Gambar 19 Nilai total coli Sungai Batang Arau pada tahun 2012. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air pada kondisi terakhir yakni tahun
2012 menunjukkan bahwa nilai total coli pada bagian hulu dan tengah sungai termasuk ke dalam kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 ,
sedangkan pada bagian hulu sudah tergolong ke dalam kelas IV PP 822001. Terjadinya penurunan kualitas air Sungai Batang Arau dari parameter total coli dari
hulu ke hilir sungai disebabkan oleh akumulasi limbah domestik terutama masuknnya bakteri coli melalui perantara kotoran manusia.
5.3 Status Mutu Air 5.3.1 Status mutu air berdasarkan nilai indeks kualitas air
Perhitungan dengan metode Indeks Kualitas Air berdasarkan National Sanitation Foundation WQI diperoleh hasil bahwa DAS Batang Arau pada tahun
2008-2012 tingkat kualitas air termasuk dalam kisaran sedang sampai baik. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 17 dan Tabel 18.
Tabel 17 Nilai IKA-NSF WQI tahun 2008-2012 Musim Hujan
Sungai Batang Arau
Nilai IKA 2008
2009 2010
2011 2012
Hulu 72 Baik
69 Sedang 60 Sedang 68 Sedang
67 Sedang Tengah
66 Sedang 66 Sedang 59 Sedang
61 Sedang 64 Sedang
Hilir 60 Sedang
61 Sedang 60 Sedang 53 Sedang
55 Sedang Sumber : Balai Wilayah Sungai Sumatera V 2012
Tabel 18 Nilai IKA-NSF WQI tahun 2008-2012 Musim Kemarau
Sungai Batang Arau
Nilai IKA 2008
2009 2010
2011 2012
Hulu 67 Sedang 69 Sedang 74 Baik
73 Baik 70 Baik
Tengah 63 Sedang 63 Sedang 74 Baik
68 Sedang 66 Sedang Hilir
63 Sedang 62 Sedang 62 Sedang 56 Sedang 56 Sedang Sumber : Balai Wilayah Sungai Sumatera V 2012
365 2962
9851 405
4270 16954
5000 5000
5000 5000
10000 15000
20000
hulu tengah
hilir
jm l
100 ml
musim hujan musim kemarau
Baku Mutu
Hasil perhitungan pada Tabel 15 dan Tabel 16 menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2008 sampai 2012 terlihat adanya fluktuasi dalam kualitas air. Pada
musim hujan, kualitas air di Sungai Batang Arau Kota Padang umumnya masih dalam kategori sedang sampai baik yaitu berada pada kisaran 53-72. Kualitas air
terbaik Sungai Batang Arau terdapat di daerah hulu sungai pada tahun 2008 dengan nilai IKA sebesar 72. Kondisi kualitas air Sungai Batang Arau dalam kondisi
terburuk terjadi di daerah hilir sungai pada tahun 2011 dengan nilai IKA adalah 53. Pada bagian tengah Sungai Batang Arau memiliki kategori kualitas air sedang.
Kisaran nilai IMKA di bagian tengah Sungai Batang Arau pada musim hujan yakni 59-66.
Pada musim kemarau, kualitas air di Sungai Batang Arau Kota Padang umumnya berada dalam kategori sedang sampai baik yaitu berada pada kisaran 56-
74. Kualitas air terbaik Sungai Batang Arau memiliki nilai IKA sebesar 74. Kondisi itu terjadi pada bagain hulu dan tengah sungai tahun 2010. Kondisi kualitas air
Sungai Batang Arau dalam kondisi terburuk terjadi di daerah hilir sungai pada tahun 2011 dan 2012 dengan nilai IKA adalah 56. Pada bagian tengah dari Sungai Batang
Arau memiliki kategori kualitas air baik dan sedang. Kisaran nilai IKA di bagian tengah Sungai Batang Arau pada musim kemarau yakni 63-74.
