131
1. Belum adanya kebijakan dibidang permukiman yang mengatur secara khusus tentang pembangunan permukiman di wilayah bergambut.
2. Masih minimnya pemahaman masyarakatpemerintahswastainstitusi tentang dampak dari eksploitasi lahan gambut yang tidak terkendali, terkait misi
lingkungan yang diembannya. 3. Kurangnya informasi tentang database sebaran lahan gambut, karakteristik,
dan jenis peruntukan lahan khususnya di wilayah di Kalimantan Barat. 4. Belum adanya Rencana Tata Ruang KotaKabupaten di Kalimantan Barat yang
mempertimbangkan fungsi ekologis lahan gambut sebagai suatu ekosistem yang perlu dijaga keberlanjutannya.
5. Kurangnya koordinasi antara pemerintah, pengembang, dan LSM terhadap proses pembangunan perumahan dan permukiman.
3. Identifikasi Sistem
Pada tahap identifikasi sistem, pengkaji sistem mencoba memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali
hubungan antara ‘pernyataan kebutuhan’ dan ‘pernyataan masalah’ yang harus diselesaikan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut Hartrisari, 2007.
Menurut Eriyatno 2003, Identifkasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari
masalah yang harus dipecahkan untuk mencapai kebutuhan tersebut. Pada tahap ini akan dilakukan pemahaman terhadap mekanisme yang terjadi
dalam sistem. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali hubungan antara ‘pernyataan kebutuhan’ dan ‘ pernyataan masalah’ yang harus diselesaikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menyusun ‘diagram lingkar sebab-akibat’ causal-loop diagram
atau ‘diagram input-output’ black box diagram.
4. Simulasi Model
Simulasi merupakan proses penggunaan model untuk meniru perilaku secara bertahap dari sistem yang dipelajari. Simulasi merupakan eksperimentasi
yang menggunakan model suatu sistem dengan analisis sistem tanpa harus mengganggu atau mengadakan perilaku terhadap sistem yang diteliti dan
kegagalan seperti yang terjadi pada eksperimen biasa Grant et al., 1997.
132
Populasi penduduk
Hunian vertikal
Hunian horizontal
Ekspansi gambut
RTH resapan
Bencana ekologis
kelahiran kematian
imigrasi emigrasi
Pemekaran Kab. baru
Daya beli pendapatan
teknologi Kesadaran
lingkungan Kebutuhan
rumah Lahan
terbangun
Gambar 60. Diagram causal loop sistem pengembangan permukiman perkotaan berkelanjutan di wilayah bergambut
+
-
+ +
+
-
+ +
+
- -
+
- -
+
+
- -
Emisi GRK
Minat Masy. Hinterland
Pontianak
+ +
+ -
Struktur panggung
Struktur tapak
Gambar 59. Diagram black box sistem pengembangan permukiman perkotaan berkelanjutan di wilayah bergambut
Input Lingkungan :
UU No. 32 Tahun 2009 UU No. 26 Tahun 2007
UU No. 1 Tahun 2011 Kepres No. 32 Thn 1990
RTRW Kab. Kubu Raya
Input Tak Terkendali :
Jumlah penduduk Ketersediaan lahan
Sebaran lahan gambut KKOP Bandara
Output yang dikehendaki :
Kebutuhan rumah terpenuhi.
Bencana ekologis dapat dihindari.
Model Permukiman Perkotaan Berkelanjutan
Pada Wilayah Bergambut Input Terkendali :
Hunian vertikal Struktur panggung
Desain arsitektur Subsidi pemerintah
Output tak dikehendaki :
Konflik kepentingan Kerusakan lingkungan
Penduduk melebihi
carrying capacity Monitoring Evaluasi Kinerja
Pembangunan Permukiman. Pemerintah Daerah sebagai
Decision Maker Pembuat Kebijakan dibidang permukiman
Karakteristik lahan
+ -
+
- -
+
+
- -
+
-
133
5. Validasi Model