hapus dan jika diperlukan hakim pengawas harus memerintahkan pencoretannya.
57
Debitur pailit dikatakan sebagai wajib pajak juga dipertegas dalam Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 3 UU KUP, yang menyatakan wajib pajak adalah
orang pribadi atau badan, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Badan yang
dimaksud dalam hal ini adalah sekumpulan orang danatau modal yang
B. Pengurusan Harta Pailit
1 Debitur pailit sebagai wajib pajak Debitur dikatakan sebagai wajib pajak dikarenakan Pasal 1 angka 3 UUK
dan PKPU menyatakan bahwa, debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau UU yang pelunasannya dapat ditagih dimuka pengadilan.
Pasal 1 angka 4 UUK dan PKPU menyatakan, debitur pailit adalah debitur yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan. Berdasarkan pengertian pada
pasal 1 angka 3 dan angka 4 UUK dan PKPU tersebut dapat kita ketahui bahwa debitur pailit adalah orang yang mempunyai utang, yang didalam pasal 1 angka 6
dikatakan bahwa utang adalah kewajiban yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau UU dan yang wajib dipenuhi oleh
debitur, yang berarti termasuk didalamnya utang pajak. Utang pajak sendiri merupakan utang yang wajib dipenuhi oleh debitur, karena pajak merupakan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU Pasal 1 angka 1 UU KUP.
57
Pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, dan sebagainya.
Wajib pajak yang dalam hal ini adalah debitur pailit, dalam menjalankan hak dan kewajibannya akan diwakili oleh kurator Pasal 32 ayat 1b UU KUP,
yang termasuk pengurusan harta pailit debitur pailit tersebut.
2 Pengurusan harta pailit Sejak kepailitan diputuskan, debitur tidak berhak lagi melakukan
pengurusan atas harta kekayaannya, dan satu-satunya yang berhak melakukan hal tersebut adalah kurator. Hal tersebut dimaksudkan untuk melindungi kepentingan
kreditur maupun debitur pailit. Dalam menjalankan tugasnya, Kurator diangkat oleh pengadilan yang
ditentukan dalam putusan pernyataan pailit. Apabila debitur atau kreditur tidak mengajukan usul pengangkatan kurator, maka BHP akan bertindak sebagai
kurator. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 15 UUK dan PKPU yang menyatakan bahwa:
1. Dalam putusan pernyataan pailit, harus diangkat kurator dan seorang hakim pengawas yang ditunjuk oleh hakim pengadilan;
2. Dalam hal debitur, kreditur, atau pihak yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan
kurator kepada pengadilan, maka BHP diangkat selaku kurator;
3. Kurator yang diangkat harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan debitur atau kreditur, dan tidak sedang menangani
perkara kepailitan dan PKPU, lebih dari 3 tiga perkara. 4. Dalam jangka waktu paling lambat 5 lima hari setelah tanggal
putusan pernyataan pailit diterima oleh kurator dan hakim pengawas, kurator mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan
paling sedikit 2 dua surat kabar harian yang ditetapkan oleh hakim pengawas, mengenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat
hal-hal sebagai berikut: a. Nama, alamat, dan pekerjaan debitur;
b. Nama hakim pengawas; c. Nama, alamat, dan pekerjaan kurator;
d. Nama, alamat, dan pekerjaan anggota panitia kreditur sementara apabila telah ditunjuk;
e. Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama. Tindakan pengurusan yang dilakukan kurator dalam suatu kepailitan
dapat diperinci atas:
58
a. Mengumumkan ikhwal kepailitan.
Dalam jangka waktu paling lambat 5 lima hari setelah tanggal putusan pernyataan pailit diterima oleh kurator dan hakim pengawas,
kurator mengumumkan dalam Berita Negara Repunlik Indonesia dan paling sedikit 2 dua surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim
58
Sunarmi, Op.Cit, hlm. 135-139.
Pengawas, megenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat hal- hal sebagai berikut:
1 Nama, alamat, dan pekerjaan debitur; 2 Nama hakim pengawas;
3 Nama, alamat, dan pekerjaan kurator; 4 Nama, alamat, dan pekerjaan anggota panitia kreditur sementara
apabila telah ditunjuk;dan 5 Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditur.
b. Melakukan penyegelan harta pailit. Kurator dapat meminta penyegelan harta pailit kepada pengadilan,
berdasarkan alasan untuk mengamankan harta pailit, melalui hakim pengawas. Penyegelan dilakukan oleh jurusita di tempat harta tersebut
berada dengan dihadiri oleh 2 dua saksi yang salah satu diantaranya adalah wakil dari pemerintah daerah setempat Pasal 99 UUK dan
PKPU. Yang dimaksud dengan “wakil dari pemerintah daerah setempat” adalah lurah atau kepala desa, atau yang disebut dengan nama lain
Penejelasan Pasal 99 ayat 2 UUK dan PKPU. c. Pencatatanpendaftaran harta pailit.
