4 Sumber emisi CO
2
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lahan gambut mengemban fungsi lingkungan yang luar biasa besar, sehingga eksploitasi lahan gambut yang
tidak terkendali dapat mengancam punahnya ekosistem gambut yang berdampak pada kerusakan lingkungan global dan terjadinya bencana ekologis. Oleh karena
itu, perlu adanya suatu kebijakan yang mengatur tentang pemanfaatan lahan gambut di daerah perkotaan khususnya yang terkait dengan pembangunan
permukiman. global yang dihasilkan dari proses peat drained mencapai
887 Mtyear dimana Indonesia merupakan penyumbang terbesar yaitu sebesar 58 dari total emisi WI-IP, 2006.
Dengan adanya model permukiman perkotaan berkelanjutan di kawasan bergambut ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi bagi pemerintah
daerah dalam merumuskan kebijakan yang terkait dengan pembangunan permukiman dan penataan ruang kota di kawasan bergambut. Dengan adanya
model ini, diharapkan perkembangan kota-kota di Indonesia yang memiliki karakteristik wilayah bergambut dapat terwujud, tanpa harus menyebabkan
kerusakan lingkungan. Melalui pendekatan sistem dinamik, akan dihasilkan model permukiman
perkotaan berkelanjutan yaitu model permukiman
yang memperhitungkan keseimbangan antara aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan
teknologi Sustainable Development.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian adalah untuk menghasilkan model permukiman perkotaan berkelanjutan yang dapat diimplementasikan pada lahan bergambut,
dalam upaya memenuhi tuntutan kebutuhan akan perumahan dan disisi lain meminimalisasi terjadinya degradasi lingkungan. Melalui perencanaan yang
holistik akan terwujud permukiman yang ramah lingkungan, menguntungkan secara ekonomi, layak secara teknis, sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Tujuan khusus penelitian meliputi : 1. Menganalisis tingkat keberlanjutan tipologi perumahan eksisting di kawasan
Sungai Raya. 2. Mengetahui preferensi dan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap tipologi
perumahan yang diminati. 3. Mendesain model permukiman perkotaan berkelanjutan pada wilayah
bergambut di kawasan Sungai Raya.
5
1.3 Kerangka Pemikiran
Maraknya kegiatan deforestasi dan alih fungsi lahan di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara pengemisi karbon terbesar ke-3 di dunia
setelah Amerika Serikat dan China. Emisi karbon global didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, sementara Indonesia yang notabene memiliki
hutan tropis terbesar ke-2 di dunia setelah Brazil, dan pemilik gambut tropis terluas di dunia seluas 20 juta ha atau setara dengan 50 luas gambut tropis dunia, justru
sumber emisi karbon terbesar bersumber dari kegiatan deforestasi dan alih fungsi lahan. Indonesia yang diharapkan oleh dunia Internasional sebagai penyimpan
karbon yang baik net sink sebelum tahun 1990, sekarang berganti menjadi pengemisi karbon net emitter. Demikian besarnya kontribusi Indonesia terhadap
pemanasan global menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat bagi Pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kalimantan Barat merupakan satu provinsi dengan lahan gambut terluas kedua di Kalimantan setelah Kalimantan Tengah dengan luasan mencapai
1.729.980 ha Subagyo et al., 2005. Beberapa areal gambut yang tersebar di Kalimantan Barat memiliki potensi sebagai pusat pertumbuhan kota, salah satunya
adalah kawasan Sungai Raya yang menjadi tempat kedudukan ibukota Kabupaten Kubu Raya, sekaligus sebagai kawasan hinterland Kota Pontianak. Kawasan
Sungai Raya dianggap mampu menjawab tuntutan terhadap kebutuhan permukiman masyarakat Kota Pontianak dan sekitarnya. Sungguh merupakan
suatu kondisi yang dilematis, dimana disatu sisi kebutuhan perumahan terus meningkat, namun disisi lain lahan yang tersedia dengan karakteristik lahan
gambut yang seharusnya tidak dieksploitasi secara berlebihan. Secara umum, kerangka pemikiran tentang model permukiman perkotaan
berkelanjutan pada wilayah bergambut di kawasan Sungai Raya dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Kerangka pemikiran model permukiman perkotaan berkelanjutan pada wilayah bergambut di kawasan Sungai Raya – Kalimantan Barat
Dimensi Ekonomi Layak investasi
Harga terjangkau
Sustainable Development
Dimensi Sosbud Preferensi dan
aspirasi masyarakat Utilitas, Firmitas
dan Venustas Dimensi Teknologi
Dimensi Ekologi Mengurangi GRK
Mencegah banjir. Tuntutan Kebutuhan
Perumahan dan Permukiman
1. Pusat kota Pontianak semakin padat : Harga lahan di pusat kota meningkat.
Permukiman bergeser ke wilayah hinterland. 2. Pemekaran Kabupaten Kubu Raya yang beribukota di
kawasan Sungai Raya: Meningkatnya industri perumahan
Meningkatkan laju imigrasi
Karakteristik kawasan Sungai Raya sebagian besar merupakan lahan bergambut.
Terjadi konversi lahan gambut menjadi perumahan dan permukiman
1997 : Kalbar pengemisi CO2
terbesar ke-2 di Indonesia akibat
pembakaran hutan gambut konversi.
Indonesia pemilik gambut tropis terluas
didunia dan terluas keempat untuk
gambut temperate.
Minimalisasi konversi lahan gambut untuk
perumahanpermukiman
Model Permukiman Perkotaan Berkelanjutan Pada Wilayah
Bergambut di Kawasan Sungai Raya
Rekomendasi Perumusan
Kebijakan Pemerintah
Kab. Kubu Raya dibidang
permukiman
Indonesia pengemisi CO2 tersebar ke-3 di
dunia setelah Amerika dan China.
60 total Emisi Indonesia berasal dari
konversi lahan deforestasi.
Predikat buruk Indonesia dimata
Internasional.
UU No. 262007 UU No. 322009
UU No. 12011 Kepres No.321990
Degradasi Ekosistem Lahan Gambut
Potensi terjadinya bencana ekologis:
banjir dan emisi GRK
7
1.4 Perumusan Masalah