Perbedaan kualitas air yang terjadi di bagian hulu, tengah dan hilir dari Sungai Batang Arau disebabkan karena akumulasi beban pencemaran yang masuk ke
sungai. Beban pencemaran tersebut berasal dari limbah domestik, pertanian, pertambangan dan industri skala kecil sampai besar. Peningkatan jumlah
penduduk dari hulu ke hilir Sungai Batang Arau berbanding lurus dengan aktifitas penduduk dan jumlah beban pencemaran yang dihasilkan lalu terintroduksi ke
sungai melalui saluran drainase. Selain itu, kegiatan pertambangan ilegal dan industri skala kecil yang tidak terdata juga merupakan faktor yang mempengaruhi
kualitas air Sungai Batang Arau. Selain itu, luas wilayah juga mempengaruhi dari pemasok beban pencemar ke dalam sungai.
Dalam penentuan nilai IKA Sungai Batang Arau Kota Padang, penentuan kualitas air sungai dibagi berdasarkan musim. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kualitas air sungai per musim, sehingga untuk kedepannya dapat diketahui kebijakan pemerintah tentang sungai berdasarkan musim. Terjadi perbedaan
kualitas air antara musim hujan dan musim kemarau. Hal ini disebabkan karena perbedaan curah hujan dalam satu tahun. Curah hujan merupakan salah satu faktor
pengendali debit sungai, sehingga terdapat perbedaan debit sungai dalam musim hujan dan musim kemarau. Debit sungai sangat berperan dalam proses penguraian
limbah organik secara sendiri self purification. Kondisi ini memungkinkan bila debit limbah organik sedikit sedangkan debit sungai besar sehingga kemampuan
sungai untuk mendegradasi menguraikan zat organik masih dalam ambang batas.
Gambar 20 Perbandingan fluktuasi nilai Indeks Kualitas Air IKA dari tahun 2008-2012 pada musim hujan.
Gambar 21 Perbandingan fluktuasi nilai Indeks Kualitas Air IKA dari tahun 2008-2012 pada musim kemarau.
Berdasarkan survey lapangan yang dilakukan, kondisi Sungai Batang Arau yang berada dalam kategori sedang salah satunya disebabkan oleh kesadaran
sebagian masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai. Warga masyarakat juga paham dan mengerti pentingnya sungai bagi kehidupan serta sanksi yang diberikan
oleh Pemda Kota Padang apabila membuang sampah ke sungai. Akan tetapi sanksi
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2008 2009
2010 2011
2012
Nilai IKA
hulu tengah
hilir sangat buruk
buruk sedang
baik
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2008 2009
2010 2011
2012
Nilai IKA
hilir hulu
tengah sangat buruk
buruk sedang
baik
yang diberikan ternyata belum cukup membuat masyarakat sadar karena masih ada sebagian warga yang masih membuang sampah ke sungai. Hal ini terjadi karena
letak TPA tempat pembuangan akhir sampah yang letaknya terlalu jauh bagi kecamatan yang berada di dekat sungai.
Tingginya hasil buangan aktivitas penduduk yang memanfaatkan sungai untuk kegiatan seperti mencuci, mandi, buang hajat dan sampah ke sungai dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas air sungai. Selain itu, operasional instansi- instansi yang ada di Kota Padang juga berpotensi dalam menyumbang beban
pencemaran dalam jumlah besar di Sungai Batang Arau. Operasional hotel, rumah sakit serta pasar merupakan pencemaran non point source yang bisa memberikan
beban pencemaran dalam jumlah banyak apabila tidak diatur dengan tegas. Begitu pula dengan hasil buangan aktivitas industri dan usaha, baik dalam skala kecil
sampai besar. Industri dan usaha skala besar serta menengah di Kota Padang rata- rata sudah memiliki IPAL Instalasi Pengelolaan Air Limbah. Terdapat delapan
industri skala besar dan sepuluh industri skala menengah yang terdapat di sepanjang Sungai Batang Arau. Terdapat perbedaan yang signifikan dengan industri skala
kecil. Terdapat 78 industri dan usaha skala kecil di sepanjang Sungai Batang Arau. Dalam proses operasional kegiatannya, limbah proses kegiatan langsung dibuang
ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena hampir rata-rata kegiatan industri dan usaha skala kecil dan menengah di sepajang Sungai Batang
Arau tidak memiliki IPAL. Aktivitas pertanian juga turut berperan mempengaruhi kualitas air sungai.
