Kesimpulan STATUS KEBERLANJUTAN TIPOLOGI PERUMAHAN EKSISTING DI KAWASAN BERGAMBUT SUNGAI RAYA

104 Tabel 20. Analisis Monte Carlo rumah tapak

5.4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis MDS dengan pendekatan Rap-Peatset, diketahui bahwa status keberlanjutan tipologi rumah panggung secara umum ‘cukup berkelanjutan’ dengan nilai indeks keberlanjutan sebesar 54,27, sementara tipologi rumah tapak ‘kurang berkelanjutan’ dengan nilai 46,46. Nilai indeks keberlanjutan rumah panggung yang lebih besar dari rumah tapak disebabkan perbedaan nilai skor pada dimensi ekologi yang cukup signifikan, dimana nilai indeks dimensi ekologi rumah panggung sebesar 65,52 sementara nilai indeks dimensi ekologi rumah tapak sebesar 21,05. Hasil analisis Leverage menunjukkan bahwa dari 20 atribut yang dianalisis, terdapat 9 atribut sensitif dan 5 atribut dominan untuk tipologi rumah panggung, dan 15 atribut sensitif dan 3 atribut dominan untuk tipologi rumah tapak. Hasil analisis Monte Carlo menunjukkan bahwa selisih nilai 1 antara 0,2- 0,6 yaitu 0,59 untuk rumah panggung dan 0,23 untuk rumah tapak, yang menunjukkan bahwa perhitungan MDS dengan menggunakan Rap-Peatsett memiliki tingkat presisi yang tinggi. Monte Carlo multidimensi 0,23 Dimensi Keberlanjutan Nilai Indeks Keberlanjutan MDS Monte Carlo Selisih Dimensi Ekologi Dimensi Ekonomi Dimensi Sosial-Budaya Dimensi Teknologi 21,05 67,16 69,36 46,10 45,47 66,88 65,91 22,61 0,63 2,48 1,25 1,56

VI. STUDI PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP TIPOLOGI PERUMAHAN YANG DIMINATI

Abstrak Pemekaran Kabupaten Kubu Raya tahun 2007 dengan ibukota kabupaten yang berkedudukan di Sungai Raya, serta status kawasan Sungai Raya yang juga sebagai hinterland Kota Pontianak menunjukkan indikasi pesatnya pembangunan di kawasan tersebut khususnya industri perumahan yang diprediksi akan mengalami peningkatan pesat. Kawasan Sungai Raya yang notabene merupakan wilayah bergambut, menciptakan suatu kondisi yang dilematis terhadap pembangunan permukiman di kawasan tersebut. Dampak dari pembangunan permukiman di kawasan Sungai Raya akan menimbulkan berbagai persepsi masyarakat terhadap rumah tinggal sebagai salah satu kebutuhan primer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan minat masyarakat terhadap perumahan dan permukiman. Metode analisis menggunakan analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum memiliki rumah sendiri 71 dimana 33 berstatus sewakontrak dan 38 masih tinggal dengan orang tua. Sebayak 69 responden memilih sistem pembayaran kredit apabila hendak membeli rumah dengan kemampuan mencicil maksimal Rp. 2.5 juta per bulan Rp. 1 juta sebanyak 51 dan Rp. 1–2.5 juta sebanyak 43. Kisaran harga rumah yang terjangkau oleh responden maksimal Rp. 250 juta rupiah Rp. 100 juta sebanyak 44 dan Rp.100–250 juta sebanyak 36. Sekitar 44 responden menyatakan kurang paham terhadap kerusakan lingkungan akibat eksploitasi lahan gambut. Sementara 80 responden memilih kawasan Sungai Raya sebagai lokasi tempat tinggal dan 43menginginkan rumah dengan desain arsitektur yang menarik. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan utama dalam memilih rumah tinggal antara lain: kualitas bangunan, ketersediaan sarana dan prasarana, kedekatan dengan lokasi tempat kerja dan harga rumah yang relatif murah. Sebanyak 79 responden menyatakan struktur panggung cocok untuk di lahan gambut dan sebanyak 53 responden berminat terhadap tipologi hunian vertikal Model A, 29 memilih hunian horizontal 2-3 lantai Model B dan 19 memilih hunian horizontal 1 lantai Model C. Persepsi responden terhadap hunian vertikal rusunapartemen sebagai berikut: a kelebihan hunian vertikal antara lain: hemat lahan, tertata rapih, lebih murah, sosialisasi baik, kredit murah, bebas banjir, dan praktis, b beberapa kelemahannya yaitu: pada beberapa kasus terkesan kumuh, padat, berisik, rawan konflik, akses ke lantai teratas cukup jauh jika tanpa lift, dan kesulitan dalam distribusi air. Kata kunci : preferensi, persepsi, tipologi, perumahan.

6.1 Pendahuluan

Pemerintah daerah Kabupaten Kubu Raya yang berkedudukan di Sungai Raya terus melakukan pembangunan di berbagai bidang guna mewujudkan kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Salah satu kebutuhan pokok masyarakat diantaranya kebutuhan akan perumahan dan permukiman. Meningkatnya kebutuhan akan permukiman di kawasan Sungai Raya disebabkan tingginya animo masyarakat penglaju commuter Kota Pontianak untuk memilih