Penafsiran Huruf al-Jâr
Lafal
سب م
dengan menyebut nama,
Imam ath-Thabari
berkata: “Sesungguhnya Allâh telah mengajarkan kepada Nabi-Nya SAW. agar
mendahulukan nama-Nya yang mulia atas sekalian perbuatan-Nya, dan menjadikan apa yang telah diajarkan kepada Nabi-Nya tersebut sebagai sunnah
yang patut diikuti oleh semua makhluk-Nya dalam memulai setiap pembicaraan, penulisan surat, buku dan aktifitas mereka; sehingga makna yang zhahir dari
indikasi
َ مسب
mencukupi makna yang tersembunyi dari maksud pengucapnya. Hal itu karena huruf
ba‟ pada kata
َ مسب
menghendaki adanya suatu pekerjaan, dan tidak ada pekerjaan yang tampak padanya, sehingga sekedar mendengar kata
َ مسب
diucapkan, maka orang yang mendengarnya telah memahami maksud pengucapnya. Hal ini seperti orang yang ditanya, “Apakah yang kau makan hari
ini?” Ia menjawab, “Makanan.” Tanpa harus menjawab, “Aku makan makanan.”
30
Dengan demikian jika ada seseorang yang mengucapkan lafazh
َ مسب ميح لا نمح لا
kemudian ia memulai sebuah surat , maka artinya secara logis: “Aku
membaca dengan menyebut nama Allâh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Demikian juga jika ada orang yang mengucapkan lafazh
َ مسب
ketika hendak berdiri atau duduk atau apa saja, maka maksudnya, “Aku hendak
berdiri dengan menyebut nama Allâh, aku hendak duduk dengan menyebut nama Allâh.
31
30
Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja’far Ath-Thabari, Jâmi‟ul
Bayân fî Tafsîril Qur‟ân, Bayrut: Dâr al-Kutbi al-Ilmiyah, 1426 H2005 M jilid 1, h. 201
31
Imam at-Tabari, Jâmi‟ul Bayân fî Tafsîril Qur‟ân, jilid 1, h. 201
Penulisan kata Bismi dalam basmalah tidak menggunakan huruf alif berbeda dengan kata yang sama pada awal surat al-
„Alaq atau Iqra‟, yang tertulis dengan tata cara penulisan baku yakni menggunakan huruf alif persoalan ini
menjadi bahasan para pakar dan ulama. Al-Qurtubi w. 671 H berpendapat sebagaimana dikutip oleh M. quraish Shihab, bahwa penulisan tanpa huruf alif
pada basmalah adalah karena pertimbangan praktis semata-mata. Kalimat ini sering ditulis dan diucapkan, sehingga untuk mempersingkat tulisan ia ditulis
tanpa alif.
32
Az-Zarkasyi menambahkan dalam kitab al-Burhân, bahwa tata cara penulisan
al- Qur’an mengandung rahasia-rahasia tertentu. Dalam hal
menanggalkan huruf alif pada tulisan satu kata dalam al- Qur’an mengisyaratkan
bahwa ada sesuatu dalam rangkaian katanya yang tidak terjangkau oleh panca indera. Rasyad Khalifah w. 1990 M menambahkan bahwa ditanggalkannya
huruf alif pada basmalah, adalah agar jumlah huruf-huruf ayat ini menjadi sembilan belas huruf, tidak dua puluh. Karena angka 19 mempunyai rahasia yang
berkaitan dengan al- Qur’an. Demikian yang dikutip oleh M. Quraish Shihab
dalam Tafsir al-Misbah.
33
Menurut penafsiran M. Quraish Shihab bahwa Ba‟ atau bi pada basmalah
tanpa huruf alif, yang diterjemahkan dengan kata dengan mengandung satu kata atau kalimat yang tidak terucap tetapi terlintas di dalam benak ketika
mengucapkan basmalah, yaitu kata „memulai‟, sehingga bismillâh berarti “Saya
atau kami memulai apa yang kami kerjakan ini, yaitu membaca al- Qur‟an”.
32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 1, h. 15
33
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 1, h. 16
Dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap, bahwa ia memulai pekerjaan atas nama Allâh.
Berbeda dengan pendapat Ibn ‘Arabi, bahwa ketika ia menanyakannya kepada Nabi Muhammad melalui mimpi, tentang keberadaan alif setelah
ba‟, Nabi Muhammad menjawab, bahwa huruf alif-nya dicuri setan.
34