Kesimpulan Subsidi Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah MBR

173 Harga tersebut diatas cukup realistis apabila dibandingkan dengan hasil preferensi masyarakat, yang sebagian besar berpenghasilan antara 2.5 – 5 jutabulan termasuk golongan MBR, harga rumah maksimal 250 jutaunit harga diatas juga mengakomodir pilihan harga rumah 100 juta, dengan cicilan antara 1 – 2.5 jutabulan. Hasil perhitungan harga dan cicilan hunian vertikal rumah susun memungkinkan bagi MBR untuk mewujudkan keinginan mereka untuk memiliki rumah.

7.4 Kesimpulan

Manajemen pengelolaan lahan dalam upaya mempertahankan ekosistem gambut dan daerah resapan merupakan faktor kunci dalam pengelolaan permukiman di kawasan Sungai Raya. Berdasarkan analisis tersebut, maka usulan model fisik dalam pengembangan perumahan di kawasan Sungai Raya adalah Model Hunian Vertikal dan Model Struktur Panggung. Model hunian vertikal merupakan representasi dari upaya pemenuhan kebutuhan rumah tinggal yang efisiensi terhadap lahan, sementara model struktur panggung merupakan representasi dari aspek lingkungan. Implementasi model hunian vertikal mengacu pada ketentuan KKOP Bandara Supadio. Varian dari kedua model tersebut dianalisis dengan metode Composite Performance Index CPI untuk mendapatkan model terbaik sekaligus memvalidasi model yang diusulkan. Dari keempat varian yang dianalisis horizontal tapak, horizontal panggung, vertikal tapak, dan vertikal panggung, diperoleh bahwa model Vertikal Panggung VP merupakan model dengan skor tertinggi 322.50, dan urutan kedua adalah model Vertikal Tapak VT dengan skor 300. Solusi untuk menekan subsidi adalah dengan mengkombinasikan pembangunan model vertikal panggung dan vertikal tapak secara proporsional. Model vertikal tapak dapat direkomendasikan untuk masyarakat berpenghasilan rendah MBR, sementara model vertikal panggung sebagai rekomendasi bagi masyarakat golongan menengah atas. Berdasarkan hasil analisis ketiga skenario pengembangan permukiman di kawasan Sungai Raya, yaitu : Skenario 1: intervensi hunian vertikal 0 pada lahan eksisting dan 0 pada lahan baru, Skenario 2: : intervensi hunian vertikal 0 pada lahan eksisting dan 50 pada lahan baru, dan Skenario 3: : intervensi hunian vertikal 50 pada lahan eksisting dan 75 pada lahan baru. Pada dasarkan ketiga skenario tersebut dapat diimplementasikan di kawasan Sungai Raya tergantung dari kesiapan anggaran pemerintah sebagai pembuat kebijakan eksekutor dan sistem kerjasama dengan berbagai stakeholders. Namun untuk perencanaan jangka panjang, pengembangan permukiman di Sungai Raya akan mengarah pada Skenario 3, dengan total kebutuhan lahan hingga tahun 2032 sebesar 174 952,61 ha, terdapat efisiensi lahan sebesar 34.41, surplus lahan sebesar 565,27 ha, menurunkan jumlah rumah tapak sebanyak 1.068 unit, penambahan proporsi RTH dengan luasan mencapai 35,65, surplus lahan dapat digunakan sebagai lahan cadangan untuk 28.264 unit, atau menambah daya dukung 25 tahun hingga 2057. Untuk perencanaan jangka panjang, maka skenario 3 diprioritaskan sebagai upaya untuk melakukan optimalisasi lahan permukiman dan minimalisasi konversi lahan gambut. Subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah MBR diberikan pemerintah dalam bentuk suku bunga rendah yaitu 7.25 per tahun flat 15 tahun. Berdasarkan ilustrasi perhitungan hunian vertikal rumah susun tipe 36, diperoleh harga per unit hunian sebesar Rp. 99 jutaunit dengan cicilan Rp. 1.043.750,-bulan selama 15 tahun. Hasil perhitungan tersebut sesuai dengan kemampuan dan daya beli masyarakat responden. 163 164 165 166 175 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan