Oksigen terlarut Dissolved OxygenDO Total padatan tersuspensi Total Suspended SolidTSS

Parameter COD ini bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah ternak dan limbah agroindustri.

2.6.1.3 Oksigen terlarut Dissolved OxygenDO

Oksigen terlarut DO adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam volume air tertentu pada suatu suhu dan tekanan tertentu. Oksigen terlarut DO merupakan parameter kualitas air yang penting dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Umumnya konsentrasi DO di suatu perairan akan bersifat sementara atau musiman dan berfluktuasi. Biasanya organisme air seperti ikan memerlukan oksigen terlarut sekitar 5,8 mgl Palmer 2001. Hasil pemantauan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa rentang kadar DO untuk sungai-sungai yang berada di Pulau Sumatera adalah 1,5-8 mgl. Parameter ini bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah ternak dan limbah agroindustri. Kandungan oksigen terlarut bergantung kepada suhu, kehadiran tanaman fotosintesis, tingkat penetrasi cahaya yang tergantung pada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air dan jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air Sastrawidjaya 1991. Kandungan oksigen terlarut yang tinggi adalah pada sungai yang relatif dangkal dan adanya turbulensi oleh gerakan air. Daya larut oksigen akan menurun dengan kenaikan suhu, sebaliknya pada air yang dingin kadar oksigen akan meningkat Odum 1993. Berdasarkan kandungan oksigen terlarut, Sutamiharja 1978 diacu dalam Trofisa 2011 melakukan penggolongan kualitas air Tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3 Penggolongan kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut DO mgl Tingkat Pencemaran 5 Tercemar Ringan 2-5 Tercemar Sedang 0-2 Tercemar Buruk

2.6.1.4 Derajat keasaman pH

Menurut Sutamihardja 1978 diacu dalam Sastrawijaya 1991, derajat keasaman merupakan kekuatan antara asam dan basa dalam air dan suatu kadar konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Nilai pH menggambarkan kekuatan bahan pelarut dari air, karena itu penunjukkannya mungkin dari reaksi kimia pada batu- batuan dan tanah-tanah. Pertumbuhan organisme perairan dapat berlangsung dengan baik pada kisaran pH 6,5-8,5. Hasil pemantauan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa rentang kadar pH untuk sungai-sungai yang berada di Pulau Sumatera adalah 3,24-8,8. Parameter pH ini bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah ternak dan limbah agroindustri. Menurut Brook et al. 1989 diacu dalam Fakhri 2000 menyebutkan bahwa perairan sudah dianggap tercemar jika memiliki nilai pH 4,8 dan 9,8, kecuali pada ekosistem alami bergambut yang memiliki pH 3 – 4 Hartatik et al. 2004. Perubahan derajat keasaman atau pH air biasanya digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji. Mackereth et al. 1992 diacu dalam Effendi 2003 berpendapat bahwa pH berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam akan bersifat korosif. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika kadar pH rendah. Perairan asam tidak lebih umum dari pada perairan alkali. Sumber pembuangan air asam dan sampah-sampah industri yang sudah tidak dinetralkan akan bersamaan dengan pengurangan pH dari air. 2.6.2 Parameter fisik 2.6.2.1 Total padatan terlarut Total Dissolved SolidTDS Menurut Priyono 1994 aliran air dari suatu badan air mendapatkan mineral yang terpilih dalam bentuk garam-garam terlarut dalam larutan seperti sodium, khlorit, magnesium, sulfat dan lain-lain. Aliran ini dapat mengkontribusi bahan- bahan terlarut untuk perairan. Fardiaz 1992 menyatakan bahwa padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran-ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Padatan-padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut dalam airmineral dan garam-garaman. Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh antropogenik berupa limbah domestik dan industri. Hasil pemantauan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa rentang kadar TDS untuk sungai-sungai yang berada di Pulau Sumatera adalah 1,2-4860 mgl. Parameter TDS ini bersumber dari erosi dan sendimentasi sungai.

2.6.2.2 Total padatan tersuspensi Total Suspended SolidTSS

Padatan tersuspensi total TSS adalah bahan-bahan tersuspensi diameter 1 μm yang tertahan pada saringan milipore dengan pori-pori 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air Effendi 2003. TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan sehingga akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air yang selanjutnya akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dan meningkatkan pasokan CO 2 di perairan. Hasil pemantauan Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa rentang kadar TSS untuk sungai-sungai yang berada di Pulau Sumatera adalah 1-669 mgl. Parameter TSS ini bersumber dari erosi dan sendimentasi sungai. Menurut Priyono 1994, bahan partikel yang tidak terlarut seperti sedimen halus dan bahan kimia anorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab polusi di dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah aliran sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir sungai. Akan tetapi, kandungan sedimen yang terlarut pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi dan pertambangan. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya memperoleh makanan dan mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis.

2.6.2.3 Suhu