Hampir seluruh lahan pertanian di kecamatan Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung dan Padang Selatan yang saluran drainasenya mengarah ke Sungai Batang Arau
memanfaatkan pestisida. Dalam proses operasional pertanian di ketiga kecamatan tersebut pengairan dilakukan setiap hari, sehingga besar kemungkinan pestisida
yang masih terendap di lantai sawah akan mengalir ke saluran drainase dan teritroduksi ke Sungai Batang Arau.
Selain faktor pertanian, faktor pertambangan juga berpotensi dalam menghasilkan beban pencemaran dalam jumlah besar dan masuk ke dalam Sungai
Batang Arau. Pertambangan yang terdapat di sepanjang Sungai Batang Arau yakni pertambangan Semen Padang semen dan batu kapur serta tambang galian C batu,
pasir dan kerikil. Operasional pertambangan yang mengggunakan zat kimia serta produk pertambangan yang dibuang langsung ke sungai merupakan faktor yang
berpengaruh langsung dalam penurunan kualitas air di Sungai Batang Arau Kota
Padang. 5.4 Beban Pencemaran Setiap Sumber Pencemar di Sungai Batang Arau
Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau limbah. Besarnya beban pencemaran sangat mempengaruhi kualitas
air dan dapat menjadi indikator tercemar atau tidaknya suatu perairan. Perhitungan beban pencemaran di wilayah Sungai Batang Arau Kota Padang dititikberatkan
pada limbah domestik, industri, pertanian dan pertambangan. Perhitungan beban pencemaran untuk sumber pencemar domestikrumah
tangga dan industri, pertanian dan pertambangan dilakukan melalui pendekatan Rapid Assesment of Sources of Air, Water, and Land Polution WHO 1982. Secara
rinci kondisi setiap sumber pencemar dan perhitungan beban pencemaran dapat dijelaskan sebagai berikut.
5.4.1 Beban pencemaran limbah domestikrumah tangga
Limbah domestik bersumber dari rumah tangga dimana sejumlah sampah dibuang ke dalam saluran pembuangan atau perairan umum. Limbah domestik
terdiri dari sampah dan limbah cair. Sumber limbah domestik selain berasal dari pemukiman juga dapat berasal dari instansi-instansi yang berpotensi menghasilkan
limbah padat dan limbah cair dalam jumlah besar, seperti hotel, restoran, rumah sakit dan pasar.
Tabel 19 Potensi Beban Pencemaran Limbah Domestik
No Kecamatan
Jumlah Jiwa
Potensi Beban Pencemaran tonbulan BOD
COD TSS
TDS TN
TP 1
Lubuk Kilangan
10.748 17,64
39,41 17,91
32,69 2,96
4,29 2
Lubuk Begalung
25.852 42,44
94,79 43,01
78,633 7,11
10,34 3
Padang Selatan
13.371 21,95
49,03 22,29
40,67 3,68
5,35 4
Padang Barat
11.013 18,079
40,38 18,36
33,49 3,03
4,41 Jumlah
60.984 100,12
223,61 101,64
185,493 16,77
2,03 Sumber : Diolah dari Balai Wilayah Sungai Sumatera V dan Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Padang 2012
Berdasarkan hasil perhitungan potensi beban pencemaran limbah domestik, jumlah limbah domestik nilai BOD, COD, TN dan TSS menunjukkan nilai yang
berbanding lurus dengan jumlah penduduk Tabel 19. Nilai potensi beban pencemaran limbah domestik BOD, COD, TSS, TDS, TN dan TP adalah 100,12
tonbulan, 223,61 tonbulan, 101,64 ton bulan, 185,493 tonbulan, 16,77 tonbulan dan 2,03 tonbulan. Nilai potensi beban pencemaran limbah domestik terbesar
berasal dari kecamatan Lubuk Begalung. Hal ini disebabkan karena kecamatan Lubuk Begalung memiliki jumlah penduduk terbesar yakni 25.852 jiwa. Sedangkan
untuk nilai potensi beban pencemaran limbah domestik terkecil berasal dari kecamatan Lubuk Kilangan. Hal ini disebabkan karena kecamatan Lubuk Kilangan
memiliki jumlah penduduk terbesar yakni 10.748 jiwa.
