2.3 Tantangan Merawat Anak Autis oleh Dokter Gigi
Manajemen gigi anak autis merupakan tantangan terbesar bagi dokter gigi anak disebabkan gangguan tingkah laku dan komunikasi anak tersebut. Masalah yang
biasa berhubungan dengan perawatan gigi anak autis meliputi:
18,30
a. Gangguan komunikasi, seperti keterbatasan berbahasa dan mengerti. b. Tingkah laku yang tidak menentu dan tidak terprediksi.
c. Hiperaktivitas. d. Memiliki ambang sakit yang tinggi.
e. Hipersensitivitas atau hiposensivitas pada sensasi taktil, cahaya, bau, dan suara.
f. Tidak menyukai perubahan lingkungan, membutuhkan kesamaan dan kesinambungan
g. Marah meskipun dengan perubahan lingkungan yang sangat sedikit. h. Tingkah laku mencelakakan diri sendiri self injurious behaviourSIB. SIB
terjadi 4-5 pada individu yang berbeda kondisi psikiatriknya, terutama pada anak autis dan gangguan otak. Perubahan rutinitas keseharian akan mengawali atau
meningkatkan SIB tersebut, seperti mencubit diri sendiri, mencakar sampai mengigit diri sendiri, dan memukul kepala sendiri. Injuri ini terjadi mungkin untuk menarik
perhatian anggota keluarga atau klinisi ataupun untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan.
18
Ilmu pengetahuan dan pemahaman yang dalam mengenai dasar pola perilaku anak autis penting dalam mengatasi anak autis. Anak autis memiliki variasi yang luas
dalam kemampuan, kepintaran, dan penampilan, oleh sebab itu seorang praktisi memerlukan cara-cara pendekatan pada anak tersebut.
27
Berikut ini cara-cara manajemen tingkah laku anak autis:
18,31,32,33
a. Komunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti, sederhana, dan jelas pada anak tersebut. Gunakan pendekatan tell, show, do ketika menjelaskan prosedur
perawatan.
b. Memulai pemeriksaan rongga mulut dengan perlahan, menggunakan jari tangan terlebih dahulu. Bila berhasil, maka mulai menggunakan alat-alat kedokteran
gigi. c. Jauhkan alat-alat kedokteran gigi dari penglihatan anak tersebut dan hindari
cahaya langsung pada mata anak autis. Meminimalkan input sensori, seperti suara pergerakan dan pengeboran yang dapat menganggu anak autis. Studi awal
menunjukkan musik ritmis, cahaya yang santai meningkatkan partisipasi anak autis dalam tindakan profilaksis.
d. Memberikan pujian atas kerja sama anak tersebut dengan reinforcement positif, misalnya dengan ungkapan kata, memberikan hadiah pada akhir perawatan
sebagai tanda senang atas tingkah laku yang baik. e. Mengamati pergerakan tubuh yang tidak biasaaneh dan antisipasi
pergerakan kedepannya serta daerah sekitar dental unit bersih. f. Menggunakan teknik restraint dengan persetujuan orang tua yang bertujuan
menghindari kecelakaan. g. Menggunakan staff dan operator yang sama, membuat perjanjian di setiap
pertemuan, waktu tunggu tidak boleh melebihi 10-15 menit dan perawatan yang dilakukan cepat untuk menghindari kemarahan anak tersebut.
h. Sedasi dapat digunakan bila sesuai tindakan pencegahan dan konsultasi dengan dokter.
i. Anestesi umum digunakan bila pembedahan dan perawatan restoratif yang kompleks.
j. Visual pedadogy, memperlihatkan gambar-gambar, misalnya gambar- gambar yang menunjukkan metode dan teknik menyikat gigi, gambar yang
mengenalkan ruang dental. Dilaporkan, bahwa teknik visual pedadogy lebih baik dibandingkan menggunakan kata-kata.
2.4 Kerangka Teori