ini tidak dijelaskan sanadnya sehingga diragukan
keabsahannya sebagai hadis yang disandarkan dari Imam al-Bukhârî. Mengenai perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di atas, penulis kurang
sependapat dengan perkataan beliau, karena ada beberapa hadis yang Sahîh
35
Ash- Shan’anī, Terjemahan Subulus Salam terj. Abu Bakar Muhammad Surabaya: Al-
Ikhlas jilid 1, h.531
tentang mengeraskan basmalah. Sebagaimana yang telah penulis telusuri di al- Kutub al-Sittah mengenai hadis-hadis tentang mengeraskan basmalah, penulis
menemukan 8 hadis salah satu di antaranya ada di kitab Sahîh al-Bukhârî. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa para ulama dan kaum muslimin telah
sepakat atas ke- Sahîh-an kitab Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim. Bahkan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sendiri beliau mengatakan sebagaimana yang
dikutip oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam kitab al- Lu’lu’ wa al-Marjân
“Di kolong langit ini tidak ada kitab yang lebih Sahîh setelah kitab suci al-Qur’an selain kitab Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim, serta kitab-kitab yang dihimpun
dari keduanya.
36