C. Pembagian Harta Pailit
Apabila hakim pengawas berpendapat terdapat cukup uang tunai, kurator diperintahkan untuk melakukan pembagian kepada kreditur yang piutangnya telah
dicocokkan Pasal 188 UUK dan PKPU. Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan
persetujuan kepada hakim pengawas. Daftar pembagian memuat rincian penerimaan dan pengeluaran termasuk didalamnya upah kurator, nama kreditur,
jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang, dan bagian yang wajib diterimakan kepada kreditur. Kreditur konkuren harus diberikan bagian yang ditentukan oleh
hakim pengawas. Pembayaran kepada kreditur:
60
Ketentuan Pasal 189 UUK dan PKPU ini secara tegas mengatur tentang pembagian harta pailit, terutama terhadap keistimewaan kreditur pemegang hak
1. Yang mempunyai hak yang diistimewakan, termasuk didalamnya yang hak istimewanya dibantah;dan
2. Pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya, sejauh mereka tidak dapat dibayar
menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 UUK dan PKPU, dapat dilakukan dari hasil penjualan benda terhadap mana mereka
mempunyai hak istimewa atau yang diagunkan kepada mereka. Apabila hasil penjualan benda jaminan tidak mencukupi untuk membayar
seluruh piutang kreditur yang didahulukan maka untuk kekurangannya mereka berkedudukan sebagai kreditur konkuren Pasal 189 UUK dan PKPU.
60
Sunarmi, Op.Cit, hlm. 179.
jaminan yang berbeda dengan kreditur konkuren. Bahkan, bila nilai benda jaminan yang telah dijual, hasilnya tidak cukup untuk membayar utang, maka
kreditur yang dijamin ini akan memperoleh hak sebagai kreditur konkuren. Khusus untuk kreditur yang piutangnya diterima dengan bersyarat, maka
besarnya jumlah bagian kreditur tersebut dalam daftar pembagian dihitung berdasarkan presentase dari seluruh jumlah piutang Pasal 190 UUK dan PKPU.
Semua biaya kepailitan dibebankan kepada setiap benda yang merupakan bagian harta pailit, kecuali benda tersebut telah dijual sendiri oleh kreditur
pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya Pasal 191 UUK dan PKPU.
Pasal 21 ayat 3 UU KUP menyatakan bahwa, hak mendahului untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:
1. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak danatau barang tidak bergerak;
2. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; danatau
3. Biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.
Berdasarkan ketentuan di atas maka kedudukan utang pajak merupakan sesuatu yang istimewa, yang mana sesuatu tersebut merupakan hak yang hanya
dimiliki oleh Negara. Dengan hak tersebut negara mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik wajib pajakpenanggung pajak.
61
Selanjutnya di dalam Pasal 21 Ayat 1 UU KUP disebutkan mengenai posisi negara terkait utang pajak, yaitu “Menetapkan kedudukan negara sebagai
kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik penanggung pajak yang akan dilelang di muka umum. Pembayaran kepada
kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.
62
61
Irwan Ariwibowo, “Kreditur Preferen Dalam Pajak, Apakah Sama Dalam Versi Kepailitan?”, dalam
Posisi tersebut juga dipertegas didalam Pasal 21 Ayat 3a UU KUP, yakni: Dalam hal wajib pajak
dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta
wajib pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebut untuk membayar utang
pajak wajib pajak tersebut. Termasuk dalam hal ini penjelasan yang ada di dalam Pasal 19 ayat 6 UU PPSP yang menyatakan sebagai berikut: Menetapkan
kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik penanggung pajak yang akan dijual kecuali
terhadap biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak bergerak, biaya yang
telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud, atau biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.
http:www.bppk.depkeu.go.idpublikasiartikel167-artikel-pajak19557- kreditur-preferen-dalam-pajak,-apakah-sama-dalam-versi-kepailitan. Diunduh pada tanggal 12
Desember 2014.
62
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Hasil penjualan barang-barang milik penanggung pajak terlebih dahulu untuk membayar biaya-biaya tersebut di atas dan sisanya dipergunakan untuk melunasi
utang pajak.
63
Menurut Jerry Hoft, tujuan kepailitan adalah untuk membayar hak para kreditur yang seharusnya mereka peroleh sesuai dengan tingkat urutan tuntutan
mereka.
D. Tanggung Jawab Kurator