Gambar 22 Potensi beban pencemaran limbah domestik berdasarkan kecamatan. Nilai potensi beban pencemaran limbah domestik dapat tercapai apabila
semua penduduk menyalurkan limbahnya ke sungai. Selain itu, kegiatan operasional hotel dan restoran yang berada di sepanjang Sungai Batang Arau juga
dapat berpotensi untuk menambah beban pencemaran sungai. Terdapat tujuh hotel berbagai kelas dan sepuluh restoran yang berada tepat di dekat Sungai Batang Arau.
Seluruh saluran drainase dari hotel dan restoran tersebut tepat mengalir ke Sungai Batang Arau, sehingga sangat berpotensi dalam meningkatkan beban pencemaran
sungai. Limbah domestik yang masuk ke sungai berasal dari kegiatanaktivitas
masyarakat, seperti mandi, mencuci serta membuang hajat dan sampah langsung ke sungai. Berdasarkan data kecamatan Kota Padang tahun 2010 dan 2011 terlihat
bahwa dalam 4 kecamatan yang berada di sepanjang Sungai Batang Arau terdapat 4.554 rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar pada tahun 2010
dan 1.572 rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar pada tahun
20 40
60 80
100
BOD COD
TSS TDS
TN TP
m gl
lubuk kilangan lubuk begalung
padang selatan padang barat
2011. Hal ini menunjukan bahwa potensi masuknya beban pencemaran ke Sungai Batang Arau
Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatanusaha apabila masuk ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu. Sampah dalam jumlah besar
apabila masuk ke dalam sungai merupakan beban pencemaran yang potensial untuk mencemari sungai Berdasarkan data kecamatan Kota Padang tahun 2010 dan 2011
terlihat bahwa dalam 4 kecamatan yang berada di sepanjang Sungai Batang Arau terdapat 302 rumah tangga yang membuang sampah langsung ke sungaikali pada
tahun 2010 dan 44 rumah tangga yang membuang sampah langsung ke sungai pada tahun 2011.
Terjadi penurunan jumlah rumah tangga dalam hal pembuangan sampah ke sungai. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadinya penurunan dalam hal banyaknya
jumlah keluarga yang membuang sampah ke sungai serta semakin meningkatnya kesadaran dari penduduk di sekitar DAS Batang Arau. Akan tetapi, penurunan
jumlah pembuangan sampah ke Sungai Batang Arau tidak diiringi dengan peraturan yang tegas dari pemerintah Kota Padang. Masih banyak terdapat pelanggaran
pembuangan sampah ke sungai oleh masyarakat walaupun sudah ada peraturan berupa papan pemberitahuan peraturan.
Volume limbah padat dan limbah cair yang masuk ke Sungai Batang Arau semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktifitas
oleh masyarakat. Sampah dapat berbentuk limbah padat maupun limbah cair yang mengandung berbagai macam bakteri pembusuk. Berdasarkan data dari Bapedalda
Kota Padang, data timbulan sampah pada tahun 2010 dan 2011 di empat kecamatan yang dilalui Sungai Batang Arau dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Jumlah Rumah Tangga dan perkiraan timbulan sampah per hari tahun 2010 dan 2011
No Kecamatan
Tahun 2010 Tahun 2011
Jumlah RT Timbulan Sampah
m3hari Jumlah
RT Timbulan
Sampah m3hari
1 Lubuk Kilangan
12.957 4.146
10.748 2.227,3
2 Lubuk Begalung
24.916 9.261
25.852 4.493,8
3 Padang Selatan
19.775 6.328
13.371 2.835,9
4 Padang Barat
12.998 4.159
11.013 3.072
Sumber : Bapedalda Kota Padang
Timbulan sampah terbesar pada tahun 2010 dan 2011 terdapat pada Kecamatan Lubuk Begalung yakni dengan nilai 9.261 m3hari dan 4.493,8 m3hari.
Sedangkan untuk timbulan sampah terkecil terdapat pada Kecamatan Lubuk Kilangan dengan nilai 4.146 m3hari dan 2.227,3 m3hari. Terjadi penurunan
timbulan sampah pada empat kecamatan yang dilalui oleh Sungai Batang Arau pada tahun 2011. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadinya penurunan dalam hal
banyaknya jumlah keluarga yang membuang sampah serta semakin meningkatnya kesadaran dari penduduk di empat kecamatan tersebut.
