Banyak penulis yang menemukan bahwa prevalensi karies pada anak autis lebih tinggi dibandingkan individu normal.
1,6,7
Ada beberapa kasus, prevalensi karies anak autis lebih rendah dibandingkan anak normal.
2,4,9
2. Status periodontal Kebanyakan anak-anak autis memiliki kebersihan mulut yang buruk dan
hampir semua menderita gingivitis, hal ini mungkin berhubungan dengan kebiasaan menyikat gigi yang tidak teratur karena kesulitan para orang tua dan pengajar saat
menyikat gigi anak tersebut serta kurangnya ketrampilan anak autis. Kemungkinan lain gingivitis adalah efek samping dari penggunaaan obat-obatan pada anak autis,
seperti obat antikonvulsan, antidepressan, stimultan, dan antipsikotik.
18
3. Kebiasaan rongga mulut Oral habits Pada umumnya, kebiasaan rongga mulut pada anak autis adalah bruxism,
mendorong lidah, menggigit bibir, dan menusuk gingiva. Bruxism merupakan masalah yang biasa ditemukan pada anak autis saat tidur. Dokter gigi menganjurkan
mouthguard untuk menghindari self injuries behaviour SIB pada anak autis.
18
4. Erupsi gigi Erupsi gigi pada anak autis mungkin terlambat karena obat phenytoin. Obat
yang biasa diresepkan pada anak autis, menginduksi terjadinya hiperplasia gingiva.
18,21
5. Kecelakaan pada gigi Kecelakaan pada gigi anak autis sangat tinggi, terutama fraktur enamel. Gigi
yang sering mengalami injuri adalah gigi permanen insisivus satu rahang atas.
18
6. Maloklusi Anak-anak dengan gangguan autis tidak memiliki maloklusi yang spesifik.
Anak autis memiliki sedikit kecendrungan pada maloklusi tertentu, misalnya anterior open bite.
18
2.2.1 Karies Gigi dan Indeks Karies Gigi
Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu
karbohidrat yang diragikan. Karies gigi disebabkan oleh multifaktorial, yang kondisi setiap faktor tersebut saling mendukung. Ada tiga faktor utama yang memegang
peranan, yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah dengan faktor waktu.
22
Pengalaman karies gigi pada anak autis dari beberapa hasil penelitian ada yang menunjukkan lebih tinggi dibandingkan anak normal dan sebaliknya juga, ada
yang menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok anak normal. Penelitian yang dilakukan di Bangalore, India menunjukkan prevalensi karies
pada anak autis lebih tinggi dibandingkan anak normal, meskipun dari klasifikasi WHO termasuk kategori rendah.
7
Penelitian Namal Necmi, dkk., menunjukkan anak- anak autis memiliki status karies yang lebih baik dibandingkan anak-anak tanpa
gangguan autis pada umur muda.
4
Penelitian yang dilakukan Lynch menunjukkan pada masa gigi bercampur, gigi memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap karies. Gigi yang sedang erupsi, sulit
untuk dibersihkan karena gusi terasa sakit bila disentuh, hal ini menyebabkan anak tidak mau menyikat gigi.
23
Pada penelitian Kassawara juga menunjukkan pada masa gigi bercampur, gigi memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap karies karena gigi
yang sedang erupsi belum memiliki kontak oklusal sehingga terjadi peningkatan akumulasi biofilm.
24
Untuk mengukur pengalaman karies seseorang dapat menggunakan indeks karies gigi, yaitu indeks DMF. Terdapat beberapa indeks karies gigi, yaitu
DMFTdeft menurut WHO 1997, DMFTdeft menurut Klein, dan DMFT menurut Mohler. Indeks karies gigi umumnya banyak digunakan untuk survei epidemiologi
karies gigi adalah indeks DMFTdeft menurut WHO 1997 karena indeks tersebut sederhana dan diterima secara global.
25,26
Pemeriksaan pengalaman karies meliputi pemeriksaan pada gigi DMFTdeft dan permukaan gigi DMFSdefs. Semua gigi diperiksa, kecuali molar tiga karena
gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi.
22
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat sonde, kaca mulut serta senter sebagai penerangan. Kriteria pemeriksaan DMFTdeft seperti terlihat pada Tabel 1.
Cara perhitungannya adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau def. Komponen DTdt decayed meliputi penjumlahan kode 1 dan 2, komponen MTet missing
untuk kode 4, dan komponen FTft filling untuk kode 3 Tabel 1.
22
Tabel 1. Indeks DMFTdeft Menurut WHO,1997
22
Kode Kondisi Status
Gigi Sulung Gigi Permanen
Mahkota Gigi
Mahkota Gigi Akar Gigi
A Permukaan gigi sehattidak
karies B
1 1
Gigi karies C
2 2
Gigi dengan tumpatan, ada karies
D 3
3 Gigi dengan tumpatan baik,
tidak ada karies E
4 -
Gigi yang hilang karena karies -
5 -
Gigi yang hilang karena sebab lain
F 6
- Gigi dengan tumpatan silen
G 7
7 Jembatan, mahkota gigi atau
viner implan -
8 8
Gigi yang tidak erupsi T
T -
Trauma fraktur -
9 9
Dan lain – lain : gigi yang memakai pesawat cekat
ortodonti atau gigi yang mengalami hipoplasia enamel
yang berat
Indeks DMFSdefs merupakan indeks yang digunakan pada permukaan gigi, yaitu 5 permukaan gigi posterior dan 4 permukaan gigi anterior, untuk mengukur
keparahan karies gigi. Cara menghitung skor DMFS defs adalah dengan menjumlahkan semua skor DMF atau def pada permukaan gigi. Skor maksimum
indeks DMFS per individu adalah 128 untuk 28 gigi permanen, sedangkan untuk skor maksimum indeks defs per individu adalah 88 untuk 20 gigi sulung.
27
Kriteria pemeriksaan gigi dengan indeks DMFS defs:
22
- DSds Decayed = permukaan gigi yang mengalami karies dan gigi dengan tumpatan permanen memiliki karies karies sekunder, tumpatan sementara.
- Mses Missingextracted = permukaan gigi yang hilang karena karies. - FSfs Filling = permukaan gigi dengan tumpatan permanen.
DMFT dapat dibagi menjadi 5 kategori menurut WHO:
28
- Sangat rendah 0,0 – 1,1 - Rendah 1,2-2,6
- Sedang 2,7-4,4 - Tinggi 4,5-6,5
- Sangat tinggi 6,6
2.2.2 Kebutuhan Perawatan Gigi Anak Autis