UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kekurangan dari metode ekstrusi diantaranya sulit digunakan untuk produksi skala besar karena pembentukan
lambat dalam
pembentukan mikrokapsul,
kerentanan karbohidrat terhadap kerusakan dan cacat struktural, distribusi
ukuran yang lebih besar Solanki, Himansu K, dkk, 2013 serta terbatas dalam pemilihan polimer penyalut S. Gouin, 2004;
Y. Zhou, dkk, 1998 dalam Solanki, Himansu K, dkk, 2013.
2.6 Kappa Karagenan
Karagenan adalah polisakarida alami yang diekstrak dari makroalga laut dan umumnya digunakan sebagai makanan aditif.
Karagenan banyak digunakan dalam berbagai aplikasi makanan dan semakin banyak digunakan dalam formulasi farmasi. Karagenan umumnya
dianggap sebagai bahan yang relatif tidak beracun dan tidak menyebabkan iritasi bila digunakan dalam formulasi farmasi nonparenteral. Karagenan
dapat menginduksi respon inflamasi pada hewan laboratorium dan untuk alasan ini sering digunakan dalam percobaan untuk meneliti obat anti-
inflamasi Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, Marian E. Quinn, 2009. Secara umum, karagenan digunakan sebagai zat pengemulsi, basis
gel, agen penstabil, agen pensuspensi, agen lepas lambat, agen peningkat viskositas. Karagenan digunakan dalam berbagai bentuk sediaan
nonparenteral, termasuk suspensi basah dan rekonstitusi, emulsi, gel, krim, lotion, obat tetes mata, supossitoria, tablet, dan kapsul. Jenis-jenis
karagenan yaitu kappa karagenan, iota karagenan, dan lamda karagenan. Kappa karagenan merupakan agen pembentuk gel yang lebih kuat
dibandingkan iota karageenan, sedangkan lamda karagenan tidak bersifat agen pembentuk gel Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, Marian E.
Quinn, 2009. Karagenan banyak digunakan dalam berbagai aplikasi makanan
dan semakin banyak digunakan dalam formulasi farmasi. Karagenan umumnya dianggap sebagai bahan yang relatif tidak beracun dan tidak
menyebabkan iritasi
bila digunakan
dalam formulasi
farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
nonparenteral. Karagenan dapat menginduksi respon inflamasi pada hewan laboratorium, dan untuk alasan ini sering digunakan dalam percobaan
untuk meneliti obat anti-inflamasi Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, Marian E. Quinn, 2009.
Karagenan merupakan polisakarida yang dihasilkan dari ekstraksi alga merah Rhodophyceae, digunakan sebagai bahan tambahan untuk
memperbaiki tekstur makanan FTP UGM : 2002 dalam Febriani, Dian, Sukenda, Sri Nuryati, 2013. Karagenan telah digunakan untuk
mikroenkapsulasi protein dan bakteri probiotik. Hidrogel terbentuk karena sambung silang gelatin dan kappa karagenan untuk penghantaran bakteri
probiotik secara oral. Gel kompleks yang terbentuk menunjukkan kemampuan pelindung tinggi terhadap asam lambung pada Lactobacillus
dan Lactococcus selama ± 1 skala log dibandingkan hidrogel. Hidrogel lebih stabil selama penyimpanan 4°C. Beads hidrogel kappa karagenan
juga telah digunakan dalam sistem pelepasan terkontrol. Beads Hidrogel kappa karagenan dan natrium alginatkitosan digunakan sebagai pembawa
untuk loading obat dan sistem penghantaran terkendali Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, Marian E. Quinn, 2009.
Karagenan ketika diambil dari sumber rumput laut yang tepat, berwarna kuning-coklat sampai putih, bubuk kasar sampai halus yang
tidak berbau dan tidak berasa. Karagenan bersifat stabil, meskipun higroskopis, polisakarida dan harus disimpan di tempat yang sejuk dan
kering. Karagenan dalam larutan memiliki stabilitas maksimum pada pH 9 dan tidak boleh dilakukan proses pemanasan pada pH di bawah 3,5. Asam
dan oksidator dapat menghidrolisis karagenan dalam larutan, yang menyebabkan hilangnya sifat fisik melalui pembelahan obligasi glikosidik.
Hidrolisis asam tergantung pada pH, suhu dan waktu Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, Marian E. Quinn, 2009.
