18 Hasil uji statistik pada jam ke-24 tidak terdapat perbedaan nyata untuk
perlakuan 4 gL, 8 gL dan 12 gL, dan perlakuan 20 gL P0,05 Lampiran 22.
Gambar 7. Nilai NH
3
Media Transportasi
3.1.2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila BEST pada Pemeliharaan Pascatransportasi
Tingkat kelangsungan hidup ikan nila BEST pascatransportasi memiliki persentase hampir sama. Pada pemeliharaan hari ke-2, tingkat kelangsungan hidup
ikan nila pada perlakuan 4 gL sebesar 98,42, 8 gL sebesar 97,72, 12 gL sebesar 96,36, dan 20 gL sebesar 92,2. Tingkat kelangsungan hidup ikan
mengalami penurunan sampai pemeliharaan hari ke-3. Tingkat kelangsungan hidup paling tinggi hingga akhir pemeliharaan selama 20 hari adalah sebesar
98,14 pada perlakuan 4 gL, dan terendah sebesar 90,44 pada perlakuan 20 gL.
Gambar 8. Tingkat Kelangsungan Hidup Pascatransportasi
-0,010 0,000
0,010 0,020
0,030 0,040
4 8
12 16
20 24
N H
3 m
g L
Waktu jam
4 gL 8 gL
12 gL 20 gL
80 85
90 95
100 105
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 S
R
Waktu hari
4 gL 8 gL
12 gL 20 gL
19
3.1.2.4 Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Nila BEST pada Pemeliharaan Pascatransportasi
Laju pertumbuhan ikan nila BEST tertinggi sebesar 7,48 terdapat pada perlakuan 8 gL, sedangkan terendah adalah sebesar 5,06 pada perlakuan 4 gL
Gambar 8. Hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan nyata untuk perlakuan 4 gL, 8 gL dan 12 gL, dan perlakuan 20 gL P0,05 Lampiran 29.
Gambar 9. Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Nila BEST
3.1.2.5 Histologi Insang
Histologi adalah ilmu yang mempelajari anatomi secara mikroskopis, yaitu dengan menggunakan mikroskop untuk mengamatinya. Insang merupakan alat
pernafasan pada ikan. Komponen pernafasan insang terdiri dari filamen atau lamela primer dan lamela sekunder. Insang merupakan organ respirasi utama dan
vital pada ikan. Epitel insang ikan merupakan bagian utama untuk pertukaran gas, keseimbangan asam basa, regulasi ion, dan ekskresi nitrogen. Gambar 10-14
berikut merupakan hasil pengamatan histologi insang pada perlakuan benih ikan nila BEST. Dari gambar dapat dilihat hasil histologi yang terjadi pada insang ikan
sebelum perlakuan, setelah pengangkutan dan setelah pemeliharaan pada perlakuan dosis kadar garam 4 gL, 8 gL, 12 gL, dan 20 gL.
5,06 7,48
6,29 7,23
1 2
3 4
5 6
7 8
9
A 4 gL B 8 gL
C 12 gL D 20 gL
a a
a a
20
Myxospora plasmodia di epitel antara lamela insang M. Pewarnaan HE Bar = 20 μm
Gambar 10. Preparat Histologi Insang sebelum Transportasi
1. Myxospora plasmodia di epitel antara lamela insang M hemoragi He. Pewarnaan HE Bar = 20
μm pada Insang Ikan 4 gL setelah transportasi dan 112. edema E Pewarnaan HE Bar = 50
μm pada Insang Ikan 4 gL setelah pemeliharaan
Gambar 11. Preparat Histologi Insang 4 gL
M
He M
E
1 2
21
1. Myxospora plasmodia di epitel antara lamela insang M hemoragi He edema E. Pewarnaan HE Bar = 50
μm pada Insang Ikan 8 gL setelah transportasi dan 122. edema E teleangiektasis lamela sekunder T Pewarnaan HE Bar = 10
μm pada Insang Ikan 8 gL setelah pemeliharaan
Gambar 12. Preparat Histologi Insang 8 gL
1. edema E. hiperplasia H Pewarnaan HE Bar = 50 μm pada Insang Ikan 12 gL setelah
transportasi dan 132. edema E Myxospora plasmodia di epitel antara lamela insang M Pewarnaan HE
Bar = 20 μm pada Insang Ikan 12 gL setelah pemeliharaan
Gambar 13. Preparat Histologi Insang 12 gL
M He
E
T E
2 1
E H
M
E
2 1
22
1. Myxospora plasmodia di epitel antara lamela insang M edema E hemoragi He. Pewarnaan HE Bar = 20
μm pada Insang Ikan 20 gL setelah transportasi dan 142. Myxospora plasmodia di epitel antara lamela insang M teleangiektasis lamella
sekunder T. Pewarnaan HE Bar = 20 μm pada Insang Ikan 20 gL setelah pemeliharaan
Gambar 14 Preparat Histologi Insang 20 gL
2 1
E M
He
M T
23
3.1.2.6 Analisa Keuntungan