Pembangunan Kota Berkelanjutan Sustainable Urban Development

37 adanya keterbatasan planet bumi yang dapat disimpulkan menjadi 4 asumsi dasar yaitu: a terbatasnya cadangan sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui non renewable resources, b terbatasnya kemampuan lingkungan untuk dapat menyerap polusi, c terbatasnya lahan yang dapat ditangani, dan d terbatasnya produksi per satuan luas lahan atau batasan fisik terhadap pertumbuhan penduduk dan kapital. Dari berbagai definisi tersebut di atas secara umum dapat diartikan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan suatu pendekatan pembangunan yang tidak bertentangan antara tujuan dan sasaran dalam kebijakan pembangunan ekonomi dan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup, dengan manusia sebagai tema sentralnya.

2.4.1 Pembangunan Kota Berkelanjutan Sustainable Urban Development

Sebuah paradigma yang menjadi fokus pembangunan kota berkelanjutan adalah keberkelanjutan kota itu sendiri sustainable city. Konteks keberlanjutan tersebut tidak hanya terbatas pada wilayah administrasi kota melainkan lebih luas lagi cakupannya meliputi seluruh fungsi wilayah perkotaan urban sustainability. Ketika akan mewujudkan kota berkelanjutan disadari bahwa daya dukung lingkungan yang terbatas menyebabkan ekspansi kota sulit dilakukan, yang pada akhirnya tidak membuat wilayah perkotaan menjadi berkelanjutan. Menciptakan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan sangat krusial karena aktifitas perkotaan berkontribusi terhadap permasalahan lingkungan dan memegang peranan penting dalam kebaikan kesejahteraan manusia dengan memfasilitasi pembangunan sosial, cultural dan ekonomi Sujarto, 2005. Lebih lanjut Sujarto 2005 menyatakan bahwa suatu kota berkelanjutan adalah: 1. Mencakup aspek kultural, sosial dan ekonomi dari seluruh lingkungan perkotaan-pedesaan, 2. Memberikan manfaat bagi pelaku individual dalam masyarakat, 3. Kriteria tersebut harus didefinisikan dalam kaitannya dengan kondisi lokal dan dibangun dengan partisipasi masyarakat, 4. Konservasi sumber daya, menjaga keragaman hayati dan ekosistem, 5. Mendukung kapasitas manusia untuk meningkatkan kondisinya, 6. Menyediakan akses yang sama terhadap pelayanan untuk semua warga, 7. Memprioritaskan opsi dan mensinergikan sosial, ekonomi dan lingkungan, 8. Mendukung proses pembuatan keputusan yang demokratis, dan 9. Menghormati ilmu pengetahuan dan kreatifitas penduduk lokal. 38 Menurut Sarosa 2002 bahwa kota berkelanjutan memiliki beberapa karakteristik antara lain : a tata guna lahan yang terintegrasi dengan rencana transportasi; b pola tata guna lahan; c tata guna lahan yang membantu melindungi sember daya air; d kontrol penggunaan lahan untuk setiap orang; e kota yang manusiawi, pasar, ruang hijau, pedestrian; f mendukung kota menjadi lebih kompak. Manuwoto 2006 menyarankan manajemen perkotaan yang efektif untuk mendukung keberhasilan pembangunan perumahan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan perumahan masa depan yang bertumpu pada kemandirian masyarakat dengan asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan, kekeluargaan, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk mencapai keberlanjutan perkotaan perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan perkotaan. Pemerintah kota tidak akan dapat memecahkan permasalahannya sendiri, dimana peran pemerintah kota semakin lama semakin bergeser ke peran sebagai fasilitator. Intinya sistem pelaku majemuk akan menggantikan sistem pelaku tunggal yang selama ini didominasi pihak pemerintah. Dimasa depan akan terdapat titik majemuk kewenangan, pengaruh, dan tantangan yaitu bagaimana memberdayakan pihak pihak tersebut agar dapat bekerjasama secara kooperatif. Manfaatnya adalah terciptanya kepercayaan dan koneksi sosial Social Capital yang terus terakumulasi, dan pada gilirannya akan mencapai tiga sasaran yaitu : menjaga agar pemerintah semakin memiliki akuntabilitas dan tidak korup, menurunkan sumber konflik, dan memberdayakan para pelaku non pemerintah Alexander, 1977.

2.4.2 Pembangunan Permukiman Berkelanjutan