Kurator harus mebuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 dua hari setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator.
Pencatatan dapat dilakukan di bawah tangan oleh kurator dengan persetujuan hakim pengawas. Anggota panitia kreditur sementara berhak
menghadiri pembuatan pencatatan tersebut Pasal 100 UUK dan PKPU.
Mengingat bahwa debitur lebih mengetahui tentang seluruh harta kekayaannya, maka dalam prakteknya kehadiran debitur akan sangat
membantu pelaksanaan pendaftaran harta kekayan ini. Untuk itu kurator perlu memanggil debitur pailit untuk memberikan keterangan-keterangan
dan melibatkannya memberikan petunjuk dalam pendaftaran harta tersebut. Bahwa informasi pertama yang akan diperoleh tentang harta
kekayaan debitur adalah dari putusanpenetapan Pengadilan Niaga, karena dalam pertimbangan hukumnya Pengadilan Niaga akan
menyebutkan, baik harta kekayaan maupun utang debitur dan siapa-siapa yang menjadi krediturnya. Selain itu, informasi tentang harta kekayaan
debitur dapat juga diketahui dari kantor Badan Pertahanan Nasional, kantor-kantor bank, baik bank pemerintah maupun bank swasta untuk
mengetahui adanya simpanan debitur. Setelah pencatatan harta pailit, kurator harus membuat daftar yang
menyatakan sifat, jumlah piutang dan utang harta pailit, nama dan tempat tinggal kreditur beserta jumlah piutang masing-masing kreditur.
Pencatatan dan pendaftaran tersebut diletakkan di kepaniteraan pengadilan untuk dilihat oleh setiap orang dengan cuma-cuma Pasal 102
dan Pasal 103 UUK dan PKPU. d. Melanjutkan usaha debitur.
Melanjutkan usaha debitur pailit atas persetujuan panitia kreditur sementara walaupun ada kasasi atau peninjauan kembali. Bila tidak ada
panitia kreditur sementara maka diperlukan izin dari hakim pengawas Pasal 104 UUK dan PKPU.
e. Membuka surat-surat dan telegram debitur pailit. Kurator berwenang untuk membuka surat dan telegram yang
dialamatkan kepada debitur pailit. Surat dan telegram yang tidak berkaitan dengan harta pailit, harus segera diserahkan kepada debitur
pailit. Perusahaan pengirim surat dan telegram memberikan kepada kurator, surat dan telegram yang dialamatkan kepada debitur pailit.
Semua surat pengaduan dan keberatan yang berkaitan dengan harta pailit ditujukan kepada kurator Pasal 105 UUK dan PKPU.
Berdasarkan Pasal 24 dan Pasal 69 UUK dan PKPU, sejak putusan pailit diucapkan semua wewenang debitur untuk menguasai dan
mengurus harta pailit termasuk memperoleh keterangan mengenai pembukuan, catatan, rekening bank, dan simpanan debitur dari bank yang
bersangkutan beralih kepada kurator Penjelasan Pasal 105 UUK dan PKPU.
f. Mengalihkan harta pailit. Pengalihan harta pailit dapat dilakukan sepanjang itu diperlukan
untuk menutup biaya kepailitan atau apabila penahanannya akan mengakibatkan kerugian kepada harta pailit meskipun ada kasasi dan
peninjauan kembali. g. Melakukan penyimpanan.
Uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya wajib disimpan oleh kurator kecuali ditentukan lain oleh hakim pengawas. Uang tunai
wajib disimpan di bank Pasal 108 UUK dan PKPU. Yang dimaksud dengan “disimpan oleh kurator sendiri” adalah dalam pengertian tidak
mengurangi kemungkinan efek atau surat berharga tersebut dismpan oleh kustodian, tetapi tanggungjawab tetap atas nama debitur pailit. isalnya,
deposito atas nama kurator, qq debitur pailit Penjelasan Pasal 108 UUK dan PKPU.
h. Mengadakan perdamaian guna mengakhiri suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara Pasal 109 UUK dan
PKPU. Yang dimaksud dengan “perdamaian” dalam Pasal ini adalah perkara yang sedang berjalan di pengadilan.
i. Melakukan pemanggilan kepada kreditur. Pemanggilan terhadap kreditur ini diperlukan untuk memasukkan
bukti-bukti tagihan kepada kurator. Dalam hal ini hakim pengawas akan menentukan batas ajhir pengajuan tagihan, batas akhir verifikasi pajak,
hari, tanggal, waktu, dan temapat rapat kreditur untuk mengadakan pencocokan piutang. Pemanggilan tersebut dapat dilakukan dengan surat
kabar umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 4 UUK dan PKPU. Tenggang waktu batas akhir pengajuan rapat pencocokan piutang
harus ada selisihnya paling sedikit 14 empat belas hari Pasal 113 dan Pasal 114 UUK dan PKPU.
j. Mendaftarkan tagihan para kreditur.