5.4.2 Beban pencemaran limbah industri
Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung
dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi sedang berlangsung dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama,
sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun sesudah proses produksi Ginting 2007. Pada wilayah Sungai Batang Arau banyak industri
yang sulit terkontrol limbahnya sehingga hampir semua industri kecil di sepanjang sungai membuang limbahnya langsung ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Perhitungan beban pencemaran untuk berbagai macam dan jenis industri berdasarkan faktor konversi dari WHO Offset Rapid Assessment of Source of Air,
Water and Land Pollution 1982. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat dua belas jenis industri kecil,
lima jenis industri menengah dan empat jenis industri besar di Sungai Batang Arau Kota Padang Tabel 24. Limbah dari berbagai macam industri bersumber ada
proses secara langsung maupun dibuang ke sungai secara langsung. Berdasarkan survey lapangan ditemukan bahwa seluruh industri dan usaha kecil di Kota Padang
yang berjumlah 76 indutri langsung membuang limbah produksinya ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Sedangkan untuk industri skala menengah dan besar yang
berjumlah masing-masing sepuluh industri dan enam indutri dalam proses pengolahan limbahnya sudah memiliki IPAL. Hal ini juga dikuatkan dengan
kepemilikan izin lingkungan yang diberikan Pemerintah Kota Padang kepada industri-industri skala menengah dan besar yang berada di sepanjang Sungai Batang
Arau dengan bentuk perizinan langsung karena telah memiliki dokumen AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan maupun dokumen UKL dan UPL Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan.
Potensi beban pencemaran limbah industri dilakukan melalui pendekatan Rapid Assesment. Potensi limbah ini berasal dari banyaknya limbah yang dihasilkan
dari kapasitas industri tersebut. Potensi beban pencemaran maksimal limbah industri dapat tercapai jika seluruh limbah yang dihasilkan oleh industri langsung
masuk ke sungai tanpa diolah terlebih terlebih dahulu. Untuk limbah industri skala menengah dan besar potensi beban pencemaran maksimal dapat terjadi jika instalasi
pengelolaan air limbah IPAL tidak beroperasi sesuai dengan mestinya. Tabel
21 Potensi Beban Pencemaran Limbah Industri
Skala Industri
Jumlah Jenis
Industri Jumlah
Total Industri
Potensi Beban Pencemaran BOD
Ton bulan
COD Ton
Bulan TSS
Ton Bulan
TDS Ton
Bulan Minyak
Ton Bulan
N Ton
Bulan Kecil
12 76
5.258,9 2.811,6
2.278,7 21.703,1
2451,3 900,5
Menengah 5
10 2.584,6
4.367,7 3.232,1
172.357,5 1280,7
Besar 4
6 145.062,4
132.288 119.348,1
10.691.046 490012
Total 92
152.905,9 139.467,3
124.858,9 10885106,6
493.744 900,5
Sumber : Diolah dari Balai Wilayah Sungai Sumatera V dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kota Padang 2012
Potensi beban pencemaran limbah industri yang tinggi disebabkan oleh jumlah industri skala kecil sangat pesat dan tidak bisa dikontrol baik dalam
pengelolaan limbah dan penyebarannya yang sporadis, selain itu proses produksi yang mudah dalam mengolah bahan baku tidak memerlukan tempat yang luas.
Industri skala kecil yang dijumpai saat pengamatan berlokasi di pinggiran sungai, sehingga memudahkan pelaku industri untuk membuang langsung limbahnya ke
sungai. Hal ini sangat menguntungkan pelaku industri karena tidak mengeluarkan biaya untuk mengolah limbahnya tetapi akibat yang ditimbulkan kualitas air sungai
menjadi tercemarburuk. Kontribusi beban pencemaran dari limbah industri lumayan besar. Hal ini
terlihat hasil limbah yang masuk ke Sungai Batang Arau dari hasil konversi limbah industri berdasarkan kapasitas produksinya. Nilai total potensi beban pencemaran
berdasarkan indikator BOD, COD, TSS, TDS, minyak dan N secara berturut-turut adalah 152905,9 tonbulan, 139467,3 tonbulan, 124858,9 tonbulan, 10885106,6
tonbulan, 493744 tonbulan dan 900,5 tonbulan Tabel 21.
