Pewarnaan Bakteri Lactobacillus casei Pengukuran Viskositas dan Diameter Mikrokapsul

35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pewarnaan Bakteri Lactobacillus casei

Pengamatan secara visual terhadap bentuk koloni bakteri Lactobacillus casei yaitu berbentuk bulat merata, halus dan berwarna putih keruh Gambar 4.1. Pewarnaan bakteri dilakukan untuk memastikan bahwa koloni yang terbentuk merupakan bakteri Lactobacillus casei. Bakteri Lactobacillus casei merupakan bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif, katalase-negatif, heterofermentatif fakultatif, berbentuk batang dan tidak membentuk spora, dapat diisolasi dari banyak habitat misalnya, daging, susu, produk susu, makanan atau minuman asam dan limbah Saxelin dkk, 1996 Desai, 2008 dan sedikit tumbuh di udara tapi bagus pada keadaan di bawah tekanan oksigen rendah Holt dkk, 1994 dalam Suryani, Yoni, dkk, 2010. Koloni pada media agar biasanya 2-5 mm, cembung, entire, buram opaque dan tanpa pigmen. Stamer, 1979 dalam Suryani, Yoni, dkk, 2010. Hasil pengamatan pewarnaan bakteri Lactobaciluus casei dengan mikroskop pada gambar 4.2 menunjukkan warna biru – ungu karena merupakan bakteri gram positif dengan bentuk basil, namun ada beberapa yang berbentuk cocobacilli. Gambar 4.1 Bentuk Koloni Bakteri Lactobaciluus casei secara Visual [Sumber : Koleksi Pribadi] UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.2 Hasil Pewarnaan Bakteri Lactobaciluus casei [Sumber : Koleksi Pribadi]