Setelah para kreditur memasukkan tagihan-tagihannya, maka kurator akan mencocokkan dengan catatan yang telah dibuat sebelumnya
dan keterangan debitur pailit, dan kemudian berunding dengan kreditur jika terdapat keberatan terhadap penagihan yang diterima. Tagihan-
tagihan yang disetujui dimasukkan dalam sebuah daftar yang disebut dengan “Daftar piutang yang sementara diakui”, sedangkan untuk tagihan
yang dibantah oleh kurator akan dimasukkan kedalam daftr tersendiri disertai dengan alasan-alasannya. dalam daftar tagihan tersebut
dibubuhkan pula catatan apakah termasuk piutang yang diistimewakan atau dijamin dengan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan
atas kebendaan lainnya atau hak untuk menahan benda bagi tagihan yang bersangkutan dapat dilaksanakan.
Daftar tagihan oleh kurator diletakkan dipapan pengumuman selama 7 tujuh hari untuk dapat dilihat oleh yang berkepentingan atau
siapapun yang menghendakinya, Peletakan daftar-daftar tagihan tersebut diberitahukan oleh kurator kepada semua kreditur yang dikenal dan juga
untuk menghadiri rapat pencocokan piutang serta pemberitahuan jika debitur ada memasukkan rencana perdamaian kepada kurator Pasal 116,
Pasal 117, Pasal 118, dan Pasal 119 UUK dan PKPU. k. Menghadiri rapat pencocokan piutang
Tugas kurator selanjutnya adalah menghadiri rapat pencocokan piutang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh hakim
pengawas. Hakim pengawas hadir dalam rapat tersebut dan bertindak
selaku pemimpin rapat yang dihadiri oleh kurator, para kreditur, dan oleh debitur. Kehadiran debitur dalam rapat pencocokam piutang sangat
penting, karena debitur dapat memberikan keterangan yang diminta oleh hakim pengawas mengenai sebab musabab kepailitan dan keadaaan harta
pailit. Debitur lebih mengetahui dan dapat memberikan keterangan- keterangan tentang kebenaran dari piutang-piutang kreditur kepadanya,
siapa-siapa yang menjadi kreditur dalam kepilitan dan besarnya tagihan dari masing-masing kreditur. Hakim pengawas membacakan “daftar
piutang yang diakui sementara”, dan “daftar tagihan yang dibantah”, sedangkan kurator akan memberikan keterangan-keterangan tentang
status dari para kreditur, apakah sebagai kreditur separatis, kreditur preferens, ataupun kreditur konkuren. Daftar terakhir dari tagihan-tagihan
ini selanjutnya harus disetujui dan disahkan oleh hakim pengawas yang dilakukan dalam rapat pencocokan tagihan tersebut diatas.
l. Memberitahukan hasil rapat pencocokan piutang kepada kreditur. Setelah berakhirnya pencocokan piutang, kurator wajib
memberikan laporan mengenai keadaan harta pailit, dan selanjutnya kepada kreditur, wajib diberikan semua keterangan yang diminta oleh
mereka. Laporan mengenai harta pailit beserta berita acara pencocokan piutang wajib disediakan di kepaniteraan dan kantor kurator agar dapat
diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 3 Pemberesan harta pailit
Pasal 16 ayat 1 UUK dan PKPU menyatakan bahwa kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan atas harta pailit sejak
tanggal putusan pailit sejak tanggal putusan pailit diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Kata “pemberesan”
dalam pasal tersebut berarti penguangan aktiva untuk membayar atau melunasi utang sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 16 ayat 1 UUK dan
PKPU. Tahap-tahap dalam pemberesan tersebut dapat diperinci atas:
59
59
Ibid, hlm. 140.
a Mengusulkan dan melaksanakan penjualan harta pailit. Dengan tetap memperhatikan ketentuan pasal 15 ayat 1 UUK dan
PKPU, kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan debitur, apabila:
i. Usul untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau usul tersebut telah
diajukan tetapi ditolak; atau ii. Pengurusan terhadap perusahaan debitur dihentikan Pasal 184
UUK dan PKPU. Dalam rangka membiayai tindakan-tindakan pengurusan dan
pemberesan termasuk jasa kurator diperlukan dana, dan dana tersebut diperoleh dari hasil penjualan harta kekayaan pailit, baik barang-barang
bergerak maupun barang-barang tidak bergerak.
