2.3  Daya Tampung dan Beban Pencemaran
Menurut  Peraturan  Pemerintah  No.  82  tahun  2001  tentang  Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air didefinisikan bahwa daya tampung
beban pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan  beban  pencemaran  tanpa  mengakibatkan  air  tersebut  menjadi  tercemar.
Daya  tampung  beban  pencemaran  diartikan  sebagai  kemampuan  air  pada  suatu sumber air atau badan air untuk menerima beban pencemaran tanpa mengakibatkan
air tersebut menjadi tercemar. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, beban pencemaran adalah
jumlah suatu  pencemar  yang terkandung di  dalam  air atau air limbah. Parameter yang  digunakan  untuk  menghitung  daya  tampung  beban  pencemaran  adalah
karakteristik  sungai  penerima  limbah  seperti  BOD,  COD,  DO,  temperatur,  debit dan  kecepatan  arus.  Serta  karakteristik  limbah  meliputi  BOD,  COD,  DO,
temperatur, debit dan kecepatan arus. Istilah beban pencemaran dikaitkan dengan jumlah total pencemar atau campuran pencemar yang masuk ke dalam lingkungan
langsung atau tidak langsung oleh suatu industri atau kelompok industri pada areal tertentu dalam periode waktu tertentu. Pada kasus limbah rumah tangga dan kota,
istilah  beban  pencemaran  berkaitan  dengan  jumlah  total  limbah  yang  masuk  ke dalam lingkungan langsung atau tidak langsung dari komunitas kota selama periode
waktu tertentu. Hasil  pemantauan  Pusat  Sarana  Pengendalian  Dampak  Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2011 melaporkan bahwa Sungai Ciliwung memiliki  beban  pencemaran  yang  meningkat  secara  signifikan  dari  hulu  ke  hilir
sungai.  Sebagai  salah  satu  sungai  yang  tergolong  tercemar  di  Indonesia,  beban pencemaran  Sungai  Ciliwung  berkisar  antara  1.724,11-20.674,66  kgjam
sedangkan  daya  tampung  beban  pencemaran  di  Sungai  Ciliwung  berkisar  antara 350,58-2318,23 kgjam.
2.4  Kriteria, Status dan Baku Mutu Air
Kriteria  kualitas  air  merupakan  batas  konsentrasi  parameter-parameter kualitas air yang diinginkan bagi kelayakan kualitas air untuk penggunaan tertentu.
Sedangkan  baku  mutu  air  merupakan  peraturan  menurut  undang-undang  yang ditetapkan oleh pemerintah pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001 yang mencamtumkan pembatasan konsentrasi berbagai parameter kualitas air.
Kualitas suatu perairan sangat ditentukan oleh konsentrasi bahan pencemaran pada  perairan  tersebut.  Berdasarkan  Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia
Nomor  82  Tahun  2001  tentang  Pengelolaan  Kualitas  Air  dan  Pengendalian Pencemaran  Air,  disebutkan  bahwa  pencemaran  air  adalah  memasuknya  atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pada pasal 8 disebutkan penggolongan air berdasarkan peruntukkannya menjadi 4 kelas, yaitu:
1.  Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan  atau  peruntukan  lain  yang  mempersyaratkan  mutu  air  yang  sama  dengan
kegunaan tersebut. 2.  Kelas  dua,  air  yang  peruntukannya  dapat  digunakan  untuk  prasaranasarana
rekreasi  air,  pembudidayaan  ikan  air  tawar,  peternakan,  air  untuk  mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut. 3.  Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4.  Kelas  empat,  air  yang  peruntukannya  dapat  digunakan  untuk  mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
2.5  Tata Guna Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air