5.4.3 Beban pencemaran limbah pertanian
Potensi beban pencemaran pertanian bersumber dari pestisida yang terintroduksi langsung ke sungai. Pestisida yang terintroduksi ke sungai berbanding
lurus dengan jumlah sawahkebun. Sungai Batang Arau melintasi empat kecematan, yakni Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, Padang Selatan dan Padang Barat. Jumlah
padi sawah, kebun dan ladang pada empat kecamatan tersebut secara berturut-turut adalah 4.246 ha, 588 ha, 139 ha dan 0 ha, sehingga total luas lahan pertanian di
sepanjang Sungai Batang Arau adalah 4.397 ha. Pupuk yang digunakan pada lahan pertanian di empat kecamatan sepanjang Sungai Batang Arau bervariasi, seperti
Urea, SP36, KCL dan ZA. Jumlah dari masing-masing pupuk yang digunakan secara berturut-turut yakni 994,6 ton, 497,3 ton, 248,65 ton 248, 65 Tabel 22.
Tabel 22 Data luas lahan pertanian dan kebutuhan pupuk berdasarkan kecamatan
No Kecamatan Luas Lahan PertanianLadang Ha
Kebutuhan Pupuk Ton Padi
Sawah Tegalan
Kebun Ladang Jumlah
Urea SP36
KCL ZA
1 Lubuk
Kilangan 584
3.647 15
4.246 849,2
424,6 212,3
212,3 2
Lubuk Begalung
485 90
13 588
117,6 58,8
29,4 29,4
3 Padang
Selatan 10
113 16
139 13,9
13,9 6,95
6,95 4
Padang Barat
- -
- -
- -
- -
Jumlah 1.079
3.850 44
4.973 994,6
497,3 248,65
248,65 Sumber : Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang 2012
Semakin luas lahan pertanian maka semakin banyak pestisida yang dibutuhkan. Pestisida yang digunakan tidak seluruhnya akan terserap ke tanaman
dan tanah, melainkan berada di air yang langsung dialirkan ke sungai melalui saluran drainase sawah. Hal inilah yang merupakan faktor utama potensi beban
pencemaran pertanian. Perhitungan beban pencemaran pertanian Tabel 23 berdasarkan pada faktor konversi dari WHO Offset 1982.
Tabel
23 Potensi Beban Pencemaran Limbah Pertanian
No Kecamatan
Pestisida Kg-
LiterHa Beban Pencemran
BOD tonBulan
COD tonbulan
TSS tonBulan
TDS ton Bulan
1 Lubuk Kilangan 8.492
6,43 8,49
2,54 1,03
2 Lubuk Begalung 1.176
0,88 1,17
0,35 14,31
3 Padang Selatan 278
0,21 0,27
0,09 3,38
4 Padang Barat -
Total 9.946
7,52 9,93
2,98 18,72
Sumber : Diolah dari Balai Wilayah Sungai Sumatera V dan Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang 2012
Potensi beban pencemaran pertanian disebabkan oleh masuknya pestisida insektisida dan fungisida ke sungai dalam jumlah yang relatif banyak. Luas lahan
pertanian juga merupakan faktor besarnya beban pencemar yang masuk ke sungai. Terlihat dari tabel diatas bahwa potensi beban pencemaran paling besar berasal dari
Kecamatan Lubuk Kilangan. Hal ini terlihat dari pemakaian jumlah pestisida sebesar 8.492 kg-literHa serta luas lahan pertanian yang paling besar yakni 4.246
ha. Sedangkan potensi beban pencemaran yang paling rendah yakni pada kecamatan Padang Barat. Hal ini disebabkan karena pada Kecamatan Padang Barat
tidak terdapat lahan pertanian sehingga tidak ada penggunaan pestisida. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan juga dapat mencemari air
sungai di lingkungan sekitarnya. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok.