Semua benda harus dijual dimuka umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Bila penjualan
dimuka umum tidak tercapai, maka dapat dilakukan penjualan dibawah tangan dengan izin hakim pengawas Pasal 185 UUK dan PKPU. Untuk
semua benda yang tidak segera atau sama sekali tidak dapat dibereskan, maka kurator yang memutuskan tindakan yang harus dilakukan terhadap
benda tersebut dengan izin pengawas. Dalam melaksanakan penjualan harta pailit ini, kurator harus
terlebih dahulu meminta izin dari hakim pengawas. Izin dari hakim pengawas ini dituangkan dalam suatu penetapan. Izin penetapan ini
diperoleh setelah kurator terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk melakukan penjualan harta pailit dan dapat dilakukan secara lelang
didepan umum maupun secara dibawah tangan. Sebelum berlakunya UUK dan PKPU dan UUK Lama, ketika BHP
merupakan satu-satunya kurator dalam kepailitan, BHP akan melaksanakan penjualan harta pailit dengan cara dibawah tangan,
alasannya adalah penjualan secara lelang akan menyita banyak waktu dan memerlukan dana yang akan dibebankan kepada harta pailit.
Kurator berkewajiban membayar piutang kreditur yang mempunyai hak untuk menahan suatu benda, sehingga benda itu masuk kembali dan
menguntungkan harta pailit. b Membuat daftar pembagian
Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan persetujuan kepada hakim pengawas. Daftar pembagian memuat rincian
penerimaan dan pengeluaran termasuk di dalamnya upah kurator, nama kreditur, jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang dan bagian yang
wajib diterima diberikan kepada kreditur. Daftar pembagian yang telah disetujui oleh hakim pengawas wajib disediakan di kepaniteraan
pengadilan agar dapat dilihat oleh kreditur selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh hakim pengawas pada waktu daftar tersebut disetujui dan
diumumkan oleh kurator dalam surat kabar. Daftar pembagian ini dapat dilawan oleh kreditur dengan
mengajukan surat keberatan disertai alasan kepada panitera pengadilan dengan menerima tanda bukti penerimaan. Hakim pengawas akan
menetapkan hari untuk memeriksa perlawanan di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum. Dalam sidang tersebut, hakim pengawas memberi
laporan tertulis, sedang kurator dan setiap kreditur atau kuasanya dapat mendukung atau membantah daftar pembagian tersebut dengan
mengemukakan alasannya dan pengadilan paling lambat dalam jangka waktu 7 tujuh hari wajib memberikan putusan yang disertai dengan
pertimbangan hukum yang cukup. Terhadap putusan pengadilan ini dapat diajukan permohonan kasasi.
Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat daftar pembagian atau setelah putusan akibat diajukan perlawanan diucapkan,
kurator wajib segera membayar pembagian yang telah ditetapkan. Setelah
kurator selesai melaksanakan pembayaran kepada masing- masing kreditur berdasarkan daftar pembagian, maka berakhirlah kepailitan.
Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan surat kabar Pasal 201 dan Pasal
202 UUK dan PKPU. c Membuat daftar perhitungan dan pertanggungjawaban pengurusan dan
pemberesan kepailitan kepada hakim pengawas Kurator wajib memberikan pertanggungjawaban mengenai
pengurusan dan pemberesan yang telah dilakukannya kepada hakim pengawas paling lama 30 tiga puluh hari setelah berakhirnya kepailitan.
Semua buku dan dokumen mengenai harta pailit wajib diserahkan kepada debitur dengan tanda bukti penerimaannya Pasal 202 ayat 3 dan ayat
4 UUK dan PKPU. Bila sesudah diadakan pembagian penutup, ada pembagian yang
tadinya dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit atau apabila ternyata masih terdapat bagian harta pailit yang sewaktu diadakan
pemberesan tidak diketahui, maka atas peritah pengadilan, kurator membereskan dan membaginya berdasarkan pembagian yang dahulu
Pasal 203 UUK dan PKPU. Pemberesan dan pembagian harta pailit tersebut menjadi tanggung jawab kurator.
Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan atau pemberesan yang
menyebabkan kerugian terhadap harta pailit Pasal 72 UUK dan PKPU.
C. Pembagian Harta Pailit