4.2 Pengukuran Viskositas dan Diameter Mikrokapsul

Kappa karagenan disterilkan secara terpisah dengan NaCl fisiologis dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 ⁰C selama 15 menit. Konsentrasi kappa karagenan yang digunakan yaitu 2, 1,75 dan 1,5. Untuk membentuk larutan, kappa karagenan yang digunakan dilarutkan pada suhu ± 40 ⁰-80⁰C, larutan akan membentuk gel dan mengeras jika berada pada suhu di bawah 40 ⁰C. Pada saat proses pencampuran suspensi bakteri dan larutan kappa karagenan digunakan suhu 40 ⁰C dimana suhu tersebut masih dapat ditoleransi bakteri Lactobacillus casei untuk bertahan hidup. Larutan polimer kappa karagenan diukur viskositasnya menggunakan viskometer HAAKE Visco Tester, dengan nomor spindel 2 dan pada kecepatan 200 rpm, didapatkan nilai viskositas seperti pada tabel 4.1. Konsentrasi 1,5 memiliki nilai viskositas 100,5; Konsentrasi 1,75 memiliki nilai viskositas 108,5 dan Konsentrasi 2 memiliki nilai viskositas 135. Viskositas setiap konsentrasi dari larutan kappa karagenan berbeda. Berdasarkan grafik pada gambar 4.3, viskositas larutan kappa karagenan meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi. Konsentrasi Semakin tinggi konsentrasi kappa karagenan yang digunakan, maka nilai viskositas juga semakin meningkat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.1 Viskositas Larutan Kappa Karagenan Konsentrasi rpm No. Spindel Nilai Viskositas cps 1,5 200 R2 100,5 1,75 200 R2 108,5 2 200 R2 135 [Sumber : Koleksi Pribadi] Gambar 4.3 Grafik Nilai Viskositas Larutan Kappa Karagenan [Sumber : Koleksi Pribadi] Proses terbentuknya mikrokapsul gel kappa karagenan terjadi setelah campuran polimer dan sel ke dalam larutan KCl atau CaCl 2 . Klein Vorlop, 1985 dalam Anal, Kumar Anil dan Harjinder Singh, 2007. Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian ini, mikrokapsul yang terbentuk tidak mudah hancur, cukup kuat, sedikit buram sampai transparan. Bentuk mikrokapsul kappa karagenan uji dan mikrokapsul tanpa bakteri kontrol sebagian besar sangat tidak beraturan, ada yang berbentuk gepeng dan sebagian besar berbentuk bulat dengan ukuran yang berbeda. Bentuk mikrokapsul kappa karagenan dapat dilihat pada gambar 4.4. 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 Nilai Viskositas Larutan Kappa Karagenan Nilai Viskositas N il ai V iskosi tas cps Konsentrasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.4 Bentuk Mikrokapsul Kappa Karagenan Uji dan Mikrokapsul Tanpa Bakteri Kontrol [Sumber : Koleksi Pribadi] Dengan adanya ion K + , mikrokapsul gel kappa karagenan yang terbentuk kuat, gel bersifat rapuh, tahan lama, meningkatkan suhu pelelehan dan pembentukan gel, serta membentuk gel yang opaque dan semakin jernih dengan penambahan gula FMC Biopolymer, 2007. Penambahan ion kalium menginduksi pembentukan struktur tiga dimensi dari sruktur heliks yang terbentuk dengan adanya air sehingga dihasilkan cairan kental dan tidak dapat dituang Krasaekoopt dkk, 2003. Gel yang dihasilkan oleh kappa karagenan memiliki tekstur yang solid. Kappa karagenan hanya memiliki satu gugus sulfat yang berikatan dengan gugus galaktosa. Adanya gugus sulfat membuat kappa karagenan menjadi bersifat anionik bermuatan negatif. Penambahan kation dapat membantu pembentukan gel karagenan. Penambahan ion kalium K + pada kappa karagenan akan menetralkan muatan dari karagenan tersebut. Kation tersebut akan berikatan dengan sulfat. Hal ini menyebabkan dua rantai panjang karagenan bergerak mendekat dan membentuk ikatan hidrogen dan akhirnya membentuk double helix Bubnis, 2000 dalam Santi Dwi Astuti dan Friska Citra Agustia, 2011. Mikrokapsul kappa karagenan uji dan mikrokapsul tanpa bakteri kontrol yang terbentuk kemudian diukur diameter menggunakan digimatic mikrometer sekrup Mitutoyo. Mikrokapsul yang diukur berjumlah lima belas untuk masing masing kelompok. Ukuran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mikrokapsul uji dan mikrokapsul kontrol beragam. Ukuran mikrokapsul kontrol yang diukur didapatkan berada pada rentang 1,474 mm sampai 1,887 mm, sedangkan mikrokapsul uji yang telah diukur berada pada rentang 1,889 mm sampai 2,551 mm. Hasil pengukuran diameter mikrokapsul masing – masing konsentrasi tertera dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Diameter Mikrokapsul Kappa Karagenan Uji dan Mikrokapsul Tanpa Bakteri Kontrol 2 1,75 1,5 Diameter Kontrol Diameter Uji Diameter Kontrol Diameter Uji Diameter Kontrol Diameter Uji 1,544 mm 1,933 mm 1,597 mm 1,889 mm 1,474 mm 1,988 mm 1,576 mm 1,961 mm 1,681 mm 1,901 mm 1,614 mm 1,997 mm 1,612 mm 1,981 mm 1,720 mm 1,905 mm 1,627 mm 1,998 mm 1,618 mm 1,984 mm 1,736 mm 1,927 mm 1,745 mm 2,009 mm 1,620 mm 1,994 mm 1,762 mm 1,927 mm 1,756 mm 2,012 mm 1,639 mm 2,024 mm 1,793 mm 1,940 mm 1,829 mm 2,012 mm 1,663 mm 2,033 mm 1,808 mm 1,995 mm 1,832 mm 2,029 mm 1,680 mm 2,036 mm 1,827 mm 1,963 mm 1,832 mm 2,037 mm 1,684 mm 2,069 mm 1,832 mm 2,038 mm 1,838 mm 2,049 mm 1,701 mm 2,079 mm 1,859 mm 2,053 mm 1,842 mm 2,055 mm 1,724 mm 2,096 mm 1,861 mm 2,072 mm 1,864 mm 2,074 mm 1,742 mm 2,129 mm 1,869 mm 2,081 mm 1,869 mm 2,086 mm 1,751 mm 2,171 mm 1,869 mm 2,096 mm 1,869 mm 2,101 mm 1,883 mm 2,130 mm 1,879 mm 2,144 mm 1,874 mm 2,118 mm 1,887 mm 2,118 mm 1,882 mm 2,551 mm 1,875 mm 2,128 mm [Sumber : Koleksi Pribadi] Analisa diameter mikrokapsul kappa karagenan menggunakan SPSS dengan metode One Sample T-Test. Hasil analisa diameter mikrokapsul uji dan mikrokapsul kontrol masing –masing konsentrasi dapat dilihat pada lampiran 5, 6 dan 7. Berdasarkan data tersebut, didapatkan nilai signifikansi 0,000 dimana hal tersebut menunjukkan bahwa diameter mikrokapsul kontrol dan mikrokapsul uji yang terbentuk tidak seragam. Terjadi perbedaan ukuran diameter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mikrokapsul kontrol dan mikrokapsul uji untuk setiap konsentrasinya. Hal tersebut dapat dlihat melalui nilai perbedaan mean ketiga konsentrasi. Konsentrasi 1,5 terjadi kenaikan ukuran diameter mikrokapsul 1,782 menjadi 2,046; konsentrasi 1,75 terjadi kenaikan ukuran diameter mikrokapsul 1,798 menjadi 2,032; konsentrasi 2 terjadi kenaikan ukuran diameter mikrokapsul 1,688 menjadi 2,049. Ukuran mikrokapsul yang beragam dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yaitu: konsentrasi dan viskositas larutan polimer, jarak antara jarum suntik dan larutan pembentuk mikrokapsul, perbedaan tekanan saat pembentukan mikrokapsul melalui syringe, tinggi rendahnya posisi syringe saat menjatuhkan mikrokapsul ke dalam KCl, maupun ukuran diameter syringe yang digunakan dalam proses ekstrusi Jankowski, T., M. Zielinska, dan A.Wysakowska, 1997 dalam Solanki, Himansu K, dkk, 2013. Semakin besar nomor syringe yang digunakan, semakin kecil ukuran mikrokapsul yang akan dihasilkan. Bentuk mikrokapsul dapat terbentuk homogen jika digunakan alat seperti peristaltic pump sehingga memudahkan dalam pengerjaan proses enkapsulasi dengan metode ekstrusi.

4.3 Viabilitas