Pertumbuhan gulma dan enceng gondok yang tidak terkendali dapat menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air. Limbah pestisida yang berasal dari
pertanian memiliki aktivitas yang lama dan ketika memasuki sungai. Selain itu, sifat pestisida yang tidak larut dalam air namun larut dalam lemak, dapat mengakibatkan
penumpukan racun kimia dalam rantai makanan. Nilai total potensi beban pencemaran berdasarkan indikator BOD, COD, TSS,
dan TDS secara berturut-turut adalah 7,52 tonbulan, 9,93 tonbulan, 2,98 tonbulan dan 18,72 tonbulan. Kontribusi beban pencemaran pertanian relatif tergolong lebih
kecil jika dibandingkan dengan limbah domestik dan industri. Akan tetapi, walaupun jumlah beban pencemarannya sedikit harus tetap ada kebijakan dan
peraturan yang tegas akan hal penggunaan pestisida oleh pemerintah Kota Padang. Nilai total potensi beban pencemaran berdasarkan indikator BOD, COD, TSS, TDS,
minyak dan N secara berturut-turut adalah 152905,9 tonbulan, 139467,3 tonbulan, 124858,9 tonbulan, 10885106,6 tonbulan, 493744 tonbulan dan 900,5
tonbulan. Apabila beban pencemaran ini teritroduksi secara maksimal ke dalam sungai, maka kualitas air dari Sungai Batang Arau akan mengalami penurunan.
5.4.4 Beban pencemaran limbah pertambangan
Limbah pertambangan bersumber dari kegiatan operasional pertambangan. Pengambilan barang tambang langsung di sungai juga merupakan salah satu faktor
pencemaran langsung ke sungai yang berdampak terhadap turunnya kualitas air
sungai. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat berbagai macam pertambangan yang menggunakan Sungai Batang Arau sebagai media operasional,
seperti pertambangan clay tanah, batu cadas, batu kapur, silika dan galian C pasir, ranah dan kerikil.
Potensi beban pencemaran limbah industri dilakukan melalui pendekatan Rapid Assesment. Potensi limbah ini berasal dari banyaknya limbah yang dihasilkan
dari kapasitas pertambangan tersebut. Potensi beban pencemaran maksimal limbah pertambangan dapat tercapai jika dalam proses operasionalnya seluruh limbah yang
dihasilkan langsung masuk ke sungai tanpa diolah terlebih terlebih dahulu. Tabel
24 Potensi Beban Pencemaran Limbah Pertambangan
No Jenis
Pertambangan Jumlah
Pertambangan Kapasitas
Produksi Ton tahun
Potensi Beban Pencemaran TonBulan BOD
COD TSS
TDS 1 clay tanah
1 540.099
- -
40.507,43 297.054,45
2 Cadas 1
153.229 -
-
-
3.830,73 3 batu kapur
1 2.941.184
- -
220.588,8 1.617.651,2
4 Silika 1
825.600 -
316480 48.160
550.400 5 Galian C
11 99.970,58
- -
7.497,79 54.983,82
Total 15
4.560.083 316.480
316.754 2.523.920
Sumber : Diolah dari Balai Wilayah Sungai Sumatera V dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kota Padang 2012
Total pertambangan yang terdapat di sepanjang Sungai Batang Arau berjumlah 15 pertambangan. Bahan tambang yang paling besar yakni batu kapur.
Bahan tambang ini merupakan bahan utama untuk pembuatan semen dengan kapasitas produksi sebesar 2.941.184 tontahun, sedangkan bahan tambang dengan
produksi terkecil yakni galian C batu, pasir dan kerikil dengan kapasitas produksi sebesar 99.970,58 tontahun Tabel 24. Walaupun paling sedikit, pertambangan
galian C paling banyak terdapat di sepanjang Sungai Batang Arau. Potensi beban pencemaran pertambangan terutama barang galian clay,
kapur, dll disebabkan oleh lumpur yang terintroduksi ke dalam sungai. Kejadian ini menyebabkan sungai menjadi keruh. Hal ini dapat terlihat dari potensi beban
pencemaran TDS yakni sebesar 2.523.920 tonbulan dan TSS sebesar 316.754 tonbulan. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air.
Hal ini dapat terlihat dari nilai potensi beban pencemaran COD yakni sebesar 316.480 tonbulan. Banyaknya introduksi limbah pertambangan di Sungai Batang
Arau Kota Padang disebabkan karena tidak adanya peraturan yang tegas dari
pemerintah Kota Padang. Masih banyak terdapat pelanggaran pertambangan ilegal di Sungai Batang Arau walaupun sudah ada peraturan berupa papan pemberitahuan
peraturan.
5.5 Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Batang Arau