Kappa Karagenan mengandung ester sulfat 25 dan 3,6 anhidrogalaktosa sekitar 35. Kappa Karagenan terdiri dari α-1,3-D-
galaktosa-4- sulfat dan β-1,4-3,6-anhidro-D-galaktosa Glicksman, 1982
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam Apriani T, 2011. Struktur kimia kappa karagenan seperti tertera pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur Kimia Kappa Karagenan
[Sumber : Glicksman, 1982 dalam Apriani T, 2011]
Iota karagenan dan kappa karagenan telah terbukti bermanfaat bagi penurunan kadar gula darah pada tikus hiperglikemia yang mengalami
kerusakan pankreas akibat induksi aloksan Wikanta, 2005. Telah diketahui bahwa polisakarida dinding sel tanaman dan lignin tidak dapat
dicerna oleh enzim pencernaan mamalia, termasuk manusia, sehingga keuntungan mengkonsumsi makanan berserat terutama yang larut air,
diantaranya dapat mengurangi atau menghambat laju kenaikan kadar glukosa darah secara mendadak Mayer, 1995; Dalimartha, 2002dalam
Wikanta, 2005. Kappa karagenan dikenal sebagai agen pembentuk pelet yang baru
dalam pembentukan pelet dengan ekstrusisferonisasi dan memiliki sifat pembentuk pellet terbaik. Kappa karagenan merupakan polimer
pembentuk gel yang kuat dan memiliki struktur tersier heliks sehingga memungkinkan pembentukan gel. Umumnya kappa karagenan yang
digunakan dalam enkapsulasi pada konsentrasi 0,02-2,0 Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, Marian E. Quinn, 2009. Gelasi kappa
karagenan umumnya tergantung pada perubahan suhu. Larutan karagenan dipanaskan pada suhu 40-45
⁰C dan gelasi terjadi dengan pendinginan sampai suhu kamar. Mikrokapsul terbentuk setelah menjatuhkan campuran
polimer dan sel bakteri ke dalam larutan kalium klorida KCl Anal, Kumar Anil dan Harjinder Singh, 2007.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Diperlukan suhu yang tinggi berkisar antara 60-80 ⁰C agar kappa
karagenan dapat larut dalam air. Beads mikrokapsul dapat terbentuk dengan cara menjatuhkan campuran polimer dan sel ke dalam larutan KCl
atau CaCl
2
Klein Vorlop, 1985 dalam Anal, Kumar Anil dan Harjinder Singh, 2007. Penambahan ion kalium menginduksi pembentukan struktur
tiga dimensi dari sruktur heliks yang terbentuk dengan adanya air sehingga dihasilkan cairan kental dan tidak dapat dituang. Penambahan ion
monovalen seperti kalium dalam bentuk KCl dapat membantu pembentukan mikrokapsul gel karagenan Krasaekoopt dkk, 2003 dalam
Mortazavian Amir, Seyed Hadi Razavi, Mohammad Reza Ehsani, Sara Sohrabvandi, 2007.
Tabel 2.3
Kelarutan dan Kandungan Gelatin dari Iota, Kappa, dan Lambda Karagenan
[Sumber : Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, Marian E. Quinn, 2009]
Kappa Iota
Lambda
Kelarutan dalam air 20
⁰C
80
⁰C
Hanya garam Na
Hanya garam Na
Larut Larut
Larut Larut
Gelatin Kebutuhan Ion
Tekstur Gelatin kembali setelah
shear Stabilitas Asam
Sineresis FreezeThaw stability
Sinergisme dengan gum lainnya
K+ Ca2+
Tidak membentuk
gel
Rapuh Elastis
Tidak membentuk
gel
Tidak Ya
Tidak pH 3,8
pH 3,8 -
Ya Tidak
Tidak Tidak
Ya Ya
Ya Tidak
Tidak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.4 Stabilitas Masing-Masing Karagenan
Grade Stabilitas dalam pH
alkali dan netral Stabilitas pada pH asam
Kappa Stabil
Terhidrolisis pada larutan ketika dipanaskan. Stabil dalam bentuk
gel
Iota
Stabil Terhidrolisis pada larutan. Stabil
dalam bentuk gel
Lambda Stabil Terhidrolisis
[Sumber : Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey, Marian E. Quinn, 2009]
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Sediaan Steril, Laboratorium Penelitian II, Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia,
Laboratorium Sediaan Padat dan Laboratorium Kimia Obat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei sampai Oktober 2015.
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut : Petri dish, ose, gelas ukur 10 ml, 100 ml, erlemeyer 50 ml, erlemeyer 250 ml, beaker
glass 250 ml dan beaker glass 100 ml, spuit, syringe no. 22, pipet tetes, tabung reaksi, batang pengaduk, pipet volumetrik, spatula, mikropipet 100-
200 μl dan 100-1000 μl, kaca arloji, cawan penguap, corong, tip, tabung sentrifugasi, pinset, vortex, neraca analitik, mikroskop, oven, shaker
inkubator, inkubator, autoklaf, termometer, moisture balance, colony counter, hot plate, stirrer, magnetik stirer, kaca obyek, lemari pendingin,
bunsen, Laminar Air Flow LAF, pH meter, viskometer HAAKE Visco Tester, kertas saring dan digimatic mikrometer sekrup Mitutoyo.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut : Bakteri yang berisi Lactobacillus casei ATCC 393 diperoleh dari perusahaan DIPA
Puspa Labsains, Media MRSA dan MRS Broth Oxoid, Polimer Refined K- Carrageenan Powder KR 1000 dari PT Java Biocolloid, KCl 0,3 M, NaCl
fisiologis 0,9, aquadest steril, simulated gastric juice 0,08 M HCl dalam 0,2 NaCl dengan pH 1,598 tanpa pepsin, CaCO
3
, alkohol, reagen pewarnaan gram gentian violet, lugol, alkohol 96 dan safranin.